Selasa, 14 Juni 2016

Berhubungan Dengan Tanah

Pengertian Tanah
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik.Tanah sangat  berperan dalam kehidupan makhluk hidup di bumi karena tanah membantu pertumbuhan tumbuhan dengan menyediakan hara, air dan unsur-unsur yang di perlukan tumbuhan untuk tumbuh sekaligus sebagai penopang akar. Tanah juga menjadi habitat hidup bagi makhluk mikroorganisme.Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi tempat untuk hidup dan  bergerak. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda- beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.      Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2.      Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan  beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3.      Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4.      Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
5.      Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6.      Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
7.      Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8.      Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera. Para Ilmuan membagi bumi menjadi tiga (3) bagian yaitu lapisan inti(core),lapisan mantel(mantle),dan lapisan kerak(crust).
a.       Inti bumi(core) Inti Bumi (core) adalah lapisan bumi yang terletak di tengah2 bumi/pusat bumi dengan ketebalan 3500 km. Inti bumi bagian luar tedapat bagian cair, sedangkan bagian dalam berbentuk padat yang mempunyai suhu sangatlah panas sekitar 3000-5000 derajat celcius. 
b.      Mantel bumi(mantle) Mantel Bumi (mantle) adalah lapisan batuan yang menyelubungi lapisan inti dengan ketebalan 2900 km. Suhu pada lapisan mantel bumi adalah sekitar 2800 derajat celcius.
c.       Kerak bumi(crust) Kerak Bumi (crust) adalah lapisan bumi yang paling luar yang terdiri dari 2 lapisan yaitu kerak  benua yang merupakan daratan dan kerak samudra yang tertutupi oleh perairan. Kerak benua memiliki ketebalan sekitar 35 km sedangkan kerak samudra hanya sekitar 7 km.

Profil Tanah
Profil merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengankeadaan tanah dan keperluan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada oksisol yang solumnya tebal, pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 sampai 3,5 meter. Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju airlarian.Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubahkarena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat air.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki hargak yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah.
Struktur Tanah
Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel tanah yang menghasilkan bentuk/susunan tertentu pada tanah.Struktur tanah juga menentukan ukuran dan jumlah rongga antar partikel tanah yang mempengaruhi pergerakan air,udara,akar tumbuhan,dan organisme tanah. Beberapa jenis struktur tanah adalah remah, butir (granular), lempeng, balok, prismatik dan tiang. Pembagian jenis tanah yang dilakukan oleh para ilmuan ada berbagai macam.Berikut ini adalah  beberapa jenis tanah berdasarkan USDA(United States Department of Agriculture) :
·         Entisols,adalah tanah yang terbentuk dari sedimen vulkanik serta batuan kapur dan metamorf.
·         Histosols adalah tanah yang terbentuk dari pembusukkan jaringan tanaman sehingga mengandung banyak bahan organik.
·         Inceptisols adalah tanah mineral yang usianya masih muda.
·         Verticols adalah tanah mineral dengan warna abu kehitaman, mengandung lempung 30 %  banyak terdapat di daerah beriklim kering dan memiliki batuan induk kaya akan kation.
·         Oxisols adalah tanah yang mengalami pencucian sehingga kandungan zat hara sedikit sementara kandungan alumunium dan besi tinggi.
·         Andisols adalah tanah berwarna gelap yang terbentuk dari endapan vulkanik.
·         Mollisols adalah tanah mineral yang serupa dgn tanah praire, terbentuk dari batuan kapur.
·         Ultisols adalah tanah yang berwarna kuning-merah yang telah mengalami pencucian.

Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah daya tahan atau ketahanan terhadap pengaruh dari luar yang akan mengubah keadaan tanah. Terdapat dua kekuatan yang berperan dalam konsistensi ini, yaitu gaya kohesi atau gaya tarik-menarik antara molekul sejenis dan gaya tegangan permukaan atau adhesi. Dari kedua gaya tersebut terdapat beberapa faktor yang turut bekerja, yaitu kandungan bahan organik, oksida dan hidroksida Fe, Al dan kalsium karbonat (Sarief, 1985).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, S., 1992).
Konsistensi adalah resistansi tanah terhadap kepecahan yang ditentukan oleh sifat-sifat kohesif dan adhesif seluruh massa tanah. Jika struktur berkaitan dengan bentuk, ukuran dan kebedaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan dan gaya antar partikel. Konsistensi itu penting untuk proses pembajakan (Soenartono, 1978).

pH Tanah
Keasaman atau pH (Potential of hidrogen) adalah nilai pada skala 0-14 yang mengambarkan jumlah relatif ion H+ terdapat ion OH– didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah  mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH– sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam lautan tanah lebih kecil daripada ion OH– larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman (Hendra, 2008)
Pengujian PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan kertas indikator universal dan dengan alat PH dilaboratorium dapat menggunakan PH meter Beckman H5 ( Kuswandi, 1993 ).
pH tanah digunakan untuk mengetahui aktvitas organisme, ketersediaan hara, keracunan dan jenis tanaman yang dapat tumbuh pada kondisi tanah tersebut. Penentuan pH tanah dapat dilakukan secara elektronik dan kalorimetrik, baik laboratorium maupun lapangan. Elektrometrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan pH meter, sedangkan kalorimetrik dapat dikerjakan dengan kertas pH. Sedangkan pada praktikum ini pH tanah ditentukan dengan pH stick. PH aktual dianalisis dengan cara mencampurkan tanah dengan air (H2O), sedangkan pH potensial diukur dengan cara mencampurkan tanah dengan KCl (Tan,1991).
Ion H+ dalam tanah dapat berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap menentukan kemasaman aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual secara bersama menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan garam netral (misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh karena K+ dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan mekanisme pertukaran (Notohadiprawiro, 1998)
Penentuan PH tanah dapat ditentukan secara kalorimetrik dan elektrometrik baik dilaboratorium ataupun dilapangan. Elektrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan PH meter Backman, sedangkan kalorimetrik dapat ditentukan dengan suatu alat atau menggunakan kertas PH, pasta PH dan larutan universal. Penentuan car terakhir umumnya lebih murah tetapi peka terhadap pengaruh dari luar. Pada prinsipnya dikerjakan dengan membandingkan warna larutan tanah dengan warna larutan standart dari kertas, pasta dan larutan indikator universal ( Darmawijaya, 1990 ).
Terasering
Terasering adalah kondisi tanah yang dibuat seperti tangga atau bangunan konservasi air dan tanah yang bertujuan untuk memperkecil kemiringan pada lereng dan memperpendek panjang pada lereng dengan pengurukan dan penggalian tanah yang melintangi lereng. Pembuatan teras bertujuan untuk memperbesar serapan air dan mengurangi laju kecepatan aliran pada permukaan sehingga hilangnya tanah berkurang. Jenis-jenis terasering memiliki tipe kemiringan yang berbeda dengan tujuan yang berbeda pula.
a.    Teras Datar (level terrace)
Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 % dengan tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras datar dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan rumput.
b.    Teras Kridit (ridge terrace)
Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 sampai 10%, bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit di mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan ditanami dengan tanaman seperti kaliandra.




c.    Teras Guludan (cotour terrace)
Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 sampai 50 % dan bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah.



d.   Teras Bangku (bench terrace)

Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 sampai 30 % dan bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija.











e.    Teras Individu
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 sampai 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga memungkinkan pembuatan teras individu.



f.    Teras Saluran
Teras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah teknik konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang dibuat untuk meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari bidang olah.




g.     Teras Kebun

Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 sampai 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah.
h.    Teras Batu
Teras batu adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring.







Kerusakan Tanah
Fungsi tanah dalam pertanian dapat hilang atau menurun karena faktor alam maupun karena manusia. Penurunan atau hilangnya fungsi tanah ini disebut dengan kerusakan tanah (degradasi tanah). Kerusakan tanah sebagai sumber unsur hara dapat diperbaharui dalam waktu yang tidak terlalu lama, antara lain dengan cara pemupukan. Tapi, kerusakan tanah pada fungsi sebagai pendukung tanaman memerlukan perbaikan yang sangat lama, bahkan mencapai ratusan tahun untuk pembentukan tanah lagi.
A.  Erosi Tanah
Permukaan tanah yang mengalami erosi akan mengalami penelanjangan tanah dan terbentuk alur-alur kecil di permukaannya, permukaan tanah yang mengalami erosi akan mengalami penelanjangan tanah dan terbentuk alur-alur kecil di permukaannya Kata erosi tanah berasal dari bahasa Latin erodere yang artinya penggundulan atau pelenyapan. Erosi tanah terjadi karena sifat tanah yang selalu dinamis dan senantiasa berubah baik dari segi fisik, kimia, maupun organis. Perubahan secara berlebihan inilah yang mampu merusak tanah dan tanah menjadi tererosi. Erosi atau pengikisan tanah adalah proses penghancuran dan pemindahan tanah ke tempat lain oleh tenaga air, angin, gravitasi atau es/gletser. Namun, di Indonesia pada umumnya erosi yang terjadi adalah erosi yang disebabkan oleh air.
Erosi dapat terjadi secara alami (normal atau geological erosion). Tetapi erosi dapat dipercepat menjadi parah akibat tindakan manusia terhadap tanah (accelerated erosion). Erosi alamiah terjadi sangat lambat sehingga tidak menjadi bencana bagi manusia dan tidak merusak keseimbangan alam. Hal ini terjadi karena erosi tanah seimbang dengan proses pembentukannya. Sedangkan erosi dipercepat dapat menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan karena pada erosi dipercepat volume tanah yang dibawa dan hanyut oleh air lebih besar daripada proses pembentukannya. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab erosi tanah. Kekuatan curah hujan yang jatuh ke tanah dapat memecahkan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah. Dengan demikian semakin besar ukuran titik-titik hujan semakin besar pula erosi yang terjadi. Sedangkan suhu berperan bedar dalam pelapukan tanah, terutama pada daerah dengan perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Semakin bersar selisih suhu siang dan malam semakin banyak material yang tererosi. Sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap proses erosi meliputi: tekstur, kandungan unsur organik, struktur, dan permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air. perrmeabilitas menunjukkan kecepatan air meresap ke dalam tanah baik secara vertikal mauun horizontal.
B.  Gerakan Tanah
Kita sering mendengar peristiwa tanah longsor, baik berupa tanah maupun bersama dengan vegetasi dan batuan yang ada. Tanah tersebut dapat longsor kerena adanya gaya berat atau pengaruh gravitasi bumi. Perpindahan massa tanah dan batuan karena gaya berat disebut tanah bergerak (masswasting atau mass movement). Gerakan tanah dapat terjadi apabila gaya-gaya yang menahan massa tanah di lereng lebih kecil daripada gaya yang mendorong atau meluncurkan tanah. Gaya yang menahan massa tanah di sepanjang lereng dipengaruhi kedudukan muka air tanah, daya ikat tanah dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang bidang luncuran. Gaya pendorong tersebut dipegaruhi di antaranya oleh kandungan air, beban bangunan dan berat massa tanah. Faktor penyebab gerakan tanah dijelaskan sebagai berikut:
·         Hilangnya penahan lateral: akibat erosi, pelapukan, dan kemiringan lereng bertambah oleh gerakan tanah
·         Kelebihan beban tanah: air hujan yang meresap dalam tanah, penimbunan bangunan, dan adanya genangan di lereng bagian atas.
·         Getaran: gempa bumi dan getaran karena ulah manusia.
·         Tekanan lateral: pengisian air di pori-pori antar butir tanah dan pengembangan tanah
·         Gerakan tanah mempunyai kecepatan yang beragam. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kemiringan lereng dan material yang bergerak. Kecepatan pergerakan tanah berpengaruh terhadap bentuk-bentuk masswasting, antara lain sebagai berikut.
1. Slow Flowage/Soil Creep
Gerakan tanah ini sering disebut dengan rayapan tanah, merupakan gerakan tanah yang sangat lambat pada lereng yang landai. Peristiwa ini hanya dapat diketahui dengan mengenali pepohonan yang tumbuh membengkok atau bangunan, seperti tiang listrik yang berdiri miring.
2. Rapid Flowage
Merupakan perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat karena dibantu oleh aliran air dalam tanah yang telah jenuh. Rapid flowage terdiri atas:
·         Solifluction adalah pecahan batuan jenuh air yang mengalir pelan-pelan menuruni lereng
·         Earth flow/tanah mengalir adalah gerakan tanah yang jenuhair bercampur dengan lempung dan debu yang menuruni lereng yang landai.
3.Landslide
Gerakan tanah ini sering disebut dengan tanah longsor, merupakan gerakan cepat material campuran yang kering menuruni lereng, umumnya berupa tanah atau batuan dalam bentuk blok-blok besar. Meskipun bergerak cepat, tetapi masih dapat terlihat oleh mata. Landslide terdiri atas:
·         Rock slide yaitu peristiwa longsoran berupa blok-blok batuan
·         Rock fall yaitu peristiwa runtuhnya massa batuan berupa blok-blok batuan
4.Slump
Merupakan gerakan longsoran tanah yang gerakannya putus-putus.
5. Subsidence
Gerakan ini sering disebut tanah amblas, merupakan gerakan tanah ke arah vertikal yang terjadi secara lambat.

C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
1. Hilangnya penahan lateral
·         Akibat erosi
·         Pelapukan
·         Kemiringan lereng bertambah oleh gerakan tanah
2. Kelebihan beban tanah
·         Air hujan yang meresap pada tanah
·         Penimbunan bangunan
·         Adanya genangan di atas lereng bagian atas
3. Getaran
·         Gempa bumi
·         Getaran karena ulah manusia
4. Tekanan lateral
·         Pengisian air di pori-pori antar butir tanah
·         Pengembangan tanah

D. Dampak Kerusakan Tanah terhadap Tingkat Kesuburan Tanah
Erosi dan gerakan tanah dapat berdampak langsung terhadap kondisi tanah setempat. Dampak langsung tersebut antara lain hilangnya lapisan atas atau lapisan olah tanah, sedikit demi sedikit hingga sampai pada lapisan bawah (subsoil) yang sifat tanahnya lebih buruk.
Penurunan tingkat kesuburan tanah sebagai dampak terjadinya erosi dan gerakan tanah tampak dari adanya pernghanyutan partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah.

E. Upaya Mengurangi dan Mencegah Kerusakan Tanah
Erosi dan gerakan tanah lainnya merupakan proses yang alamiah yang tidak mudah, bahkan tidak dapat dihilangkan. Namun, kita dapat mengupayakan agar erosi dan gerakan tanah lainnya yang terjadi tidak merusak sama sekali atau melebihi laju pembentukan tanah. Upaya tersebut sangat penting terutama untuk lahan pertanian agar tidak banyak kehilangan tanah lapisan atas yang mengandung unsur hara. Jika upaya tersebut dapat dilakukan, tingkat kesuburan dan produktivitas tanah dapat diperhatikan.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dan mencegah kerusakan tanah adalah melalui konservasi tanah. Konservasi tanah adalah pemeliharaan dan perlindungan tanah dalam rangka mengurangi dan mencegah kerusakan tanah melalui upaya pelestarian.
Tujuan utama konservasi tanah adalah memperoleh tingkat keberlanjutan produksi tanah dengan jalan menjaga laju kehilangan tanah. Usaha konservasi tanah yang paling penting dilakukan adalah penggunaan tanah sesuai dengan keperluan dan kemampuannya. Usaha konservasi tanah dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu metode vegetatif (agronomis), mekanik, dan kimia. Ketiga metode tersebut memiliki maksud yang sama dalam konservasi tanah, yaitu melindungi tanah dari curahan hujan secara langsung, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, mengurangi laju aliran permukaan, dan meningkatkan stabilitas partikel-partikel (agregat) tanah.
1.      Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah konservasi tanah dengan memanfaatkan tanaman atau sisa tanaman sebagai media untuk menahan laju erosi. Merode ini berfungsi melindungi tanah dari penghancuran oleh butiran air hujan, aliran permukaan, dan memperbaiki kapasitas infiltrasi. Termasuk dalam metode ini antara lain: reboisasi, penghijauan, penanaman makanan ternak, pergiliran tanaman, penanaman tanaman penghalang angin (wind barrier), dan pemberian unsur organik dalam tanah dengan menimbun sisa organisme dalam tanah (misal daun-daun kering).
2. Metode Mekanik
Terassering merupakan salah satu konservasi tanah secara mekanik.
Metode mekanik adalah konservasi tanah melalui pengelolaan tanah guna mengurangi banyaknya tanah yang hilang akibat erosi dan gerakan tanah lainnya. Metode ini berfungsi memperlambat aliran permukaan, menampung dan mengalirkan aliran permukaan, serta menyediakan air bagi tanaman. Termasuk dalam metode ini antara lain pengolahan tanah, pembuatan teras, pembuatan saluran air (irigasi), sistem tumpang sari, sistem sengkedan, dan sistem tegalan.
3. Metode Kimia
Metode kimia adalah konservasi tanah dengan memberikan bahan-bahan kimia. Metode ini dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat tanah. Termasuk dalam metode ini adalah perncampuran tanah dengan menggunakan bitumen.

F. Pemanfaatan Tanah yang Baik
Guna menjaga kelestarian tanah diperlukan cara yang bijak dalam pemanfaatannya. Sehubungan dengan upaya konservasi, pemanfaatan potensi tiap jenis tanah harus disesuaikan dengan keperluannya akan tetapi, masih banyak manusia yang memanfaatkan tanah tanpa pertimbangan kelestariannya. Kondisi seperti ini banyak dijumpai pada daerah-daerah dengan sumber daya tanahnya yang terbatas. Keterbatasan sumber daya tanah tersebut tidak saja hanya pada luasnya (kuantitas), tetapi juga pada tingkat kesuburannya (kualitas). Keterbatasan luas mungkin sulit bahkan tidak dapat diatasi, tetapi keterbatasan kesuburan dapat diatasi.
Keterbatasan kesuburan dapat diatasi dengan memberikan masukan-masukan pada tanah. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakan dan perlakuan pada tanah tidak akan menurunkan produktivitasnya, tetapi justru sebaliknya. Masukan-masukan yang perlu dilakukan tersebut harus meliputi pemupukan, perbaikan sistem pengelolaan dan pengolahan tanah dan tanaman, serta pengadaan sarana pengendali erosi. Semua masukan tersebut harus disesuaikan dengan prinsip kelestarian tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Baver, L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york.

Bridges,E.M. 1979. World Soils. Cambridge Univ.Press.Cambridge,New York.

Buckman HO, Brady NC. 1969. The Nature and Properties of Soil. New York: Macmillan.

Daniel. 2009. Peran Mikroorganisme dalam Dekomposisi Bahan Organik. http://www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 13 mei 2016 pukul 20.00 WIB.

Lucia, Febriar, Lita .2009. Kerusakan Tanah https://wordpress.com. Diakses pada tangggal 14 Juni 2016

E. Handayanto. 2009. Dasar Ilmu Tanah. Tim Dosen. Malang.

Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

_________. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Terjemahan oleh Adi Sumarno. Erlangga. Jakarta.

Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.

______________., 1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Akademika Pressindo: Jakarta.

Kartasapoetra. 1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.

Kuswandi. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

________. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bagian Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung.


Soenartono. 1978. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar