Selasa, 21 Juni 2016

Budidaya Tanaman Singkong

SEJARAH
         Pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah.
  Ketika bangsa Spanyol menaklukan daerah-daerah itu, budidaya tanaman singkong pun dilanjutkan oleh kolonial Portugis dan Spanyol.
      Di Indonesia, singkong dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16.
      Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810.
Klasifikasi Tanaman Singkong
Kingdom           : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom      : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi      : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                 : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas          : Rosidae
Ordo                  : Euphorbiales
Famili                : Euphorbiaceae
Genus                 : Manihot
Spesies               : Manihot esculenta Crantz
Varietas Tanaman Singkong
      Valenca,
      Mangi,
      Betawi,
      Basiorao,
      Bogor,
      SPP,
      Muara,
      Mentega,
      Andira 1,
      Gading,
      Andira 2,
       Malang 1,
      Malang 2, dan
      Andira 4.

Syarat Tumbuh
a) Curah hujan antara 1.500-2.500 mm/tahun.
b) Suhu udara minimal sekitar 10 C.
Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
Media Tanam
a) Struktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik.
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8.
Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl.
 PEDOMAN BUDIDAYA
1. Pembibitan
 Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
Penyiapan Bibit
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
GAMBAR STEK
Pengolahan Media Tanam.
Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen.
Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.
Pembukaan dan Pembersihan Lahan
      Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya.
Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.
Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
Pembentukan Bedengan
      Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.
Pengapuran
      Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3).
      Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.
3. Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanam
      Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan.
      Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi.
       Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm.
       Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
      Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan.
      Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam.
      Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.
      Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
Pembubunan
      Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan.
      Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/ditutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.
Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang.
 Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
Pemupukan
      Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg.
      Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K=  1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar)
       pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
Pengairan dan Penyiraman
      Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat.
      Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah.
       Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
Waktu Penyemprotan Pestisida
      Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya.
      Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari.
       Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan.
Ciri dan Umur Panen
      Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang.
      Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok.
      Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
2. Cara Panen
      Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.
Pengumpulan
      Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
 Penyortiran dan Penggolongan
      Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
 Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
      a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar