Sistem drip atau biasa disebut sistem irigasi tetes adalah
salah satu sistem hidroponik yang menggunakan teknik yang menghemat air dan
pupuk dengan meneteskan larutan secara perlahan langsung pada akar tanaman.
Sistem drip pada hidroponik dapat juga disebut Fertigasi karena pengairan dan
pemberian nutrisi dilakukan secara bersamaan,
Sistem drip / fertigasi adalah sistem hidroponik yang paling
sering digunakan di dunia, mulai dari hobi hingga skala komersil. Karena biaya
pembuatannya murah dan teknik pembuatannya mudah dibanding sistem hidroponik
yang lain.
Sistem ini lebih populer untuk menanam tanaman sayuran buah
seperti tomat, cabai, melon, paprika, dan terong. Walaupun begitu sebenarnya
sistem ini juga cocok diterapkan untuk menanam sayuran daun dan herbs, tetapi
jarang ditemui kebun sayuran daun yang menggunakan sistem ini. Bahkan sayuran
akar memungkinkan dibudidayakan dengan sistem ini. Hidroponik sistem drip
fertigasi dapat dengan mudah dibuat dengan banyak cara, mulai dari skala hobi
rumahan hingga skala komersil. Selain itu sistem dapat dengan mudah dibongkar
pasang dan diekspansi tanpa banyak merubah jaringan yang sudah ada. Sistem drip
lebih cocok untuk orang yang sudah punya pengalaman berkebun hidroponik karena
manajemen sistem drip memerlukan skill khusus dalam mengatur frekuensi dan
volume irigasi pada tanaman
Sistem irigasi drip terbagi menjadi 2 versi, yaitu sistem
resirkulasi dan sistem non resirkulasi. Sistem resirkulasi biasanya digunakan
untuk pekebun skala hobi dan rumahan karena manajemen irigasinya mudah.
Sedangkan sistem non resirkulasi biasanya digunakan pekebun skala besar dan
komersil karena resiko gagalnya kecil.
Ringkasan
·
Biaya : Murah
·
Tingkat
Kesulitan Pembuatan :
Mudah
·
Tingkat
Kesulitan Perawatan :
Menengah
· Cocok
untuk Tanaman :
hampir semua tanaman dapat dibudidayakan dengan sistem ini
·
Kelebihan : hemat listrik, pengairan
tidak seboros NFT dan Ebb Flow
· Kekurangan : rawan buntu. Jika manajemen
buruk, penggunaan pupuk boros pada sistem non resirkulasi
·
Toleransi
listrik :
butuh listrik tapi sangat toleran jika mati listrik
Prinsip
Cara Kerja
·
Sistem
Drip Resirkulasi
Sistem
resirkulasi biasanya sering diterapkan oleh penghobi skala rumahan. Prinsip
cara kerja dan perawatan hampir mirip dengan sistem NFT dan Ebb Flow yaitu
sirkulasi penggunaan larutan nutrisi yang berulang. Hanya saja tiap selang
fertigasi melayani 1-4 tanaman
Karena
ini sistem resirkulasi, Anda perlu mengatur nilai pH dan EC/TDS pada larutan
nutrisi di tandon / reservoir karena pH dan EC/TDS pada sistem resirkulasi
tidak akan stabil. Selain itu larutan nutrisi dalam tandon perlu dikuras dan
diganti secara berkala seperti sistem NFT dan Ebb Flow.
Pekebun
hobi rumahan senang memakai sistem drip resirkulasi karena tidak terlalu
memusingkan manajemen frekuensi irigasi karena larutan hara yang kelebihan akan
kembali ke tandon, yang penting media tidak kering dan tidak banjir. Pekebun
komersil jarang menggunakan drip resirkulasi karena biaya investasi yang berat
dan ditambah resiko penularan penyakit karena penggunaan larutan nutrisi
berulang
·
Sistem
Drip Non-Resirkulasi
Sistem
non-resirkulasi akan lebih dibahas dalam artikel ini. Sesuai namanya, larutan
nutrisi yang dialirkan ke tanaman tidak digunakan kembali. Walau tidak
digunakan kembali, larutan nutrisi yang diberikan ke tanaman sangat sedikit
yang terbuang.
Pekebun harus mengatur frekuensi dan volume pemberian larutan
nutrisi ke tanaman secara pas sesuai kebutuhan tanaman. Manajemen pengaturan
frekuensi dan volume pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan menggunakan
timer. Prinsip dari sistem drip fertigasi adalah memberi air dan nutrisi
langsung media daerah lokal perakaran tanaman. Tujuannya supaya tanaman lebih
mudah langsung menyerap larutan nutrisi. Selain itu dengan sistem drip, volume
air yang dibutuhkan untuk penyiraman tidak harus banyak sehingga media menjadi
basah seperti Ebb Flow.
Penggunaan air pada sistem drip lebih efisien dibanding
system NFT atau Ebb Flow, karena luasan air tidak banyak terpapar ke udara
luar. Sehingga penguapan air tidak sebanyak NFT atau Ebb Flow. Penyiraman pada
sistem drip difokuskan untuk melembabkan media sekitar daerah perakaran saja
Pemberian irigasi diatur sedemikian rupa agar media tanam
memiliki kelembaban 70%. Tandanya adalah saat media dipegang terasa basah
tetapi air tidak menetes dan jika diremas gumpalan media akan retak merekah.
Dengan media yang lembab sekitar 70%, akar dapat dengan mudah menyerap air dan
hara dan aerasi tetep terjaga karena udara masih dapat bersirkulasi diantara
ruang kosong antar media.
Komponen yang Diperlukan
·
Pot
Menanam :
Untuk tempat tumbuh tanaman, bisa menggunakan polybag, pot, wadah, dll
·
Tandon
Reservoir :
Wadah untuk larutan nutrisi
·
Pompa : Untuk mengalirkan larutan
nutrisi
·
Timer : Mengatur frekuensi dan
volume pemberian irigasi
·
Selang
Inlet 5-8 mm :
saluran penghubung yang memberikan larutan nutrisi dari pipa langsung ke
tanaman
·
Nipple : sebagai penghubung selang
inlet dan pipa jarinan irigasi
·
Emitter
Drip Stick :
agar larutan nutrisi dari inlet dapat masuk menembus dengan mudah menuju akar
tanaman tanpa harus merembes perlahan di media
·
Pipa
PVC atau Selang PE Fleksibel : untuk membuat jaringan irigasi
·
Media
Tanam :
penopang tanaman, tempat untuk menanam
·
Disc
Filter atau Screen Filter :
sebagai filter agar jaringan tidak tersumbat
Selang PE, selang inlet 8mm, filter,
nipple, dan semua perlengkapannya bisa didapatkan di toko penyedia kebutuhan
fertigasi yang biasanya dijual online. Anda bisa mencari informasi toko penjual
melalui grup Facebook, tokopedia, dan fjb kaskus.
Alat-alat yang diperlukan
·
Solder
/ Bor :
untuk melubangi pipa irigasi
·
pH
meter :
untuk mengatur pH larutan nutrisi
·
EC/TDS
meter :
untuk mengetahui konsentrasi larutan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
http://serbahidroponik.blogspot.com/2015/01/menanam-hidroponik-teknik-drip.html
http://www.tanamanhidroponikku.com/2015/11/sistem-tetes-drip-sistem.html
http://taman-berkebun.blogspot.com/2015/09/hidroponik-sistem-drip-fertigasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar