BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi pertama kali masuk ke Indonesia
tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi ini masuk melalui Batavia (sekarang
Jakarta) yang dibawa oleh Komandan Pasukan Belanda Adrian Van Ommen dari
Malabar - India, yang kemudian ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang
dikenal dengan Pondok Kopi -Jakarta Timur, dengan menggunakan tanah partikelir
Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian mati semua oleh banjir, maka tahun 1699
didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta
dan Jawa Barat antara lain di Priangan, dan akhirnya menyebar ke berbagai
bagian dikepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor.
Kopi pun kemudian menjadi komoditas
dagang yang sangat diandalkan oleh VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh
Belanda di Amsterdam, yang kemudian tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh
Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.
Ekspor
kopi Indonesia pertama kami dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC, dan dalam kurun
waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia Belanda saat itu menjadi
perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia, yang menjadikan VOC
memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 – 1780. Kopi Jawa saat itu sangat
tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa menyebutnya dengan “ secangkir
Jawa”. Sampai pertengahan abad ke 19 Kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.
Produksi kopi di Jawa
mengalami peningkatan yang cukup siginificant, tahun 1830 – 1834 produksi kopi
Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30 tahun kemudian meningkat menjadi 79.600 ton
dan puncaknya tahun 1880 -1884 mencapai 94.400 ton.
Selama
1 3/4 (Satu – tiga perempat) abad kopi Arabika merupakan satu-satunya jenis
kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian perkembangan budidaya
kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran hebat, dikarenakan serangan
penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) , yang masuk ke Indonesia sejak tahun
1876. Akibatnya kopi Arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada
pada ketinggian 1000 m ke atas dari permukaan laut, dimana serangan
penyakit ini tidak begitu hebat. Sisa-sisa tanaman kopi Arabika ini masih
dijumpai di dataran tinggi ijen (Jawa Timur) , Tanah Tinggi Toraja (
Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan ( Sumatera) seperti
Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan dataran tinggi Gayo
di Nangroe Aceh Darussalam.
Untuk mengatasi serangan hama karat
daun kemudian Pemerintah Belanda mendatangkan Kopi Liberika (Coffea Liberica)
ke Indonesia pada tahun 1875. Namun ternyata jenis ini pun juga mudah diserang
penyakit karat daun dan kurang bisa diterima di pasar karena rasanya yang
terlalu asam. Sisa tanaman Liberica saat ini masih dapat dijumpai di daerah
Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan.
Usaha selanjutnya dari Pemerintah
Belanda adalah dengan mendatangkan kopi jenis Robusta ( Coffea Canephora) tahun
1900, yang ternyata tahan terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat
tumbuh serta pemeliharaan yang ringan , sedangkan produksinya jauh lebih tinggi
. Maka kopi Robusta menjadi cepat berkembang menggantikan jenis Arabika
khususnya di daerah – daerah dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl dan mulai
menyebar ke seluruh daerah baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian
timur.
Semenjak
Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, perkebunan rakyat terus
tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta hanya bertahan di Jawa
Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan perkebunan negara (PTPN)
hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Kandungan Toksik dalam Kopi ?
2.
Bagimana cara menangani toksik dalam kopi ketika sudah dalam tubuh ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kopi
Kopi adalah minuman yang digemari banyak
orang, baik pria maupun wanita. Semua orang di dunia ini tidak ada yang tidak
mengetahui kopi. Kopi bukanlah sesuatu yang asing, minuman tersebut sangat
mudah dan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kopi adalah sejenis
minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi.
Kata kopi sendiri berasal dari bahasa arab ‘qahwah’ yang berarti kekuatan, karena pada awalnya
kopi digunakan sebagai minuman yang berenergi tinggi. Kata qahwah kembali
mengalami perubahan menjadi kohven yang berasal dari bahasa Turki. Dan kemudian
berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera
diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal sampai saat
ini.
Secara umum, terdapat dua jenis
kopi, yaitu kopi arabika (kualitas terbaik) dan kopi robusta. Dari dua jenis
kopi ini masing-masing memiliki keunikan sendiri. Biji kopi arabika merupakan
tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sedangkan kopi robusta dapat
dikatakan sebagai kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam dan
mengandung kafein dalam kadar yangjauh lebih banyak.
Disamping rasa dan aromanya yang
menarik, kopi juga dipercaya dapat menurunkan resiko terkena penyakit kanker,
diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung. Kopi dikenal dengan
minuman yang memiliki kandungan kafein yang berkadar tinggi. Banyak kabar
dikhalayak mengenai dampak dari kafein tersebut. Baik kabar yang terdengar
positif hingga dampak yang bersifat negatif atau merugikan manusia yang
meminumnya.
Kafein itu sendiri adalah senyawa
alkaloid xantina berbentuk kristal dan mempunyai rasa yang pahit yang bekerja
sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein dijumpai secara
alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun tee, buah kola, guarana dan
mate. Pada tumbuhan , kafein berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan
dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Pada
umumnya kafein dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstrasinya dari biji kopi
dan daun teh.
Perkebunan kopi di Indonesia
sebagian besar diusahakan oleh rakyat. Umumnya jenis kopi yang ditanam adalah
Robusta. Dari hasil analisis laboratorium pengujian mutu, diketahui bahwa mutu
kopi Indonesia berada pada grade 4, 5 dan 6. Hal ini sangat menyulitkan
Indonesia untuk bersaing di pasar internasional. Buruknya mutu kopi Indonesia
disamping disebabkan oleh rendahnya mutu bahan tanaman, juga disebabkan oleh
penanganan pascapanen kopi yang kurang baik (Siswoputranto, 1993). Penanganan pascapanen
seperti pengeringan yang kurang sempurna dan penyimpanan yang kurang layak akan
menyebabkan kerusakan pada biji kopi antara lain disebabkan oleh serangan
mikrob.
Cendawan adalah mikrob yang pada
umumnya terdiri dari banyak sel bergabung menjadi satu (multiseluler ) (Pitt
and Hocking, 1997). Biji kopi yang disimpan di gudang penyimpanan akan
mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sebagai akibat dari interaksi antara
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik utama yang menyebabkan kerusakan biji
kopi di penyimpanan adalah serangga, sedangkan cendawan merupakan faktor biotik
kedua setelah serangga (Subramanyam and Hangstrum, 1995). Serangan cendawan
pada biji kopi dapat menyebabkan penurunan daya kecambah, perubahan warna, bau apek,
pemanasan pada biji-bijian, pembusukan, perubahan komposisi kimia, peningkatan
kadar asam lemak dan penurunan kandungan nutrisi (Sauer et al., 1992).
Selain itu cendawan juga dapat memproduksi mikotoksin yang berbahaya bagi
kesehatan manusia (Ominski et al., 1994). Cendawan pascapanen merupakan cendawan
yang menyerang biji-bijian terutama selama penyimpanan. Cendawan ini memerlukan
kelembaban relatif 65 – 90%.
Sebagian dari cendawan pascapanen
dapat tumbuh pada substrat dengan tekanan osmotik tinggi. Di Negara yang
beriklim tropis Aspergillus dan Eurotium merupakan cendawan pascapanen yang
dominan dijumpai di tempat penyimpanan (Pitt and Hocking, 1997), sedangkan
Penicillium tidak begitu berperan. Beberapa spesies cendawan yang menyerang
biji kopi dapat memproduksi toksin. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa beberapa
spesies Aspergillus dan Penicillium dapat memproduksi okratoksin (OA), toksin penyebab
keracunan ginjal pada manusia maupun hewan, juga bersifat karsinogen. Hal
penting yang berkaitan dengan perdagangan kopi di pasar internasional adalah
bahwa sebagian besar Negara pengimpor kopi mensyaratkan kandungan okratoksin A
(OA) yang sangat rendah atau bebas OA, misalnya negara Italia mensyaratkan kandungan
kandungan OA, yaitu maksimum 4 ppb (Raghuramulu and Naidu, 2002).
Propinsi Bengkulu merupakan salah
satu propinsi penghasil kopi di Sumatera. Hampir 50% produksi kopi Robusta
nasional berasal dari daerah Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung yang dikenal
dengan daerah triangle. Sebagian besar biji kopi yang berasal dari propinsi
Bengkulu di ekspor ke beberapa negara di dunia (Direktorat Jendral Bina
Produksi Perkebunan, 2002). Dari luas areal wilayah propinsi Bengkulu 1.978.870
ha, potensi untuk lahan perkebunan seluas 818.784,74 ha. Kabupaten Kepahiang,
Curup, Lebong dan Bengkulu Utara adalah kabupaten yang menurut dinas setempat
merupakan sentra produksi kopi di propinsi Bengkulu (Dinas Perkebunan Propinsi
Bengkulu, 2004). Mengingat propinsi Bengkulu merupakan salah satu sentra
produksi kopi Robusta di Indonesia, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat infeksi cendawan pada kopi di Indonesia
khususnya kopi Bengkulu. Manfaat penelitian ini yaitu untuk perbaikan dalam
penanganan pascapanen biji kopi apabila dari hasil penelitian ditemukan biji
kopi dengan tingkat infeksi cendawan yang tinggi yang menyebabkan kualitas
kurang baik.
2.2 Toksik dalam Kopi
a) Kafein
Kafein (C8H10N4O2)
ialah senyawa alkaloid xantina yang berbentuk kristal dan berasa pahit yang
bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretic ringan. Kafein
ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman Friedrich Ferdinand Runge, pada
tahun 1819. Ia menciptakan istilah “kaffein” untuk merujuk pada senyawa kimia
pada kopi. Kafein dijumpai secara alami
pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola, guarana, dan mate. Kafein
merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir
rasa kantuk secara sementara. Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling
banyak dikonsumsi didunia. Di amerika utara, 90% orang dewasa mengonsumsi
kafein setiap hari.
Berbagai efek kesehatan dari kopi
pada umumnya terkait dengan aktivitas kafein didalam tubuh. Peranan utama kafein ini didalam tubuh
adalah meningkatkankrja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan
efek fisiologis berupa peningkatan energi. Efek ini biasanya baru akan terlihat
beberapa jam kemudian setelah mengonsumsi kopi. Kafein tidak hanya dapat
ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji
cokelat.
Keberadaan
kafein dijumpai pada banyak spesies tumbuhan, dimana ia berperan sebagai
pestisida alami. Kafein melumpuhkan dan mematikan mematikan serangga-serangga
tertentu yang memakan tanaman tersebut. Kadar kafein yang tinggi juga ditemukan
pada tanah disekitar semai biji kopi yang berperan sebagai penghambat
perkecambahan semai kopi lain disekitarnya, sehingga meningkatkan tingkat
keberlangsungan hidup kecambah kopi itu sendiri.
Sumber utama kafein didunia adalah
biji kopi. Kandungan kafein pada kopi bervariasi, tergantung pada jenis kopi
dan metode pembuatan yang digunakan. Secara umum satu sajian kopi mengandung
sekitar 40 mg (30 mL espresso variates Arabica) kafein, sampai dengan 100 mg
kafein untuk secangkir (120 mL) kopi. Umumnya kopi dark-roast memiliki kadar
kafein yang lebih rendah karena proses pemanggangan akan mengurangi kandungan
kafein pada biji tersebut.
Semua
atom nitrogen kafein pada dasarnya planar (hibridisasi orbital sp2),
yang menyebabkan molekul kafein bersifat aromatik. Apabila diperlukan, kafein
dapat disintesis dari dimeltilura dan asam malonat. Kafein memiliki molekul
metabolit yaitu 1-3-7-asam trimetilurat, paraksantina, teofillina dan
teobromina dengan masing-masing lintasan metabolismenya.
Contoh kandungan kafein pada kopi:
·
Kopi moka (mentah) 1,08%
·
Kopi moka (sangrai) 0,82%
·
Kopi Robusta jawa 1,48%
·
Kopi Arabika 1,16%
·
Kopi Liberica (mentah) 1,56%
·
Kopi Liberica (sangria) 2,19%
·
Kopi instan (segera) 2,8-5,0%
Dampak positif dan negatif kafein
bagi kesehatan tubuh :
Dibalik
kenikmatannya, kopi memiliki kandungan kafein yang memiliki pengaruh positif
dan negatif yang dapat bekerja pada tubuh manusia.
1. Dampak
positif
Kafein yang terkandung dalam kopi
mempunyai manfaat atau keuntungan bagi tubuh manusia, antara lain :
·
Menekan pertumbuhan sel kanker
·
Menurunkan resiko terkena diabetes militus
·
Meningkatkan metabolisme energi
·
Mengurangi resiko penyakit Alzheimer dan Demensia
·
Mengurangi resiko penyakit batu empedu
·
Dapat mengurangi resiko terkena penyakit Parkinson
·
Sebagai antioksidan yang efektif
·
Berfungsi sebagai analgesik (pembunuh rasa sakit)
2. Dampak
negatif
Selain bermanfaat untuk kesehatan ternyata
kafein juga memilik efek buruk bagi kesehatan, diantaranya yaitu :
·
Meningkatkan resiko terkena stroke
·
Kafein dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi
karena terlalu banyak berkemih
·
Kecemasan dan Gangguan Tidur
Asosiasi Psikolog Amerika mengaitkan bentuk
tertentu dari kecemasan dan gangguan tidur dengan efek kafein.
Kedua gangguan tersebut merupakan hasil dari
asupan kafein dalam jangka panjang sehingga mengganggu tidur dan pola otak
normal.
Gejala kecemasan yang disebabkan oleh kafein
termasuk diataranya adalah serangan panik dan masalah psikologis lainnya
termasuk perilaku obsesif dan skizofrenia.
·
Withdrawal
Kecanduan kafein dapat mengakibatkan gejala
withdrawal (gejala kecanduan) jika penggunaan kafein dihentikan. Efek ini dapat
berkisar dari ringan sampai parah, termasuk diantaranya adalah sakit kepala,
kebingungan, depresi, mual, dan kelelahan.
·
Kafein dapat menyebabkan lambung memproduksi asam tambahan
sehingga bisa menimbulkan masalah pada saluran pencernaan.
The National Digestive Disease Information
Clearinghouse (NDDIC) melaporkan bahwa masalah-masalah saluran gastrointestinal
disebabkan oleh kelebihan konsumsi kafein, termasuk ulcer (luka) di lambung dan
kerongkongan.
·
Kafein dan Jantung
Efek kafein terhadap jantung masih dalam
penyelidikan. Jika dikonsumsi dalam jumlah moderat, kafein tampaknya tidak
memiliki efek positif maupun negatif pada jantung.
Namun, menurut temuan European Society of
Cardiology (ESC), peminum kopi berat menunjukkan peningkatan tekanan darah yang
dikaitkan dengan penyakit jantung dan meningkatnya risiko serangan jantung atau
stroke.
Temuan ESC juga menunjukkan bahwa peminum kopi
berat rentan mengalami jantung berdebar-debar dan kelelahan, serta peningkatan
risiko serangan jantung dan stroke di kemudian hari.
b) Okratoksin (OA)
Cendawan
pascapanen merupakan cendawan yang menyerang biji-bijian terutama selama
penyimpanan. Cendawan ini memerlukan kelembaban relatif 65 – 90%. Sebagian dari cendawan pascapanen dapat tumbuh pada substrat
dengan tekanan osmotik tinggi. Di Negara yang beriklim tropis Aspergillus dan
Eurotium merupakan cendawan pascapanen yang dominan dijumpai di tempat
penyimpanan (Pitt and Hocking, 1997), sedangkan Penicillium tidak begitu
berperan. Beberapa spesies cendawan yang menyerang biji kopi dapat memproduksi
toksin. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa beberapa spesies Aspergillus
dan Penicillium dapat memproduksi okratoksin (OA), toksin penyebab
keracunan ginjal pada manusia maupun hewan, juga bersifat karsinogen. Hal
penting yang berkaitan dengan perdagangan kopi di pasar internasional adalah
bahwa sebagian besar Negara pengimpor kopi mensyaratkan kandungan okratoksin (OA) yang sangat rendah atau bebas OA,
misalnya negara Italia mensyaratkan kandungan kandungan OA, yaitu maksimum 4 ppb
(Raghuramulu and Naidu, 2002). Propinsi Bengkulu merupakan salah satu propinsi
penghasil kopi di Sumatera. Hampir 50% produksi kopi Robusta nasional berasal
dari daerah Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung yang dikenal dengan daerah
triangle. Sebagian besar biji kopi yang berasal dari propinsi Bengkulu di ekspor
ke beberapa negara di dunia (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan,
2002). Dari luas areal wilayah propinsi Bengkulu 1.978.870 ha, potensi untuk
lahan perkebunan seluas 818.784,74 ha. Kabupaten Kepahiang, Curup, Lebong dan
Bengkulu Utara adalah kabupaten yang menurut dinas setempat merupakan sentra produksi
kopi di propinsi Bengkulu (Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu, 2004). Mengingat
propinsi Bengkulu merupakan salah satu sentra produksi kopi Robusta di
Indonesia,
maka perlu dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
infeksi cendawan pada kopi di Indonesia khususnya kopi Bengkulu. Manfaat
penelitian ini yaitu untuk perbaikan dalam penanganan pascapanen biji kopi apabila
dari hasil penelitian ditemukan biji kopi dengan tingkat infeksi cendawan yang
tinggi yang menyebabkan kualitas kurang baik.
Infeksi Cendawan
Sebanyak 17 spesies cendawan telah diisolasi
dari biji kopi yang diperoleh dari petani, yaitu Aspergillus flavus, A.
fumigatus, A. niger, A. ochraceus, A. restrictus, A. wentii, Endomyces
fibuliger, Eurotium chevalieri, Fusarium acuminatum, F. oxysporum, F.
semitectum, Lasiodiplodia theobromae, Mucor javanicus, Penicillium
citrinum, Rhizopus arrhizus, R. oryzae dan Wallemia sebi (Tabel
1) Aspergillus niger merupakan cendawan yang dominan pada biji kopi yang
diperoleh dari petani diikuti oleh L. theobromae dan A. flavus. Persentase
sampel yang terserang A. niger dan rata-rata persentase biji yang
terserang dari sampel yang terserang masing-masing adalah 96,7 dan 69,21%. Hal
ini disebabkan karena A. niger merupakan cendawan yang bersifat kosmopolit
(terdapat di mana-mana) dan juga kemungkinan lain disebabkan biji kopi
merupakan substrat yang cocok untuk pertumbuhan A. niger. Komposisi gizi
yang terdapat pada biji kopi memungkinkan A. niger tumbuh lebih baik dibandingkan
pada substrat lainnya.
Menurut Ominski et al. (1994)
substrat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan cendawan.
Pada substrat yang sesuai cendawan dapat tumbuh dan berkembang biak dengan
cepat. Kandungan lemak, protein dan komposisi kimia lainnya pada substrat
mempengaruhi pertumbuhan cendawan dan produksi toksinnya. Persentase sampel
yang terserang A.ochraceus dan rata-rata persentase biji yang terserang
dari sampel yang terserang masingmasing adalah 23,3 dan 7,43%. Sedangkan persentase
sampel yang terserang L. theobromae dan A. flavus masing-masing
adalah 86,7 dan 83,3% dengan rata-rata persentase biji yang terserang dari
sampel yang terserang masing-masing adalah 5,34 dan 5,32%. Sebanyak 13 spesies
cendawan telah diisolasi dari biji kopi yang diperoleh dari pedagang pengumpul
kecamatan, yaitu Aspergillus flavus, A. fumigatus, A. niger, A.
ochraceus, A. wentii, Endomyces fibuliger, Fusarium acuminatum,
F. semitectum, Lasiodiplodia theobromae, Mucor javanicus, Penicillium
citrinum, Rhizopus oryzae, dan Wallemia sebi (Tabel 2). Aspergillus
niger juga merupakan cendawan dominan pada biji kopi yang diperoleh dari
pedagang pengumpul kecamatan, diikuti oleh A. flavus, A. fumigatus dan L.
theobromae. Persentase sampel yang terserang A. niger dan rata-rata
persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masing-masing adalah
100 dan 73,6%. Sedangkan persentase sampel yang theobromae masing-masing
adalah 93,3; 86,7 dan 86,7% dengan rata-rata persentase biji yang terserang
dari sampel yang terserang masingmasing adalah 3,36; 7,77 dan 4,53%. Persentase
sampel yang terserang A.ochraceus dan persentase biji yang terserang
dari sampel yang terserang masing-masing adalah 46,7 dan 2,43%. Sebanyak 15
spesies cendawan telah diisolasi dari biji kopi yang diperoleh dari pedagang pengumpul
kabupaten, yaitu Aspergillus flavus, A. fumigatus, A. niger, A.
ochraceus, A. wentii, Endomyces fibuliger, Fusarium acuminatum, F.
moniliforme, F. oxysporum, F. solani, Lasiodiplodia theobromae, Mucor
javanicus, Penicillium citrinum, Rhizopus arrhizus dan R. oryzae
(Tabel 3). Aspergillus niger juga merupakan cendawan dominan pada
biji kopi yang diperoleh dari pedagang pengumpul kabupaten diikuti oleh A.
flavus, A. fumigatus dan L.theobromae. Persentase sampel yang
terserang A. niger dan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel
yang terserang masing-masing adalah 100 dan 74,13%. Sedangkan persentase sampel
yang terserang A.flavus,A.fumigatus dan L. theobromae masing-masing
adalah 80,0; 86,7 dan 80,0% dengan rata-rata persentase biji yang terserang
dari sampel yang terserang masingmasing adalah 6,33; 3,54 dan 3,92%.
Persentase sampel yang terserang A.
ochraceus dan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel
yang terserang masing-masing adalah 46,7 dan 1,71%. Keberadaan cendawan
pada biji kopi berhubungan dengan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan cendawan, yaitu kadar air, suhu, kelembaban,
aktivitas air (aw), lama penyimpanan dan jenis substrat. Apabila semua faktor
lingkungan tersebut mendukung, maka cendawan dapat berkembang
dengan baik dan akan mengakibatkan kerusakan (deteriorasi) pada
komoditas yang diserang (Christensen dan Kaufmann, 1974). Aspergillus
dan Penicillium dapat tumbuh pada kadar air dengan kisaran 13
– 18% (Ominski et al., 1994).
Selanjutnya Taoukis et al.
(2004) menyatakan bahwa aw minimum untuk perkecambahan spora dan
pertumbuhan A. ochraceus adalah 0,77-0,83, A. flavus 0,78-0,80, A.
clavatus 0.85 dan Penicillium citrinum 0,83-0,85. Survei
terhadap tataniaga biji kopi di propinsi Bengkulu menunjukkan siklus
perputaran rantai tataniaga yang tidak lama pada petani, pedagang
pengumpul kecamatan dan pedagang pengumpul kabupaten. Akibatnya periode
penyimpanan biji kopi pada masing-masing tingkat tataniaga tersebut tidak
lama. Hal ini menyebabkan spesies cendawan pada biji kopi yang diperoleh
dari ketiga tingkat tataniaga tersebut relatif sama, dan pada
umumnya persentase sampel yang terserang oleh setiap spesies cendawan
juga rendah.
Menurut Ominski et al. (1994)
waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan maksimum dan produksi
toksinnya oleh cendawan bergantung kepada spesiesnya. Selain itu juga
bergantung kepada jenis substrat. Sebagian besar cendawan pada
biji kopi yang diperoleh dari petani, pedagang pengumpul kecamatan
dan pedagang pengumpul kabupaten merupakan cendawan pasca panen. Penicillium
citrinum merupakan cendawan pascapanen yang dijumpai di setiap
tingkat tataniaga (Tabel 4). Selain itu juga diisolasi cendawan prapanen
(lapangan) seperti Lasiodiplodia theobromae dan Fusarium spp.
Cendawan tersebut menyerang kopi sebelum dipanen, tetapi masih terdapat
pada biji kopi di penyimpanan (setelah panen), karena lama penyimpanan
di setiap tingkat tataniaga relatif singkat. Persentase sampel yang terserang
L. theobromae di tingkat petani, pedagang pengumpul kecamatan dan
pedagang pengumpul kabupaten masing-masing adalah 86.7,86,7 dan 80,0%
(Tabel 1, 2 dan 3). Christensen dan Kaufmann (1974) menyatakan bahwa cendawan
prapanen dapat berkembang pada awal penyimpanan terutama apabila kadar
air bahan cukup tinggi karena cendawan prapanen bersifat higrofilik.
Pencegahan cendawan penghasil
okratoksin pada kopi :
Perlakuan atau praktek-praktek
tersebut dikenal sebagai Good Agricultural Practice (GAP) untuk kegiatan
prapanen, dan Good Manufacturing Practice (GMP) untuk kegiatan pascapanen.
1.Tahap
di lapangan :
· Perlu
diterapkan praktek budidaya yang baik sehingga diperoleh tanaman dan buah kopi
yang sehat.
2.Pemanenan
:
· Menggunakan
peralatan panen yang bersih dan memadai.
· Menghindari
kerusakan buah
· Menghindari
kontaminasi oleh tanah dan bahan kotor lainnya.
·
Memisahkan buah matang, muda dan kering/
jatuh di tanah
·
Memisahkan benda asing dan buah
cacat/rusak.
·
Menghindari penimbunan buah.
3.Pengeringan
·
Pengeringan dengan penjemuran dilakukan
dengan menggunakan alas yang bersih, hindari kontak dengan tanah, atau
menggunakan rak penjemuran (drying table).
·
Pada penjemuran tahap awal (biji masih
basah) proses pengeringan dapat dipercepat dengan membuat hamparan tipis (<
4 cm), kemudian dapat dipertebal seiring dengan penurunan kadar airnya.
·
Pada malam hari, biji ditutup dengan
lembaran plastik, dan diberi ventilasi yang memadai.
·
Menghindari pembasahan ulang, misalnya
tersiram hujan.
·
Proses pengeringan dituntaskan sampai
kadar air mencapai 13 %, hindari penundaan atau penimbunan biji yang masih
belum kering.
·
Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin
pengering, tetapi suhu udara pengeringan harus rendah (± 45°C) khususnya untuk
kopi arabika, untuk kopi robusta dapat digunakan suhu udara yang lebih tinggi
(± 60°C).
4.Penyimpanan.
·
Menyimpan masing-masing jenis kopi
secara terpisah, misalnya kopi gelondongan atau biji kopi.
·
Untuk penyimpanan jangka lama (beberapa
bulan),sebaiknya kopi disimpan dalam bentuk gelondong atau biji kopi yang
benar-benar sudah kering.
·
Penyimpanan kopi dilakukan apabila kadar
air sudah cukup rendah (maksimum 13%).
·
Tempat penyimpanan harus kering bersih,
dan mempunyai ventilasi yang memadai.
·
Sebaiknya menghindari penyimpanan jangka
panjang biji kopi di daerah atau lingkungan yang lembab dan panas seperti di
daerah pelabuhan. Penyimpanan sementara dapat dilakukan di lingkungan tersebut
dengan pengawasan yang ketat.
·
Tumpukan karung diatur di atas landasan
kayu (palet), dan diberi jarak dengan dinding dan antar tumpukan.
·
Menghindari biji dari hujan/basah.
·
Melakukan inspeksi secara teratur untuk
mencegah kerusakan yang lebih berat.
2.3 Penetral Racun dalam Tubuh
Berikut adalah lima tonik kesehatan
yang bermanfaatkan mendetoksifikasi tubuh, seperti dikutip dari Idiva:
·
Air putih
Dr Poonam Rathod, pakar kesehatan,
mengatakan, konsumsi air putih secara teratur sesuai kebutuhan tubuh mampu
membersihkan sistem pencernaan, serta menghilangkan racun dan sisa-sisa makanan
yang menempel di usus. Ini membuat tubuh dan perut bersih dari limbah makanan.
·
Air kelapa segar
Cairan ini bisa mendetoksifikasi
tubuh secara alami. Selain membersihkan saluran pencernaan. Minum air kelapa
akan meningkatkan kekebalan tubuh dan bermanfaat menjaga tubuh tetap terhidrasi
dengan baik.
·
Jus Labu
Jus labu adalah obat alami yang
sangat baik bagi mereka yang menderita masalah pencernaan dan keasaman.
"Ini karena sifat basa-nya. Serat dalam sebotol jus labu juga menyembuhkan
masalah pencernaan," kata Dr Rathod.
·
Teh hijau
Teh hijau adalah antioksidan alami.
Ini mengandung polifenol yang membantu meregulasi glukosa dalam darah.
"Polyphenol menghambat pergerakan glukosa ke dalam sel-sel lemak, sehingga
mencegah mereka memasuki aliran darah," kata Dr Rathod.
·
Jus jeruk
Adalah sumber vitamin C, yang
dikenal untuk meningkatkan kekebalan tubuh. "Jeruk kaya flavonoid,
antioksidan, yang melindungi sistem kekebalan tubuh manusia dengan bertindak
melawan kuman dan bakteri yang menyebabkan penyakit," kata Dr Rathod.
Sebagai tips, minuman detoksifikasi
ini akan lebih baik jika dikonsumsi sebelum sarapan. “Dengan cara seperti ini
proses detoksifikasi akan berjalan dengan baik dan Anda bisa merasakan manfaat
kesehatannya.,” kata Dr Rathod.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Minum dua sampai tiga cangkir kopi
tidak memberikan dampak negatif. Meminum kopi dengan frekuensi lebih dari itu bisa menimbulkan jantung berdebar-debar,
sulit tidur, kepala pusing dan gangguan lainnya. Oleh karena itu, bagi mereka
yang suka mengkonsumsi kopi yang mengandung kafein agar tidak mengantuk
diharapkan jangan mengkonsumsi terlalu berlebihan.
Cendawan merupakan faktor biotik
kedua penyebab kerusakan biji kopi di gudang penyimpanan setelah serangga dan
dapat menghasilkan okratoksin. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi okratoksin
adalah adanya cendawan yang toksigen, substrat yang cocok untuk pertumbuhan cendawan
dan lingkungan yang mendukung cendawan untuk memproduksi toksin seperti aktivitas
air (aw) dan kadar air, suhu, substrat, O2 dan CO2, interaksi mikrob, kerusakan
mekanis, infestasi serangga, jumlah spora dan lama penyimpanan/waktu.
DAFTAR
PUSTAKA
Khusna, Batul, Muhi. 2014. Analisis Kandungan Kafein pada
Kopi. http://muhibatulkhusna.blogspot.com. Abarca,M.L., M.R. Bragulat, G. Castella,and F.J.
Cabanes. 1994. Ochratoxin A
production by strain of Aspergillus niger var. nig. Appl
and Environ Microbiol 64: 2650 – 2652.
Ismayadi, C. dan
Zaenudin. 2002. Pola produksi
infestasi jamur, dan upaya
pencegahan
kontaminasi okratoksin-A pada kopi
Indonesia.
Simposium Kopi; Denpasar, 16 – 17
Oktober 2002.
Denpasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar