Tanaman
ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga yang
berwarna putih dengan massa bunga yg kompak seperti yg ditemukan saat ini
dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis
bunga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke 21. Walaupun tanaman ini adalah
tanaman dataran tinggi tropika dan wilayah dengan lintang lebih tinggi,
beberapa kultivar dapat membentuk bunga di dataran rendah sekitar khatulisiwa.Daerah
dataran tinggi (pegunungan) adalah pusat budidaya kubis bunga. Pusat Produksi
tanaman ini terletak di Jawa Barat yaitu di Lembang, Cisarua, Cibodas. Tetapi
saat ini kubis bunga mulai ditanam di sentra-sentra sayuran lainnya seperti
Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Pangalengan, Maja dan Garut (Jawa Barat), Kopeng
(Jawa Tengah) dan Bedugul (Bali).
Klasifikasi botani tanaman
kubis bunga adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica oleracea var. botrytis L.
Brassica
oleracea varitas botrytis terdiri atas 2 subvaritas yaitu
califlora DC. yang kita kenal sebagai kubis bunga putih dan cymosa Lamn. yang
berbunga hijau dan terkenal sebagai brokoli.
Penentuan
kultivar berdasarkan ukuran, kemampatan dan warna massa bunga.
Kultivar lokal adalah kultivar
Cirateun yang banyak ditanam di Lembang, sedangkan kultivar introduksi adalah
kultivar Farmers Early No 2 (umur panen 63 hari) dan Fengshan Extra Early (umur
panen 59 hari) asal Taiwan untuk dataran rendah sampai medium, Snown Crown asal
Jepang untuk dataran menengah dan dataran tinggi serta Tropical Early asal
jepang untuk dataran rendah.
Walaupun biasanya hanya bagian
massa bunga yang dimanfaatkan sebagai sayuran yang mengandung mineral cukup
lengkap, daun tanaman ini bisa dimakan dan rasanya manis tanpa ada rasa pahit.
Pengertian Bunga Kol
Bunga kol (Brassica oleracea var.
botrytis L. subvar. cauliflora DC) adalah jenis sayuran yang masuk dalam
famili Brassicaceae (jenis kol dengan
bunga putih kecil). Masyarakat Indonesia biasa menyebutnya kubis bunga atau
blum kol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari
Mediterania yang memiliki iklim subtropis, dan dikembangkan oleh Mc.Mohan ahli
benih dari Amerika pada tahun 1866. Bunga kol diperkirakan masuk ke Indonesia
pada abad 21 yang
dibawa oleh orang-orang dari India.
Untuk membudidayakan bunga kol, awalnya hanya bisa ditanam di daerah yang
memiliki temperatur minimum 15.50-18 oC dan maksimum 24 oC dengan kelembaban optimum
antara 80-90%.. Tapi dengan diciptakannya kultivar baru yang tahan terhadap
temperatur tinggi, membuat budidaya bunga kol juga dapat dilakukan di dataran
rendah (0-200 m dpl) serta menengah (200-700 m dpl).
Bunga kol lebih menyukai tanah lempung daripada tanah yang liat, tapi bisa
toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir. Tanah harus subur, gembur serta
mengandung banyak bahan organik. Unsur hara mikro yang ada pada tanah tidak
boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo). Jika kurang,
maka harus dicukupi dari pupuk.
Syarat Pertumbuhan
1.
Kubis
bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis.
2. Di
tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum
15.5-18 derajat C dan maksimum 24 derajat C
3.
Kelembaban
optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90%.
4. Dengan
diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi,
budidaya tanaman kubis bunga juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m
dpl) dan menengah (200-700 m dpl).
5. Di
dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya
sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang.
6.
Tanah
lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat.
Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir.
7.
Kemasaman
tanah yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan drainase yang memadai.
8. Tanah
harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh
kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga
unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari pupuk.
9. Di
Indonesia, sebenarnya kubis bunga hanya cocok dibudidayakan di daerah
pegunungan berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl.
Budidaya Kol Bunga
1.
Pembibitan
Benih yang baik harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
· Benih
harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta
bersih dari kotoran.
· Mempunyai
daya kecambah 80% sehingga untuk satu hektar kebun diperlukan 100-250 gram
tergantung pada ukuran benih
·
Benih
yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
Penyiapan benih dimaksudkan
untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap serangan
penyakit. Cara-cara penyiapan
adalah sebagai berikut:
·
WarungTani
I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10
ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt air selama 15-30 menit.
·
Penyeleksian
benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
·
Rendam
benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat
berkecambah.
Benih harus disemai dan
dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan.
Penyemaian
dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat
dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
Hal yang perlu diperhatikan
dalam penentuan lokasi persemaian antara lain :
·
tanah
tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan;
·
lokasi
mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan
·
dekat
dengan sumber air bersih.
Penyemaian dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Penyemaian
di bedengan
·
Sebelum
bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar
110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan.
· Tambahkan
ayakan pupuk kandang fermentasi halus dan campurkan dengan tanah dengan
perbandingan 1:2 atau 1:1.
· Siramkan
larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, diamkan selama 2 hari.
· Bedengan
dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m
di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat.
· Penyemaian
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau
disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang
lebih sedikit daripada cara kedua.
·
Sekitar
2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam
bumbung.
· Bumbung
dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5
cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil
di kedua sisi bagian bawahnya.
· Bumbung
diisi media campuran ayakan pupuk kandang fermentasi dan tanah halus dengan
perbandingan 1:2 atau 1:1.
· Keuntungan
dgn cara ini adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan
jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan
benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama
saat pemindahan bibit ke lahan.
Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
· Dengan
cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan
cara seperti di atas.
· Semprotkan
larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt
air.
· Bumbung
dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan
tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm.
· Media
penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang fermentasi (2:1)
sebanyak 90%.
· Sebaiknya
media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100
derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan POC WarungTani I
dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio
dosis 10 ml/lt air, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan.
Penyiraman dilakukan setiap
hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
Pengatur naungan persemaian
dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu
diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
Penyiangan dilakukan terhadap
tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan
mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.
Dilakukan pemupukan larutan POC
WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt air
Hama yang menyerang biji yang
belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat
pucuk, molusca dan cendawan disemprot dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air,
WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air
Sedangkan penyakit layu.
Pencegahan dan pemberantasan digunakan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air
Bibit dipindahtanam ke lapangan
setelah memiliki 3-4 helai daun atau kira-kira berumur 1 bulan.
Pengolahan Media Tanam
Pembentukan Bedengan
· Lahan
dibersihkan dari tanaman liar dan sisa-sisa akar, dicangkul sedalam 40-50 cm,
lalu dibuat bedengan selebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dengan jarak antar bedengan
40 cm.
·
Pada
lahan miring perlu dibuat parit di antara bedengan tetapi jika lahan datar,
parit ini tidak perlu dibuat.
·
Penyemprotan
POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan lahan.
·
Pada
saat pembuatan bedengan berlangsung, campurkan 2 - 3 ton/ha pupuk kandang
fermentasi & pupuk unorganik urea 10 kg/ha, Sp36 10 kg/ha, Kcl 6 kg/ha
ditambahkan dengan asumsi populasi tanaman per hektar antara 25.000-35.000.
·
Selain
itu juga diberikan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10
ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt air
pada awal pertumbuhan.
Setelah itu lubang tanam dibuat
dengan menggunakan cangkul.
Penanaman
·
Jarak
tanam kubis bunga adalah 50 x 50 cm untuk kultivar yang tajuknya melebar dan 45
x 65 cm untuk kultivar tegak.
·
Waktu
tanam terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore hari antara jam
03.00-05.00.
·
Bibit
di dalam bumbung daun pisang ditanam langsung tanpa membuang bumbungnya.
·
Jika
digunakan bumbung kertas berplastik atau polibag, bibit dikeluarkan dengan cara
membalikkan bumbung dan mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar.
·
Satu
bibit di tanam di dalam lubang tanam dan segera disiram dengan larutan POC
WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt air sampai tanah
menjadi basah benar.
Pemeliharaan
Penyulaman
·
Jika
ada tanaman yang rusak atau mati, penyulaman dapat dilakukan sampai sebelum
tanaman berumur kira-kira 2 minggu.
Penyiangan
·
Penyiangan
yang bersamaan dengan penggemburan dilakukan bersama-sama dengan pemupukan
susulan yaitu pada 7-10 hari setelah tanam (hst), 20 hst dan 30-35 hst.
·
Penyiangan
dan penggemburan harus dilaksanakan dengan hati-hati dan jangan terlalu dalam
agar tidak merusak akar kubis bunga yang dangkal.
·
Pada
akhir pertumbuhan vegetatif (memasuki masa berbunga) penyiangan dihentikan.
Perempelan
·
Perempelan
tunas cabang dilakukan seawal mungkin supaya ukuran dan kualitas massa bunga
yang terbentuk optimal.
·
Segera
setelah terbentuk massa bunga, daun-daun tua diikat sedemikian rupa sehingga
massa bunga ternaungi dari cahaya matahari.
·
Penutupan
ini berfungsi untuk mempertahankan warna bunga supaya tetap putih.
Pemupukan
·
Selama
masa pertumbuhan tanaman diberi larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt
dosis 2 ml/lt air secara periodik 5 – 7 hari sekali.
·
Pemberian
pupuk dasar susulan berupa Urea 10 kg/ha, Sp36 10 kg/ha, & Kcl 12 kg/ha
pada 15 HST & 45 HST.
Pengairan dan Penyiraman
·
Pengairan
dilakukan secara rutin di pagi atau sore hari.
·
Pada
musim kemarau penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari terutama pada saat tanaman
berada pada fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga.
Hama dan Penyakit
Hama
a.
Ulat
Plutella (Plutella xylostella L.)
Ulat yang berwarna hijau ini
memakan permukaan daun bagian bawah dengan meninggalkan tulang-tulang daun
sehinggn daun berlubang.
b.
Ulat
Croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat berwarna hijau bergaris
punggung hijau muda dan berwarna kuning di sisi perut. Akibat serangan ulat
ini, massa bunga atau daun disekelilingnya menjadi bolong-bolong.
c.
Ulat
tanah (Agrotis ypsilon Hufn.)
Ulat menyerang tanama kubis
dengan cara memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman sehingga tangkai
daun atau batang rebah dan layu terutama di siang hari.
d.
Kutu
daun (Aphis brassicae)
Kutu daun menghisap cairan sel
sehingga daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik kotor. Biasanya, kutu
ini hidup berkelompok di permukan bawah daun atau pada massa bunga. Serangan
yang hebat biasanya terjadi di musim kemarau.
e.
Ulat
jengkal (Trichoplusiana sp.) dan ulat
grayak (Spodoptera sp.)
Ulat jengkal berukuran 4 cm,
hijau pucat dan berpita merah muda pada tiap sisi badannya sedangkan ulat
grayak memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis
kekuning-kuningan pada sisinya. Keduanya menyerang daun pada musim kemarau sehingga
daun rusak, bolong-bolong meninggalkan tulang daunnya saja. Ulat grayak
menyerang tanaman beramai-ramai dalam satu kelompok besar.
Pengendalian hama dilakukan
dengan cara terpadu: melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman selain famili
Cruciferae, menyebarkan mikroba yang menjadi musuh alami dan dilakukan
penyemprotan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
& WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air
Penyakit
a.
Busuk
hitam
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Dows. Penyakit ini bersifat tular benih
(seed born) yang menyerang semua fase
pertumbuhan kubis bunga. Infeksi di lapangan melalui bekas gigitan serangga
atau luka. Gejala: terdapat bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang,
tangkai, bunga maupun massa bunga. Batang dan massa bunga menjadi busuk
sehingga tidak dapat dipanen.
b.
Busuk
lunak
Penyebab: bakteri Erwinia carotovora Holland. Penyakit ini
menyebabkan busuk lunak pada tanaman di kebun dan pasca panen. Infeksi terjadi
setelah busuk hitam melalui luka pada pangkal bunga yang hampir dipanen atau
melalui akar yang terluka. Gelaja: busuknya batang atau pangkal bunga dengan
tiba-tiba.
c.
Akar
bengkak
Penyebab: jamur Plasmodiophora brassicae Wor. Gejala:
tanaman layu seperti kekurangan air dan segar kembali di malam hari, lama-lama
pertumbuhan terhambat dan kerdil serta tidak bisa berbunga. Selain akar tanaman
membengkak terlihat pula ada bercak hitam di akar tersebut.
d.
Bercak
hitam
Penyebab: jamur Alternaria sp. Penyakit tular benih ini
menyerang daun dan bagian tanaman lainnya. Gejala: daun menjadi berbercak
coklat muda atau tua bergaris konsentris. Pada akar, batang dan tangkai
terdapat bercak bergaris berwarna kehitam-hitaman.
e.
Semai
roboh (Damping off)
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. dan Phytium sp. Penyakit ini biasanya menyerang persemaian menyebabkan
busuknya pangkal batang.
Pengendalian: dapat dilakukan
dengan melakukan bibit yang bebas penyakit, merendam benih di air panas (50
derajat C) atau di dalam POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida
dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air selama 15
menit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menanam kultivar tahan penyakit,
menghindari tanaman dari kerusakan mekanis atau gigitan serangga, melakukan
sterilisasi media semai atau lahan kebun (khusus untuk akar bengkak),
pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang telah terserang penyakit.
Untuk mencegah serangan hama
dan penyakit, penyemprotan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio
dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air telah
dilakukan walaupun belum ada gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap 1
minggu, bersamaan pada saat melakukan penyemprotan pupuk cair.
Panen
·
Pemanenan
dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat.
·
Umur
panen antara 55-100 hari tergantung dari kultivar.
·
Sebaiknya
panen dilakukan di pagi atau sore hari dengan cara memotong tangkai bunga
bersama sebagian batang dan daunnya sepanjang 25 cm.
·
Hasil
panen per hektar antara 15-40 ton tergantung dari kultivar, populasi tanaman
dan pemeliharaan.
Pascapanen
·
Setelah
bunga kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat yang teduh untuk dilakukan
sortasi.
·
Sortasi
dilakukan berdasarkan diameter kepala bunga yang dibagi menjadi 4 kelas yaitu
> 30 cm, 25-30 cm, 20-25 cm dan 15-20 cm.
·
Penyimpanan
terbaik di ruang gelap pada temperatur 20 derajat C, kelembaban 75-85% atau
kamar dingin dengan temperatur 4.4 derajat C dengan kelembaban 85-95%.
·
Pada
ruangan-ruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.
·
Pengemasan
dilakukan dalam peti kayu dengan kapasitas 25-30 kg. Untuk transportasi jarak
jauh, sertakan kira-kira 6 helai daun dan daun yang berada di atas massa bunga
dipatahkan untuk menutupi bunga. Untuk transportasi jarak dekat ujung-ujung
daun dipotong.
DAFTAR PUSTAKA
_________ . 1993. Sayur Komersial. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Arief,
Arifin. 1990. Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
Cahyono,
Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. D, Pustaka Nusatama.
Yogyakarta.
Pracaya.
1981. Kol Alis Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar