Rabu, 15 Juni 2016

Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kontrol dengan tanaman radiasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang
            Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber energi (BATAN, 2008). Radiasi energi tinggi adalah bentuk-bentuk energi yang melepaskan tenaga dalam jumlah yang besar dan kadang-kadang disebut juga radiasi ionisasi karena ion-ion dihasilkan dalam bahan yang dapat ditembus oleh energi tersebut (Crowder, 1986). Radiasi dapat menginduksi terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akan dibebani oleh tenaga kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan kromosom tanaman (Poespodarsono, 1988).
            Mutasi induksi dengan mutagen fisika lebih banyak memanfaatkan sinar-X dan sinar gamma untuk menghasilkan varietas mutan. Hal ini terbukti dengan adanya 2250 varietas mutan yang telah dilepas di seluruh dunia dalam kurun waktu 70 tahun terakhir (Maluszynki, 1995). Penggunaan sinar gamma dalam pemuliaan telah dilakukan secara intensif oleh negara-negara di seluruh dunia. Pemanfaatan sinar gamma dalam merakit varietas mutan telah menghasilkan sekitar 1.585 varietas unggul mutan, 64% diantaranya berasal dari mutasi dengan radiasi sinar gamma. Di Indinesia, perakitan varietas mutan dengan induksi mutasi telah dimulai sejak tahun 1972 oleh Badan Nuklir Nasional (BATAN) dan telah menghasilkan 22 varietas unggul tanaman yang terdiri atas 15 padi, 5 kedelai, 1 kacang hijau, dan 1 kapas (Anonim, 2011).
            Sinar gamma yang bersumber dari isotop Cobalt-60 (60Co) dan Caesium-137 (137Cs) lebih banyak digunakan karena (Van Harten, 1998):
i.Mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek (10-0,01 nm) dibandingkan sinar UV;
ii.Mempunyai spektrum yang luas;
iii.Penetrasi ke jaringan tanaman relatif mudah;
iv.Frekuensi mutasi yang terjadi cukup tinggi;
v.Mudah diaplikasikan.
            DNA sangat sensitif terhadap radiasi, sehingga radiasi sinar gamma dapat menyebabkan perubahan DNA pada makhluk hidup (Van Harten, 1998).
Radiasi sinar gamma dipancarkan dari isotop radio aktif, panjang gelombangnya lebih pendek dari sinar X, dan daya tembusnya adalah yang paling kuat. Hidayat, (2004) mengatakan bahwa sinar gamma merupakan bentuk sinar yang paling kuat dari bentuk radiasi yang diketahui, kekuatannya hampir 1 miliar kali lebih berenergi dibandingkan radiasi sinar X.
            Dosis iradiasi yang digunakan untuk menginduksi keragaman sangat menentukan keberhasilan terbentuknya tanaman mutan. Kisaran dosis yang digunakan untuk menginduksi keragaman setiap tanaman berbeda-beda tergantung pada tujuan pemuliaan. Broertjes dan Van Harten (1998) menuliskan bahwa kisaran dosis radiasi sinar gamma pada berbagai jenis tanaman hias, dan untuk tanaman anyelir kisaran yang telah dicobakan berada pada selang yang masih cukup lebar, yaitu antara 25-120 gray. Jika iradiasi dilakukan pada benih, pada umumnya kisaran dosis yang efektif lebih tinggi dibandingkan jika dilakukan pada bagian tanaman lainnya. Semakin banyak kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam materi yang diiradiasi, maka akan semakin banyak pula radikal bebas yang terbentuk sehingga tanaman menjadi lebih sensitif (Herison, et al., 2008). Untuk itu maka perlu dicari dosis optimum yang dapat efektif menghasilkan tanaman mutan yang pada umumnya terjadi pada atau sedikit dibawah nilai LD50 (Lethal Dose 50). LD50 adalah dosis yang menyebabkan 50% kematian dari populasi yang diradiasi.
            Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman  Colchichum autumnale  L. (Familia Liliaceae) (Suminah, et al., 2002), sedangkan menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan mikrotubula, sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah kromosom tanaman (terbentuk tanaman poliploid).
            Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman poliploidi. Menurut Suryo (1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi penyusunan mikrotubula dari benang-benang spindle yang mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis. Suminah (2005) juga menjelaskan bahwa kolkisin ini dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi. Mansyurdin, et al. (2002) memaparkan bahwa semakin tingi konsentrasi kolkisin makin tinggi persentase sel yang tetraploid, tetapi persentase kematian kecambah makin tinggi pula.
            Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kultur jaringan dan sebagainya. Apabila proses mutasi alami terjadi secara sangat lambat maka percepatan, frekuensi dan spektrum mutasi tanaman dapat diinduksi dengan perlakuan bahan mutagen tertentu. Pada umumnya bahan mutagen bersifat radioaktif dan memiliki energi tinggi yang berasal dari hasil reaksi nuklir. 
            Bahan mutagen yang sering digunakan dalam penelitian pemuliaan tanaman digolongkan menjadi dua kelompok yaitu mutagen kimia (chemical mutagen) dan mutagen fisika (physical mutagen). Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa alkyl (alkylating agents) misalnya seperti ethyl methane sulphonate (EMS), diethyl sulphate (dES), methyl methane sulphonate (MMS), hydroxylamine, nitrous acids, acridines dan sebagainya (IAEA, 1977). Mutagen fisika bersifat sebagai radiasi pengion (ionizing radiation) dan termasuk diantaranya adalah sinar-X, radiasi Gamma, radiasi beta, neutrons, dan partikel dari aselerators.
            Baik mutagen kimia maupun mutagen fisika memiliki energi nuklir yang dapat merubah struktur materi genetik tanaman. Perubahan yang terjadi pada materi genetik dikenal dengan istilah mutasi (mutation). Secara relatif, proses mutasi dapat menimbulkan perubahan pada sifat-sifat genetis tanaman baik ke arah positif maupun negatif, dan kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga kembali normal (recovery). Mutasi yang terjadi ke arah “sifat positif” dan terwariskan (heritable) ke generasi-generasi berikutnya merupakan mutasi yang dikehendaki oleh pemulia tanaman pada umumnya. Sifat positif yang dimaksud adalah relatif tergantung pada tujuan pemuliaan tanaman. 
            Mutagen kimia dapat menimbulkan mutasi melalui beberapa cara. Gugusan alkyl aktif dari bahan mutagen kimia dapat ditransfer ke molekul lain  pada posisi dimana kepadatan elektron cukup tinggi seperti phosphate groups dan juga molekul purine dan pyrimidine yang merupakan penyusun struktur dioxiribonucleic acid (DNA). Seperti diketahui umum, DNA merupakan struktur kimia yang membawa gen. Basa-basa yang menyusun struktur DNA terdiri dari adenine, guanine, thyimine,dan cytosine. Adenine dan guanine merupakan basa bercincin ganda (double-ring bases) disebutpurines, sedangkan thymine dan cytosine bercincin tunggal (single-ring bases) disebutpyrimidines. Struktur molekul DNA berbentuk pilitan ganda (double helix) dan tersusun atas pasangan spesifik Adenine-Thymine dan Guanine-Cytosine. Contoh mutasi yang paling sering ditimbulkan oleh mutagen kimia adalah perubahan basa pada struktur DNA yang mengarah pada pembentukan 7-alkyl guanine
            Seperti disebut di atas mutagen fisika bersifat sebagai radiasi pengion (ionizing radiation) yang dapat melepas energi (ionisasi), begitu melewati atau menembus materi. Mutagen fisika termasuk diantaranya sinar-X, radiasi Gamma, radiasi beta, neutrons, dan partikel dari aselerators sudah umum digunakan dalam pemuliaan tanaman. Karakteristik untuk masing-masing jenis radiasi disajikan dalam Tabel di bawah ini. Begitu materi reproduksi tanaman diradiasi, proses ionisasi akan terjadi dalam jaringan dan dapat menyebabkan perubahan pada jaringan itu sendiri, sel, genom,  kromosom, dan DNA atau gen. Perubahan yang ditimbulkan pada tingkat genom, kromosom, dan DNA atau gen dikenal dengan istilah mutasi (mutation).
1.2  Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud dengan kolkisin ?
·         Bagaimana perbedaan anatara tanaman radiasi dengan kontrol ?
1.3  Tujuan Praktikum
·         Mengetahui perbedaan pertumbuhan antara tanaman yang diradiasi dengan yang control
·         Meneliti dan membandingkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman setiap minggu nya.
1.4 MetodePenelitian

            Metode penelitian dilakukan dengan cara menanam dan meneliti serta membandingkan tanaman yang diradiasi dan kontrol, dengan mengamati setiap minggunya untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbedaan,pengukuran menggunakan penggaris dan pengukur baju, batas penelitiannya sampai minggu ke 8.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Jagung
Tabel 1.Tanaman jagung tepung dan jagung manis
  
NO
JENIS TANAMAN
Polybag ke-
Tanaman ke-
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Panjang Daun (cm)
1
JagungManis
1
1
128.4
9
78.3


2
1
77.3
9
40.2


3
1
140.8
8
66.3



2
132.7
9
57.8

Rata-rata
119.8
8.75
60.65
2
JagungBiasa
1
1
148.2
12
83.2


2
1
140.8
16
98.2



2
132.9
13
87.4


3
1
173.3
17
93.1



2
170.2
16
100.8

Rata-rata
153.08
14.8
92.54


Grafik 1.Perbandingan panjang daun tanaman jagung tepung dengan manis
TTEST = 0.021078971
Dari kurvadi atas Selma 8 minggu menunjukan bahwa panjang daun antara jagung manis dan jagung tepung perbandingannya berbeda nyata karena ttest menunjukan angka <0,05.


Grafik 2.Perbandingan tinggi jagung tepung dengan manis
TTEST=0.10175639
Dari kurva di atas selama 8 minggu menunjukan bahwa tinggi tanaman antara jagung manis dan jagung tepung perbandingannya tidak beda nyata karena Ttest menunjukan angka >0,05.
Kesimpulan : Perbedaan ini disebabkan karenanya kekurangan unsure hara N,P dan K sehingga tanaman jagung manis pertumbuhan daun dan tinggi tanamannya menjadi terhambat selain kekurangan unsure hara tersebut tanaman jagung manis lebih sering terserang hama herbipora yang sering memakan daunnya.

2.2 Gandum
Tabel 2.Tanaman gandum radiasi dan kontrol
NO
JENIS TANAMAN
Lahan ke-
Tanaman ke-
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Panjang Daun (cm)
4
Gandum Radiasi
6
1
37.4
9
18



2
45.6
10
19.1



3
42.3
11
17.2




41.76666667
10
18.1

Gandum Tanpa Radiasi

5
6
54.2
12
22.2


7
33.7
15
16.6

Rata-rata
43.95
13.5
19.4

 

Grafik 3.Perbandingan panjang daun gandum radiasi dengan kontrol
Ttest = 0.723431024
Dari kurva di atas selama 8 minggu menunjukan bahwa panjang daun tanaman antara gandum radiasi dengan gandum control perbandingannya beda nyata karena Ttest menunjukan angka >0,1












Grafik 4.Perbandingan tinggi tanaman gandum radiasi dengan kontrol.
Ttest = 0.86712878
Dari kurva di atas selama 8 minggu menunjukan bahwa tinggi tanaman antara gandum radiasi dengan gandum kontrol perbandingannya beda nyata karena Ttest menunjukan angka > 0,1.
Kesimpulan : Karena gandum yang diradiasi mengalami penghambatan pertumbuhan hal ini merupakan salah satu kerusakan fisiologi dari sifat radiasi.

2.3 Jewawut

Tabel 3.Tanaman jewawut radiasi dan kolkisin
NO
JENIS TANAMAN
Lahan ke-
Tanaman ke-
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Panjang Daun (cm)
5


Jawawut Radiasi

1
1
62.3
14
45.4

2
2
65.4
17
45.2

3
3
40.22
14
41

4
4
65.7
13
40.9

5
5
60.3
16
40.7

6
6
70.3
17
41.8

Rata-rata
60.7
15.17
42.5

Jawawut Kolkisin


   
1
1
78.2
16
48

2
2
74.3
19
42

3
3
78.2
16
35.7

4
4
73.7
15
43.6

5
5
76.2
21
45.7

6
6
80.2
17
47.8

Rata-rata
76.8
17.3
43.8


















Grafik 5.Perbandingan tinggi tanaman jewawut radiasi dengan kolkisin
 Ttest = 0.012647432
Dari kurva di atas selama 8 minggu menunjukan bahwa tinggi tanaman antara jewawut radiasi dengan jewawut kolkisin perbandingannya tidak  beda nyata karena Ttest menunjukan angka > 0,01.

















Grafik 6.Perbandingan panjang daun jewawut dengan kolkisin
Ttest = 0.55221009

          Dari kurva di atas selama 8 minggu menunjukan bahwa panjang daun tanaman antara jewawut radiasi dengan jewawut kolkisin perbandingannya beda nyata karena Ttest menunjukan angka > 0,5.
Kesimpulan : Dari perbandingan diatas menunjukan bahwa tanaman jewawut pada tinggi tanaman menunjukan perbedaannya sangat sedikit tetapi pada panjang daun hal ini menunjukan perbedaan yang sangat berbeda jauh anatara jewawut radiasi dan kolkisin.

2.4 Anova
            Anova perbandingan gandum radiasi dan control antara kelompok 1,2 dan 3 dengan radiasi 100,200 dan 300.

NO
GENOTIPE
Panjang Tanaman Gandum
Total
Rata-rata
Kontrol
Radiasi 100
Radiasi 200
Radiasi 300
1
kelompok 1 radiasi 100
0
32
34.5
40.5
107
35.6667
2
kelompok 2 radiasi 200
43,95
37.4
45.6
42.3
125.3
41.7667
3
kelompok 3 radiasi 300
0
0
0
0
0
0
  
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Radiasi 100
3
69.4
23.13333333
408.6533
Radiasi 200
3
80.1
26.7
565.47
Radiasi 300
3
82.8
27.6
572.13
ANOVA
Source of Variation
SS
df
MS
F
P-value
F crit
Between Groups
33.48222222
2
16.74111111
0.032481
0.96821
5.143253
Within Groups
3092.506667
6
515.4177778
Total
3125.988889
8




Ftabel
5.14325285
Fhitung
0.032480663
Pengambilan keputusan :
berbeda nyata
            Dari hasil data di atas menunjukan perbandingan perkembangan dan pertumbuhan gandum radiasi dan kontrol pada kelompok 1,2 dan 3 hasilnya ‘berbeda nyata’ hal ini dikarena oleh faktor-faktor berikut :
·         Iklim dan cuaca
·         Penanaman biji terlalu dalam
·         Terserang oleh hama, terutama hama herbivora
·         Kondisi tanah
·         Dll.




BAB III
KESIMPULAN
            Dosis radiasi yang digunakan untuk menginduksi keragaman sangat menentukan keberhasilan terbentuknya tanaman mutan, hasil yang telah terbukti dilapangan menunjukan tanaman yang diradiasi pertumbuhan dan perkembangannya sangat terhambat hal ini dikarena kan tanaman yang diradiasi ada sedikit gangguan pada jaringan tanaman yang terkena radiasi tersebut, tetapi tanaman yang diradiasi maupun kolkisin tanaman tersebut tahan terhadap sebagian hama dan penyakit saja. Selain itu ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman yaitu seperti faktor iklim dan cuaca,penanam biji yang terlalu dalam, kondisi lahan,dll.




DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, M., 2003. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Rineka Cipta, Jakarta.

Chaisson, E. and S. McMillan, 1996. Astronomy Today. Second Edition. Prentice Hall, New Jersey.

Daldjoeni, N., 1983. Pokok-Pokok Klimatologi. Penerbit Alumni, Bandung.

Fitter, A. H. and R. K. M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemah Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kartasapoetra, A. G., 1988. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bina Aksara, Jakarta.

Wikipedia.com, 2008. Energi Surya. Dikutip dari http://www.wikipedia.com. Diakses pada 16 Mei 2015.

Wikipedia.com, 2008. Radiasi Surya. Dikutip dari http://www.wikipedia.com. Diakses pada 16 Mei 2015.

Wiryosimin, S., 1998. Mengenal Asas Proteksi Radiasi. Penerbit ITB, Bandung.

Wisnubroto, S., 2006. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya, Jakarta.

Anonim. 2012. Penggunaan Teknologi Radiasi Sinar Matahari http://arietos.blogspot.com
                       Diakses pada 20 Mei 2015

Anonim. 2013. Kolkisin. http://jai.staff.ipb.ac.id. Diakses pada 20 Mei 2015

Anonim. 2011. Tanaman Gandun. https://guncitorvum.wordpress.com. Diakses pada 20 Mei                           2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar