Pengertian Tanah
Tanah
adalah bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik.Tanah
sangat berperan dalam kehidupan makhluk
hidup di bumi karena tanah membantu pertumbuhan tumbuhan dengan menyediakan
hara, air dan unsur-unsur yang di perlukan tumbuhan untuk tumbuh sekaligus
sebagai penopang akar. Tanah juga menjadi habitat hidup bagi makhluk
mikroorganisme.Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi tempat untuk
hidup dan bergerak. Dari segi
klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan
erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda
pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari
tanah. Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis
tanah yang berbeda- beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah
yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.
Tanah Humus
Tanah
humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang
pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2.
Tanah Pasir
Tanah
pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari
batuan beku serta batuan sedimen yang
memiliki butir kasar dan berkerikil.
3.
Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah
aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran
rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4.
Tanah Podzolit
Tanah
podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah
hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
5.
Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah
vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi
yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai
di sekitar lereng gunung berapi.
6.
Tanah Laterit
Tanah
laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang
tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
7.
Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah
mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8.
Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah
organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan,
Papua dan Sumatera. Para Ilmuan membagi bumi menjadi tiga (3) bagian yaitu
lapisan inti(core),lapisan mantel(mantle),dan lapisan kerak(crust).
a. Inti
bumi(core) Inti Bumi (core) adalah lapisan bumi yang terletak
di tengah2 bumi/pusat bumi dengan ketebalan 3500 km. Inti bumi bagian luar
tedapat bagian cair, sedangkan bagian dalam berbentuk padat yang mempunyai suhu
sangatlah panas sekitar 3000-5000 derajat celcius.
b. Mantel
bumi(mantle) Mantel Bumi (mantle) adalah lapisan batuan yang
menyelubungi lapisan inti dengan ketebalan 2900 km. Suhu pada lapisan mantel
bumi adalah sekitar 2800 derajat celcius.
c. Kerak
bumi(crust) Kerak Bumi (crust) adalah lapisan bumi yang paling
luar yang terdiri dari 2 lapisan yaitu kerak
benua yang merupakan daratan dan kerak samudra yang tertutupi oleh
perairan. Kerak benua memiliki ketebalan sekitar 35 km sedangkan kerak samudra
hanya sekitar 7 km.
Profil Tanah
Profil merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengankeadaan tanah dan keperluan
penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada oksisol
yang solumnya tebal, pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 sampai
3,5 meter. Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan
air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam
menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan
laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju airlarian.Tinggi muka air
tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubahkarena
pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka
air tanah dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat
terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di permukaan atasnya
dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan tinggi
muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan
rapat air.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata
pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan
struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin
kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti
suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus
memiliki hargak yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas
merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk
aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak
lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada
lempung yang tidak bercelah.
Struktur Tanah
Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel tanah
yang menghasilkan bentuk/susunan tertentu pada tanah.Struktur tanah juga
menentukan ukuran dan jumlah rongga antar partikel tanah yang mempengaruhi
pergerakan air,udara,akar tumbuhan,dan organisme tanah. Beberapa jenis struktur
tanah adalah remah, butir (granular),
lempeng, balok, prismatik dan tiang. Pembagian jenis tanah yang dilakukan oleh
para ilmuan ada berbagai macam.Berikut ini adalah beberapa jenis tanah berdasarkan USDA(United
States Department of Agriculture) :
·
Entisols,adalah tanah yang terbentuk dari sedimen vulkanik serta
batuan kapur dan metamorf.
·
Histosols adalah tanah yang terbentuk dari pembusukkan jaringan
tanaman sehingga mengandung banyak bahan organik.
·
Inceptisols adalah tanah mineral yang usianya masih muda.
·
Verticols adalah tanah mineral dengan warna abu kehitaman,
mengandung lempung 30 % banyak terdapat
di daerah beriklim kering dan memiliki batuan induk kaya akan kation.
·
Oxisols adalah tanah yang mengalami pencucian sehingga kandungan
zat hara sedikit sementara kandungan alumunium dan besi tinggi.
·
Andisols adalah tanah berwarna gelap yang terbentuk dari endapan
vulkanik.
·
Mollisols adalah tanah mineral yang serupa dgn tanah praire,
terbentuk dari batuan kapur.
·
Ultisols adalah tanah yang berwarna kuning-merah yang telah
mengalami pencucian.
Konsistensi
Tanah
Konsistensi
tanah adalah daya tahan atau ketahanan terhadap pengaruh dari luar yang akan
mengubah keadaan tanah. Terdapat dua kekuatan yang berperan dalam konsistensi
ini, yaitu gaya kohesi atau gaya tarik-menarik antara molekul sejenis dan gaya
tegangan permukaan atau adhesi. Dari kedua gaya tersebut terdapat beberapa
faktor yang turut bekerja, yaitu kandungan bahan organik, oksida dan hidroksida
Fe, Al dan kalsium karbonat (Sarief, 1985).
Banyaknya
kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut.
Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil
dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari
pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, S., 1992).
Konsistensi
adalah resistansi tanah terhadap kepecahan yang ditentukan oleh sifat-sifat
kohesif dan adhesif seluruh massa tanah. Jika struktur berkaitan dengan bentuk,
ukuran dan kebedaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan
dan gaya antar partikel. Konsistensi itu penting untuk proses pembajakan
(Soenartono, 1978).
pH
Tanah
Keasaman
atau pH (Potential of hidrogen)
adalah nilai pada skala 0-14 yang mengambarkan jumlah relatif ion H+ terdapat
ion OH– didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai
pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion
OH– sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam lautan tanah lebih kecil daripada ion
OH– larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah
bersifat asam karena berkurangnya kation kalsium, Magnesium, Kalium dan
Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang
lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman (Hendra, 2008)
Pengujian
PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan kertas
lakmus, dengan menggunakan kertas indikator universal dan dengan alat PH
dilaboratorium dapat menggunakan PH meter Beckman H5 ( Kuswandi, 1993 ).
pH
tanah digunakan untuk mengetahui aktvitas organisme, ketersediaan hara,
keracunan dan jenis tanaman yang dapat tumbuh pada kondisi tanah tersebut.
Penentuan pH tanah dapat dilakukan secara elektronik dan kalorimetrik, baik
laboratorium maupun lapangan. Elektrometrik reaksi tanah ditentukan antara lain
dengan pH meter, sedangkan kalorimetrik dapat dikerjakan dengan kertas pH.
Sedangkan pada praktikum ini pH tanah ditentukan dengan pH stick. PH aktual
dianalisis dengan cara mencampurkan tanah dengan air (H2O), sedangkan pH
potensial diukur dengan cara mencampurkan tanah dengan KCl (Tan,1991).
Ion H+ dalam tanah
dapat berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap menentukan kemasaman
aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual secara bersama menentukan
kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan garam netral
(misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh karena K+ dapat melepaskan H+ yang
terjerap dengan mekanisme pertukaran (Notohadiprawiro, 1998)
Penentuan
PH tanah dapat ditentukan secara kalorimetrik dan elektrometrik baik
dilaboratorium ataupun dilapangan. Elektrik reaksi tanah ditentukan antara lain
dengan PH meter Backman, sedangkan kalorimetrik dapat ditentukan dengan suatu
alat atau menggunakan kertas PH, pasta PH dan larutan universal. Penentuan car
terakhir umumnya lebih murah tetapi peka terhadap pengaruh dari luar. Pada
prinsipnya dikerjakan dengan membandingkan warna larutan tanah dengan warna
larutan standart dari kertas, pasta dan larutan indikator universal (
Darmawijaya, 1990 ).
Terasering
Terasering
adalah kondisi tanah yang dibuat seperti tangga atau bangunan konservasi air
dan tanah yang bertujuan untuk memperkecil kemiringan pada lereng dan
memperpendek panjang pada lereng dengan pengurukan dan penggalian tanah yang
melintangi lereng. Pembuatan teras bertujuan untuk memperbesar serapan air dan
mengurangi laju kecepatan aliran pada permukaan sehingga hilangnya tanah
berkurang. Jenis-jenis terasering memiliki tipe kemiringan yang berbeda dengan
tujuan yang berbeda pula.
a. Teras
Datar (level terrace)
Teras
datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 % dengan tujuan
memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras datar dibuat dengan
jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah galiannnya ditimbunkan ke
tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Pematang yang terjadi
ditanami dengan rumput.
b. Teras
Kridit (ridge terrace)
Teras
kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 sampai 10%, bertujuan
untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit di mulai dengan
membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan ditanami dengan tanaman
seperti kaliandra.
c. Teras
Guludan (cotour terrace)
Teras
guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 sampai 50 % dan
bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah.
d. Teras
Bangku (bench terrace)
Teras
bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 sampai 30 % dan bertujuan untuk
mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija.
e. Teras
Individu
Teras
individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 sampai 50 % yang
direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang curah
hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga memungkinkan
pembuatan teras individu.
f. Teras
Saluran
Teras
saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah teknik
konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang dibuat untuk
meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari bidang olah.
g. Teras Kebun
Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 sampai 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah.
h. Teras
Batu
Teras
batu adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak yang sesuai di
sepanjang garis kontur pada lahan miring.
Kerusakan
Tanah
Fungsi
tanah dalam pertanian dapat hilang atau menurun karena faktor alam maupun
karena manusia. Penurunan atau hilangnya fungsi tanah ini disebut dengan kerusakan
tanah (degradasi tanah). Kerusakan tanah sebagai sumber unsur hara dapat
diperbaharui dalam waktu yang tidak terlalu lama, antara lain dengan cara
pemupukan. Tapi, kerusakan tanah pada fungsi sebagai pendukung tanaman
memerlukan perbaikan yang sangat lama, bahkan mencapai ratusan tahun untuk
pembentukan tanah lagi.
A. Erosi Tanah
Permukaan
tanah yang mengalami erosi akan mengalami penelanjangan tanah dan terbentuk
alur-alur kecil di permukaannya, permukaan tanah yang mengalami erosi akan mengalami
penelanjangan tanah dan terbentuk alur-alur kecil di permukaannya Kata erosi
tanah berasal dari bahasa Latin erodere
yang artinya penggundulan atau pelenyapan. Erosi tanah terjadi karena sifat
tanah yang selalu dinamis dan senantiasa berubah baik dari segi fisik, kimia,
maupun organis. Perubahan secara berlebihan inilah yang mampu merusak tanah dan
tanah menjadi tererosi. Erosi atau pengikisan tanah adalah proses penghancuran
dan pemindahan tanah ke tempat lain oleh tenaga air, angin, gravitasi atau
es/gletser. Namun, di Indonesia pada umumnya erosi yang terjadi adalah erosi
yang disebabkan oleh air.
Erosi
dapat terjadi secara alami (normal atau geological
erosion). Tetapi erosi dapat dipercepat menjadi parah akibat tindakan
manusia terhadap tanah (accelerated
erosion). Erosi alamiah terjadi sangat lambat sehingga tidak menjadi
bencana bagi manusia dan tidak merusak keseimbangan alam. Hal ini terjadi
karena erosi tanah seimbang dengan proses pembentukannya. Sedangkan erosi
dipercepat dapat menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan karena pada
erosi dipercepat volume tanah yang dibawa dan hanyut oleh air lebih besar
daripada proses pembentukannya. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab
erosi tanah. Kekuatan curah hujan yang jatuh ke tanah dapat memecahkan dan
menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah. Dengan demikian semakin besar ukuran
titik-titik hujan semakin besar pula erosi yang terjadi. Sedangkan suhu
berperan bedar dalam pelapukan tanah, terutama pada daerah dengan perbedaan
suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Semakin bersar selisih suhu
siang dan malam semakin banyak material yang tererosi. Sifat-sifat tanah yang
berpengaruh terhadap proses erosi meliputi: tekstur, kandungan unsur organik,
struktur, dan permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah
untuk meloloskan air. perrmeabilitas menunjukkan kecepatan air meresap ke dalam
tanah baik secara vertikal mauun horizontal.
B. Gerakan Tanah
Kita
sering mendengar peristiwa tanah longsor, baik berupa tanah maupun bersama
dengan vegetasi dan batuan yang ada. Tanah tersebut dapat longsor kerena adanya
gaya berat atau pengaruh gravitasi bumi. Perpindahan massa tanah dan batuan
karena gaya berat disebut tanah bergerak (masswasting
atau mass movement). Gerakan tanah
dapat terjadi apabila gaya-gaya yang menahan massa tanah di lereng lebih kecil
daripada gaya yang mendorong atau meluncurkan tanah. Gaya yang menahan massa
tanah di sepanjang lereng dipengaruhi kedudukan muka air tanah, daya ikat tanah
dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang bidang luncuran.
Gaya pendorong tersebut dipegaruhi di antaranya oleh kandungan air, beban
bangunan dan berat massa tanah. Faktor penyebab gerakan tanah dijelaskan
sebagai berikut:
·
Hilangnya penahan lateral: akibat erosi,
pelapukan, dan kemiringan lereng bertambah oleh gerakan tanah
·
Kelebihan beban tanah: air hujan yang
meresap dalam tanah, penimbunan bangunan, dan adanya genangan di lereng bagian
atas.
·
Getaran: gempa bumi dan getaran karena
ulah manusia.
·
Tekanan lateral: pengisian air di
pori-pori antar butir tanah dan pengembangan tanah
·
Gerakan tanah mempunyai kecepatan yang
beragam. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kemiringan lereng
dan material yang bergerak. Kecepatan pergerakan tanah berpengaruh terhadap
bentuk-bentuk masswasting, antara
lain sebagai berikut.
1. Slow Flowage/Soil Creep
Gerakan
tanah ini sering disebut dengan rayapan tanah, merupakan gerakan tanah yang
sangat lambat pada lereng yang landai. Peristiwa ini hanya dapat diketahui
dengan mengenali pepohonan yang tumbuh membengkok atau bangunan, seperti tiang
listrik yang berdiri miring.
2. Rapid Flowage
Merupakan
perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat karena dibantu oleh
aliran air dalam tanah yang telah jenuh. Rapid
flowage terdiri atas:
·
Solifluction
adalah pecahan batuan jenuh air yang mengalir pelan-pelan menuruni lereng
·
Earth
flow/tanah
mengalir adalah gerakan tanah yang jenuhair bercampur dengan lempung dan debu
yang menuruni lereng yang landai.
3.Landslide
Gerakan
tanah ini sering disebut dengan tanah longsor, merupakan gerakan cepat material
campuran yang kering menuruni lereng, umumnya berupa tanah atau batuan dalam
bentuk blok-blok besar. Meskipun bergerak cepat, tetapi masih dapat terlihat
oleh mata. Landslide terdiri atas:
·
Rock
slide yaitu peristiwa longsoran berupa blok-blok batuan
·
Rock
fall
yaitu peristiwa runtuhnya massa batuan berupa blok-blok batuan
4.Slump
Merupakan
gerakan longsoran tanah yang gerakannya putus-putus.
5. Subsidence
Gerakan
ini sering disebut tanah amblas, merupakan gerakan tanah ke arah vertikal yang
terjadi secara lambat.
C.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
1. Hilangnya penahan
lateral
·
Akibat erosi
·
Pelapukan
·
Kemiringan lereng bertambah oleh gerakan
tanah
2. Kelebihan beban
tanah
·
Air hujan yang meresap pada tanah
·
Penimbunan bangunan
·
Adanya genangan di atas lereng bagian
atas
3. Getaran
·
Gempa bumi
·
Getaran karena ulah manusia
4. Tekanan lateral
·
Pengisian air di pori-pori antar butir
tanah
·
Pengembangan tanah
D.
Dampak Kerusakan Tanah terhadap Tingkat Kesuburan Tanah
Erosi
dan gerakan tanah dapat berdampak langsung terhadap kondisi tanah setempat.
Dampak langsung tersebut antara lain hilangnya lapisan atas atau lapisan olah
tanah, sedikit demi sedikit hingga sampai pada lapisan bawah (subsoil) yang
sifat tanahnya lebih buruk.
Penurunan
tingkat kesuburan tanah sebagai dampak terjadinya erosi dan gerakan tanah
tampak dari adanya pernghanyutan partikel tanah, perubahan struktur tanah,
penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah.
E.
Upaya Mengurangi dan Mencegah Kerusakan Tanah
Erosi
dan gerakan tanah lainnya merupakan proses yang alamiah yang tidak mudah,
bahkan tidak dapat dihilangkan. Namun, kita dapat mengupayakan agar erosi dan
gerakan tanah lainnya yang terjadi tidak merusak sama sekali atau melebihi laju
pembentukan tanah. Upaya tersebut sangat penting terutama untuk lahan pertanian
agar tidak banyak kehilangan tanah lapisan atas yang mengandung unsur hara.
Jika upaya tersebut dapat dilakukan, tingkat kesuburan dan produktivitas tanah
dapat diperhatikan.
Salah satu upaya yang
dilakukan dalam rangka mengurangi dan mencegah kerusakan tanah adalah melalui
konservasi tanah. Konservasi tanah adalah pemeliharaan dan perlindungan tanah
dalam rangka mengurangi dan mencegah kerusakan tanah melalui upaya pelestarian.
Tujuan
utama konservasi tanah adalah memperoleh tingkat keberlanjutan produksi tanah
dengan jalan menjaga laju kehilangan tanah. Usaha konservasi tanah yang paling
penting dilakukan adalah penggunaan tanah sesuai dengan keperluan dan
kemampuannya. Usaha konservasi tanah dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu
metode vegetatif (agronomis), mekanik, dan kimia. Ketiga metode tersebut
memiliki maksud yang sama dalam konservasi tanah, yaitu melindungi tanah dari
curahan hujan secara langsung, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah,
mengurangi laju aliran permukaan, dan meningkatkan stabilitas partikel-partikel
(agregat) tanah.
1.
Metode Vegetatif
Metode
vegetatif adalah konservasi tanah dengan memanfaatkan tanaman atau sisa tanaman
sebagai media untuk menahan laju erosi. Merode ini berfungsi melindungi tanah
dari penghancuran oleh butiran air hujan, aliran permukaan, dan memperbaiki
kapasitas infiltrasi. Termasuk dalam metode ini antara lain: reboisasi,
penghijauan, penanaman makanan ternak, pergiliran tanaman, penanaman tanaman
penghalang angin (wind barrier), dan
pemberian unsur organik dalam tanah dengan menimbun sisa organisme dalam tanah
(misal daun-daun kering).
2.
Metode Mekanik
Terassering
merupakan salah satu konservasi tanah secara mekanik.
Metode
mekanik adalah konservasi tanah melalui pengelolaan tanah guna mengurangi
banyaknya tanah yang hilang akibat erosi dan gerakan tanah lainnya. Metode ini
berfungsi memperlambat aliran permukaan, menampung dan mengalirkan aliran
permukaan, serta menyediakan air bagi tanaman. Termasuk dalam metode ini antara
lain pengolahan tanah, pembuatan teras, pembuatan saluran air (irigasi), sistem
tumpang sari, sistem sengkedan, dan sistem tegalan.
3.
Metode Kimia
Metode
kimia adalah konservasi tanah dengan memberikan bahan-bahan kimia. Metode ini
dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan
agregat tanah. Termasuk dalam metode ini adalah perncampuran tanah dengan
menggunakan bitumen.
F.
Pemanfaatan Tanah yang Baik
Guna menjaga kelestarian tanah
diperlukan cara yang bijak dalam pemanfaatannya. Sehubungan dengan upaya
konservasi, pemanfaatan potensi tiap jenis tanah harus disesuaikan dengan
keperluannya akan tetapi, masih banyak manusia yang memanfaatkan tanah tanpa
pertimbangan kelestariannya. Kondisi seperti ini banyak dijumpai pada
daerah-daerah dengan sumber daya tanahnya yang terbatas. Keterbatasan sumber
daya tanah tersebut tidak saja hanya pada luasnya (kuantitas), tetapi juga pada
tingkat kesuburannya (kualitas). Keterbatasan luas mungkin sulit bahkan tidak
dapat diatasi, tetapi keterbatasan kesuburan dapat diatasi.
Keterbatasan kesuburan dapat
diatasi dengan memberikan masukan-masukan pada tanah. Hal ini dimaksudkan agar
setiap tindakan dan perlakuan pada tanah tidak akan menurunkan
produktivitasnya, tetapi justru sebaliknya. Masukan-masukan yang perlu
dilakukan tersebut harus meliputi pemupukan, perbaikan sistem pengelolaan dan
pengolahan tanah dan tanaman, serta pengadaan sarana pengendali erosi. Semua
masukan tersebut harus disesuaikan dengan prinsip kelestarian tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Baver, L.D. 1961. Soil
Physics. John Wiley & Sons Inc. New york.
Bridges,E.M. 1979.
World Soils. Cambridge Univ.Press.Cambridge,New York.
Buckman
HO, Brady NC. 1969. The Nature and Properties of Soil. New York: Macmillan.
Daniel.
2009. Peran Mikroorganisme dalam Dekomposisi Bahan Organik. http://www.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 13 mei 2016 pukul 20.00 WIB.
Lucia, Febriar,
Lita .2009. Kerusakan Tanah https://wordpress.com. Diakses pada tangggal 14
Juni 2016
E. Handayanto. 2009.
Dasar Ilmu Tanah. Tim Dosen. Malang.
Foth,
H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
_________.
1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Terjemahan oleh Adi Sumarno.
Erlangga. Jakarta.
Hardjowigeno.
S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
______________.,
1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Akademika Pressindo: Jakarta.
Kartasapoetra.
1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Padjajaran. Bandung.
Kuswandi.
1993. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
________.
1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bagian Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian UNPAD. Bandung.
Soenartono.
1978. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar