BUDIDAYA STROBERI LEWAT TABUNG (In Vitro)
Stroberi merupakan salah
satu jenis buah-buahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Beberapa petani di
Indonesia, khususnya didaerah dataran tinggi telah melakukan budidaya tanaman
stroberi secara komersial. Prospek usaha stroberi sangat menjanjikan, produksi
buah yang sampai sekarang belum dapat memenuhi permintaan pasar ini memiliki
harga jual yang cukup tinggi. Produk olahan stroberi juga banyak diminati di
pasaran, stroberi juga dapat diolah menjadi selai, manisan, sirup, dodol, yoghurt, maupun
es krim.
Untuk mengusahakan stroberi
secara komersial harus benar-benar memperhatikan berbagai aspek. Teknik
budidaya yang diterapkan sangat berpengaruh terhdap produksi buah yang
dihasilkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Umumnya budidaya yang dihasilkan
petani masih konsenvional, terkadang dengan cara seperti ini biaya produksi
yang digunakan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat.
Perbanyakan tanaman
stroberi kini tidak hanya dapat dilakukan melalui biji saja namun dapat
menggunakan cara secara in vitro(kultur jaringan). Perbanyakan
secara in vitro merupakan perbanyakan dengan menggunakan bagian kecil tanaman,
media tanam berupa media buatan aseptik yang diletakkan didalam wadah kecil
seperti tabung reaksi atau botol jam (selai). Investasi awal
untuk fasilitas aini cukup mahal namun secara potensial untuk perbanyakan
secara massal.
Keunggulan perbanyakan
secara in vitro adalah dapat mendapatkan bibit induk yang bebas virus, daerah
meristem pucuk dengan beberapa primordia daun disterilkan dan diambil secara
hati-hati dengan bantuan mikroskop binokuler. Pucuk yang berukuran 0,5-0,7 mm
ini pada umumnya tidak mengandung virus, pucuk kemudian ditanam dalam media
buatan yang mengandung unsur hara, gula, vitamin, asam amino dan hormon.
Perbanyakan secara in vitro
dilakukan di laboratorium yang selalu dijaga kebersihannya dengan mengatur suhu
dan kelembabannya (cahaya). Lboratorium tersebut dilengkapi dengan fasilitas
ruang atau tempat persiapan, ruang transfer, ruang kultur dan ruang stok
sebagai tempat kegiatan. Berikut langkah-langkah di dalam perbanyakan tanaman
stroberi secara in vitro :
1. Persiapan
dan sterilisasi media tumbuh.
Media
tumbuh berisi gula, itamin, asam-asam amino, garam-garam anorganik, air,
fitohormon, dan bahan pemadat media berupa agar-agar. Media tumbuh untuk kultur
pucuk stroberi terdiri dari empat macam yaitu :
a) Media
untuk inisiasi awal yang terdiri dari garam makro dan media knop ditambah garam
mikro dari media MS (Murashige dan Skoog).
b) Media
multiplikasi terdiri dari garam makro dan mikro dari media MS.
c) Media
pengakaran berupa media MS.
d) Zat
pengatur tumbuh yang digunakan berupa 6-benzylamino acid (BAP), naphtalene
acetid acid (NAA), dan indole butryric acid (IBA).
Media
tumbuh berupa gula dan lain-lainnya perlu disterilisasi. Hal ini dikarenakan
media tersebut merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi cendawan dan
bakteri. Bila lingkungan mendukung, mikroorganisme akan tumbuh cepat dan
menutupi permukaan kultur bahan tanaman, di samping itu juga akan merusak bahan
tanaman dan menyebabkan tanaman mati.
2. Sterilisasi
dan isolasi bagian tanaman.
Persiapan
sterilisasi dan isolasi yang dilakukan meliputi pemilihan bahan tanaman dan
sterilisasi permukaan agar bahan tanaman bebas dari mikroorganisme yang menjadi
kontaminan. Berikut ini tahap-tahap sterilisasi dan isolasi ;
a) Cuci
bersih bahan tanaman yang diambil dari lapangan, buang bagian yang kotor dan
mati dan buang juga daun-daun hingga tersisa bagian pucuk dengan 1-2 lembar
daun kecil.
b) Rendam
pucuk selama 10 menit di dalam larutan deterjen encer.
c) Rendam
pucuk di dalam larutan agrimisin 1g/100 ml selama 2 jam.
d) Kegiatan
selanjutnya dikerjakan dalam laminar air flow cabinet
3. Penanaman
pucuk di dalam media inisiasi.
Pekerjaan
ini dilakukan dalam lingkungan kerja yang aseptik yaitu di dalam laminar
air flow cabinet. Pada inisiasi awal bisanya sukar didapatkan kultur yang
bersih dari bakteri dan cendawan.
4. Peletakan
kultur (media yang telah ditanami pucuk).
Kultur
diletakkan di atas rak didalam ruang kultur atau ruang tumbuh yang bersih.
Cahaya untuk perbanyakan in vitro berasal dari lampu TL yang dipasang pada rak.
Lampu 40 watt dipasang pada ketinggian 50 cm dari rak kultur untuk menyinari
daerah seluas 40 x 100 cm.
5. Pengamatan
dan subkultur.
Kultur
yang bersih (bebas kontaminasi bakteri dan cendawan) disebut kultur yang
aksenik. Pucuk yang aksenik akan menunjukkan pertumbuhan dalam waktu 4 minggu,
setelah 4 minggu pucuk dipindahkan ke media multiplikasi.
Dalam
media multiplikasi, pucuk kecil akan membentuk tunas-tunas baru dalam 12-15
hari. Multiplikasi pertama menghasilkan 5-7 tunas, tunas yang diperoleh
kemudian dipecah dan ditanam secara terpisah pada media multiplikasi. Proses
pemecahan dan penanaman dalam media baru disebut subkultur. Dalam sub kultur
pelipatan tunas berulang kembali, setiap 4 minggu dapat dilakukan sub kultur,
stelah 5 kali sub kultur akan diperoleh antara 900-1000 tunas. Tunas-tunas
tersebut kemudian diakarkan dalam media pengakaran.
6. Aklimatimasi
pucuk.
Setelah
akar sempurna dan mencapai panjang kira-kira 3 cm atau lebih (berumur 3
minggu), tanaman dapat dikeluarkan dan dilanjutkan dengan tahap aklimatisasi
untuk selanjutnya dipindahkan ke pembibitan. Masa aklimatisasi ini merupakan
masa yang sangat kritis dikarenakan tanaman kecil yang diperoleh (planlet)
harus belajar berdiri sendiri untuk beralih dari kondisi heterotrof menjadi
autotrof.
Perubahan
yang drastis dari kultur jaringan dalam botol dan laboratorium ke lapangan
adalah perubahan kelembaban, suhu dan intensitas cahaya. Untuk menjaga
kelembaban yang tinggi maka planlet harus disungkup sekitar 2 minggu,
intensitas cahaya dijaga dengan memberikan naungan dari paranet atau dapat
menggunakan bilah-bilah bambu. Sementara suhu yang baik sekitar 23-25˚C pada
siang hari ditempat dengan altitude tinggi atau dengan penyemprotan air secara
berkala ditempat aklimatisasi.
Langkah-langkah
aklimatisasi adalah sebagai berikut :
a) Siapkan
media aklimatisasi yang terdiri dari media pasir dan kompos dengan perbandingan
1 : 1.
b) Kukus
media selama 1 jam, kemudian isikan pada wadah aklimatisasi. Wadah dapat berupa
pot individu kecil berukuran 3 cm atau baskom plastik untuk sejumlah planlet.
c) Bersihkan
planlet dari sisa agar-agar.
d) Rendam
planlet pada larutan Benlate 2 g/l selama 10 menit lalu dikering anginkan.
e) Tanam
planlet pada media tumbuh yang sudah dibasahi sebelumnya.
f) Tutup
pot kecil dengan botol selai atau sungkup plastik bila menggunakan baskom
plastik.
g) Letakkan
planlet dalam media sungkup pada media yang telah ternaungi dan bersuhu sejuk
atau semprot sungkup dengan air secara berkala.
h) Buka
sungkup berangsur-angsur setelah 2 minggu.
i) Pindahkan
tanaman ke lahan pembibitan hingga mencapai 6 helai daun atau tanaman sudah
tidak layu di dalam sungkup, selanjutnya bibit dapat ditanam di lapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Poento,
Dewo. 2009. Kultur Jaringan Stroberi. http://.blogspot.com. Diakses tanggal 29
mei 2015
Anonym
. 2014. Kultur Jaringan Stroberi diBalai.http://benihtu.blogspot.com. Diakses
pada 29 mei 2015
_________ 2014.
Sistem Kultur Jaringan Semisolid. http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id. Diakses
pada 29 mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar