Jumat, 17 Juni 2016

KULTUR JARINGAN STROBERI

BUDIDAYA STROBERI LEWAT TABUNG (In Vitro)
Stroberi merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Beberapa petani di Indonesia, khususnya didaerah dataran tinggi telah melakukan budidaya tanaman stroberi secara komersial. Prospek usaha stroberi sangat menjanjikan, produksi buah yang sampai sekarang belum dapat memenuhi permintaan pasar ini memiliki harga jual yang cukup tinggi. Produk olahan stroberi juga banyak diminati di pasaran, stroberi juga dapat diolah menjadi selai, manisan, sirup, dodol, yoghurt, maupun es krim.
Untuk mengusahakan stroberi secara komersial harus benar-benar memperhatikan berbagai aspek. Teknik budidaya yang diterapkan sangat berpengaruh terhdap produksi buah yang dihasilkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Umumnya budidaya yang dihasilkan petani masih konsenvional, terkadang dengan cara seperti ini biaya produksi yang digunakan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat.
Perbanyakan tanaman stroberi kini tidak hanya dapat dilakukan melalui biji saja namun dapat menggunakan cara secara in vitro(kultur jaringan). Perbanyakan secara in vitro merupakan perbanyakan dengan menggunakan bagian kecil tanaman, media tanam berupa media buatan aseptik yang diletakkan didalam wadah kecil seperti tabung reaksi atau botol jam (selai). Investasi awal untuk fasilitas aini cukup mahal namun secara potensial untuk perbanyakan secara massal.

Keunggulan perbanyakan secara in vitro adalah dapat mendapatkan bibit induk yang bebas virus, daerah meristem pucuk dengan beberapa primordia daun disterilkan dan diambil secara hati-hati dengan bantuan mikroskop binokuler. Pucuk yang berukuran 0,5-0,7 mm ini pada umumnya tidak mengandung virus, pucuk kemudian ditanam dalam media buatan yang mengandung unsur hara, gula, vitamin, asam amino dan hormon.
Perbanyakan secara in vitro dilakukan di laboratorium yang selalu dijaga kebersihannya dengan mengatur suhu dan kelembabannya (cahaya). Lboratorium tersebut dilengkapi dengan fasilitas ruang atau tempat persiapan, ruang transfer, ruang kultur dan ruang stok sebagai tempat kegiatan. Berikut langkah-langkah di dalam perbanyakan tanaman stroberi secara in vitro :
1. Persiapan dan sterilisasi media tumbuh.
Media tumbuh berisi gula, itamin, asam-asam amino, garam-garam anorganik, air, fitohormon, dan bahan pemadat media berupa agar-agar. Media tumbuh untuk kultur pucuk stroberi terdiri dari empat macam yaitu :
a) Media untuk inisiasi awal yang terdiri dari garam makro dan media knop ditambah garam mikro dari media MS (Murashige dan Skoog).
b) Media multiplikasi terdiri dari garam makro dan mikro dari media MS.
c) Media pengakaran berupa media MS.
d) Zat pengatur tumbuh yang digunakan berupa 6-benzylamino acid (BAP), naphtalene acetid acid (NAA), dan indole butryric acid (IBA).
Media tumbuh berupa gula dan lain-lainnya perlu disterilisasi. Hal ini dikarenakan media tersebut merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi cendawan dan bakteri. Bila lingkungan mendukung, mikroorganisme akan tumbuh cepat dan menutupi permukaan kultur bahan tanaman, di samping itu juga akan merusak bahan tanaman dan menyebabkan tanaman mati.
2. Sterilisasi dan isolasi bagian tanaman.
Persiapan sterilisasi dan isolasi yang dilakukan meliputi pemilihan bahan tanaman dan sterilisasi permukaan agar bahan tanaman bebas dari mikroorganisme yang menjadi kontaminan. Berikut ini tahap-tahap sterilisasi dan isolasi ;
a) Cuci bersih bahan tanaman yang diambil dari lapangan, buang bagian yang kotor dan mati dan buang juga daun-daun hingga tersisa bagian pucuk dengan 1-2 lembar daun kecil.
b) Rendam pucuk selama 10 menit di dalam larutan deterjen encer.
c) Rendam pucuk di dalam larutan agrimisin 1g/100 ml selama 2 jam.
d) Kegiatan selanjutnya dikerjakan dalam laminar air flow cabinet
3. Penanaman pucuk di dalam media inisiasi.
Pekerjaan ini dilakukan dalam lingkungan kerja yang aseptik yaitu di dalam laminar air flow cabinet. Pada inisiasi awal bisanya sukar didapatkan kultur yang bersih dari bakteri dan cendawan.
4. Peletakan kultur (media yang telah ditanami pucuk).
Kultur diletakkan di atas rak didalam ruang kultur atau ruang tumbuh yang bersih. Cahaya untuk perbanyakan in vitro berasal dari lampu TL yang dipasang pada rak. Lampu 40 watt dipasang pada ketinggian 50 cm dari rak kultur untuk menyinari daerah seluas 40 x 100 cm.
5. Pengamatan dan subkultur.
Kultur yang bersih (bebas kontaminasi bakteri dan cendawan) disebut kultur yang aksenik. Pucuk yang aksenik akan menunjukkan pertumbuhan dalam waktu 4 minggu, setelah 4 minggu pucuk dipindahkan ke media multiplikasi.
Dalam media multiplikasi, pucuk kecil akan membentuk tunas-tunas baru dalam 12-15 hari. Multiplikasi pertama menghasilkan 5-7 tunas, tunas yang diperoleh kemudian dipecah dan ditanam secara terpisah pada media multiplikasi. Proses pemecahan dan penanaman dalam media baru disebut subkultur. Dalam sub kultur pelipatan tunas berulang kembali, setiap 4 minggu dapat dilakukan sub kultur, stelah 5 kali sub kultur akan diperoleh antara 900-1000 tunas. Tunas-tunas tersebut kemudian diakarkan dalam media pengakaran.
6. Aklimatimasi pucuk.
Setelah akar sempurna dan mencapai panjang kira-kira 3 cm atau lebih (berumur 3 minggu), tanaman dapat dikeluarkan dan dilanjutkan dengan tahap aklimatisasi untuk selanjutnya dipindahkan ke pembibitan. Masa aklimatisasi ini merupakan masa yang sangat kritis dikarenakan tanaman kecil yang diperoleh (planlet) harus belajar berdiri sendiri untuk beralih dari kondisi heterotrof menjadi autotrof.
Perubahan yang drastis dari kultur jaringan dalam botol dan laboratorium ke lapangan adalah perubahan kelembaban, suhu dan intensitas cahaya. Untuk menjaga kelembaban yang tinggi maka planlet harus disungkup sekitar 2 minggu, intensitas cahaya dijaga dengan memberikan naungan dari paranet atau dapat menggunakan bilah-bilah bambu. Sementara suhu yang baik sekitar 23-25˚C pada siang hari ditempat dengan altitude tinggi atau dengan penyemprotan air secara berkala ditempat aklimatisasi.
Langkah-langkah aklimatisasi adalah sebagai berikut :
a) Siapkan media aklimatisasi yang terdiri dari media pasir dan kompos dengan perbandingan 1 : 1.
b) Kukus media selama 1 jam, kemudian isikan pada wadah aklimatisasi. Wadah dapat berupa pot individu kecil berukuran 3 cm atau baskom plastik untuk sejumlah planlet.
c) Bersihkan planlet dari sisa agar-agar.
d) Rendam planlet pada larutan Benlate 2 g/l selama 10 menit lalu dikering anginkan.
e) Tanam planlet pada media tumbuh yang sudah dibasahi sebelumnya.
f) Tutup pot kecil dengan botol selai atau sungkup plastik bila menggunakan baskom plastik.
g) Letakkan planlet dalam media sungkup pada media yang telah ternaungi dan bersuhu sejuk atau semprot sungkup dengan air secara berkala.
h) Buka sungkup berangsur-angsur setelah 2 minggu.
i) Pindahkan tanaman ke lahan pembibitan hingga mencapai 6 helai daun atau tanaman sudah tidak layu di dalam sungkup, selanjutnya bibit dapat ditanam di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Poento, Dewo. 2009. Kultur Jaringan Stroberi. http://.blogspot.com. Diakses tanggal 29 mei 2015
Anonym . 2014. Kultur Jaringan Stroberi diBalai.http://benihtu.blogspot.com. Diakses pada 29 mei 2015

_________ 2014. Sistem Kultur Jaringan Semisolid. http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada 29 mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar