Tanaman terung termasuk tanaman buah sayur berumur
pendek (semusim), yang berbentuk semak perdu (herba). Tumbuhnya pendek dengan
tinggi sekitar 50-150cm atau lebih, tergantung jenis atau varietasnya. Dalam
ilmu Botani (tumbuhan), tanaman buah terung diklasifikasikan ke dalam:
Divisi :
Spernatophyta (tanaman berbiji)
Sub divisi :
Angiospermae (biji berada didalam buah)
Kelas :
Dicotyledonae (biji belah atau berkeping dua)
Ordo (bangsa) :
Tubiflorae
Famili (suku) :
Solanacae
Genus (marga) :
Solanum
Spesies :
Solanum mangolea L
Selain spesies Solanum
Mangolea L, terung yang tergolong dalam genus Solanum memiliki spesies
lain, misalnya Solanum khasianum
CLARKE, Solanum laciniatu ait, Solanum grandifloru dan Solanum sanitwongsei, yang berdaya guna
sebagai bahan makanan dan sayuran. Spesies-spesies tersebut dikoleksi oleh
Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO),Bogor.(Cara dan Upaya
Budidaya terung. Eriyandi Budiman.23)
Jenis
– Jenis Terong
a. Terung unggu
Terong unggu merupakan salah satu jenis terong yang
banyak di budidayakan di indonesia, karena harga jual yang tinggi dan juga
permintaan yang sangat banyak. Terong unggu ini memiliki bentuk bulat
memanjang, berwarna unggu mengkilap, memiliki kulit tipis, dan juga memiliki
ujung tumpul. Selain itu, tangkai pada batang terong memiliki panjang sekitar 3-5
cm dan hampir menyerupai mahkota.
b. Terung telunjuk
Terong telunjuk ini sudah banyak di kenali dan
populer di masyarakat. Selain itu kandungan di dalam terong ini sangat tinggi
dan baik untuk kesehatan tubuh. Terong ini memiliki bentuk menyerupai telunjuk
manusia, berwrna hijau mudah, memiliki garis berwrna putih, tangkai berwrna
hijau tua dan kusam dengan panjang 2-3 cm dan memiliki daging lebih relatif
sedikit di banding terong unggu. Secara umumnya berat pada terong terong
telunjuk ini berkisar 1-2 ons perbuah.
Terong belanda merupakan terong yang sangat di
gemari dan di sukai banyak orang, karena terong ini biasa di buat jus dan
olahan lainnya dan memiliki manfaat dan besar dan tinggi baik untuk kesehatan
tubuh. Terong ini memiliki bentuk bulat, memiliki daging banyak, berwrna
kemerahan, daging berwarna kekuningan dan kemerahan, dan memiliki biji yang
sangat banyak. Biji tanaman ini berwrna hitam dan juga kecokatan, mengkilap dan
juga berlendir.
d. Terung putih
Terong putih merupakan terong yang sangat di gemari
juga, karena memiliki kenikmatan tersendiri. Kenikmatan itu berupa olahan dari
masakan dan olahan lainnya, memiliki asupan gizi yang tinggi dan sangat baik
untuk kesehatan. Terong ini memiliki bentuk beragam mulai dari bentuk bulat
telur dan juga bulat lonjong berwrna putih, memiliki daging banyak berwrna
putih, memiliki biji yang banyak berwrna hitam dan kecoklatan mengkilap dan
berlendir sedikit.
e. Terung pipit
Terong pipit merupakan terong yang banyak di gemari
dan di sukai masyarakat, karena terong ini biasaya di olah sebagai bahan
tambahan berbagai masakan dan juga tamabahan lainnya. Terong ini memiliki
bentuk yang relatif kecil, berwarna hijau mudah, bertangkai pendek, memiliki
biji banyak tetapi kecil dan berwarna kehijauan hingga kecoklatan dan
berlendir.
2.2
Pedoman Budidaya Terung
·
Syarat tumbuh tanaman terung
Tanaman
terung tumbuh hampir di setiap jenis tanah dengan kisaran pH 5-6. Tanaman ini
memerlukan air yang cukup untuk menopang pertumbuhannya. Ketinggian tempat yang
dapat ditanami tanaman terung antara 1-1200 mdpl dengan suhu optimal 18o-25
oC.
·
Persiapan teknis budidaya terung
Derajat keasaman tanah (pH) perlu diukur untuk
menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di
bawah 6,5). Pemberian kapur pertanian berfungsi untuk menetralkan pH tanah (pH
7) atau setidaknya mendekati netral.
Pengukuran bisa dilakukan dengan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH
tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag
·
Persiapan lahan
Persiapan
lahan meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, Pembuatan
bedengan kasar dengan lebar 110-120 cm,
tinggi 40-70 cm dan lebar parit 50-70 cm, pemberian kapur pertanian sebanyak
200 kg/rol mulsa PHP (Plastik Hitam Perak) untuk tanah dengan pH di bawah 6,5,
pemberian pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 20 ton/ha dan pupuk
NPK 15-15-15 sebany qak 150 kg/rol mulsa
PHP, kemudian dilakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah
diberikan bercampur dengan tanah, persiapan selanjutnya pemasangan mulsa PHP,
pembuatan lubang tanam dengan jarak
tanam ideal untuk musim kemarau 60 cm x 60 cm sedangkan untuk musim penghujan
bisa diperlebar 70 cm x 60 cm dan kemudian dilakukan pemasangan ajir.
·
Persiapan pembibitan dan penanaman
Pada persiapan pembibitan dibutuhkan rumah atau
sungkup pembibitan untuk melindungi bibit yang masih muda. Kemudian menyediakan
media semai dengan komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g
NPK halus. Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. kemudian benih
disemaikan pada polibag. Untuk mempercepat perkecambahan benih p ermukaan media ditutup dengan kain goni
(bisa juga menggunakan mulsa PHP) dan dijaga dalam keadaan lembab.
Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan
apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan
plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai pada jam 07.00 - 09.00, dan
dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka
secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah dan
dilakukan setiap pagi. Penyemprotan
dengan fungisida berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif
imidakloprid pada umur 15 hss (hari setelah semai) dengan dosis ½ dari dosis
terendah. Bibit yang sudah memiliki 4 helai daun sejati siap untuk pindah tanam
ke lahan
·
Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2
minggu. Tanaman yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam
mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Dan akan berpengaruh terhadap
pengendalian hama penyakit.
·
Perempelan dan pengikatan tanaman
Perempelan tunas samping pada tanaman terong
dilakukan sampai dengan pembentukan cabang, baik pada cabang utama, cabang
kedua, ketiga dan seterusnya di atas cabang utama. Jadi di atas cabang utama,
cabang yang dipelihara adalah cabang-cabang produktif, dimana cabang-cabang
produktif ini selalu diikuti dengan munculnya bunga. Perempelan tunas samping
dilakukan pada semua tunas yang keluar di ketiak daun, baik di bawah cabang
utama maupun di bawah cabang-cabang produktif. Perempelan tunas di bawah cabang
utama bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman agar tanaman tumbuh
kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban pada saat tanaman sudah dewasa,
sedangkan perempelan tunas dibawah cabang-cabang produktif bertujuan untuk
menjaga kelembaban tanaman dan mengoptimalkan produksi.
Perempelan daun di bawah cabang utama dilakukan pada
saat tajuk tanaman telah menutupi seluruh daun bagian bawah, pada saat ini daun
sudah tidak berfungsi secara optimal, justru sangat disenangi hama dan penyakit tanaman. Perempelan pada
daun juga dilakukan bagi daun tua/terserang penyakit.
·
Sanitasi lahan dan pengairan
Sanitasi lahan pada budidaya terong meliputi :
pengendalian gulma atau rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga
tidak muncul genangan, perempelan daun dan pencabutan tanaman yang terserang
hama penyakit.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan
penggenangan atau pengeleban seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan
jangan terlalu tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.
·
Pemupukan susulan
Pupuk yang digunakan pada pemupukan susulan untuk
luas lahan 1 ha, meliputi pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk akar diberikan
dengan cara pengocoran yaitu saat tanaman berumur 15 hst dan 30 hst berikan 3 kg
NPK 15-15-15 kemudian larutkan dalam 200 lt air, larutan ini dapat digunakan
untuk 1000 tanaman dan masing-masing
tanaman diberikan 200 ml. Pada umur 45 hst dosisnya 4kg NPK 15-15-15
dilarutkan dalam 200 lt air, untuk 1000 tanaman dan masing-masing tanaman diberikan 200 ml. Sedangkan pada umur
60 hst dan 75 hst, dosisnya 5 kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200 lt air,
untuk 1000 tanaman dan tiap tanaman 200 ml.
Pupuk daun dengan kandungan Nitrogen tinggi diberikan
pada umur 14 hst dan 21 hst. Sedangkan kandungan Phospat, Kalium dan mikro
tinggi diberikan umur 30 hst dan 60 hst.
2.3
Hama dan Penyakit Pada Tanaman Terung
Ø Hama Tanaman Terung
a) Ulat
tanah
Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam hari,
sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa
PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman yang masih muda dengan cara
memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya
adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram
pada lubang tanam
b) Ulat
grayak
Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama
dalam jumlah yang sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera
pada kemasan.
c) Ulat
buah
Ulat menyerang terong dengan cara mengebor buah
sambil memakannya. Buah yang terserang akhirnya berlubang. Pengendaliannya
dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan
dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
d) Kutu
daun
Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun
yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis sehingga menggundang semut.
Daun yang terserang mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting,
akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan
insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid,
klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk
yang tertera pada kemasan.
e) Kutu
kebul
Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya
diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap
cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini
dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid,
asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.
f) Kumbang
kuning
Tanaman terong menjadi inang dari kumbang ini,
kumbang berwarna kuning dengan seluruh tubuh diselimuti seperti duri.
Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif
sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida,
atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan
g) Lalat
buah
Lalat buah menyerang buah terong dengan cara menyuntikkan
telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur
inilah yang akhirnya menggerogoti buah terong sehingga buah menjadi busuk.
Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone),
caranya : metil eugenol dimasukkan pada botol aqua yang diikatkan pada bambu
dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya
disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan
aktif metomil. Selain itu juga dapat
dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau
dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
Ø Penyakit pada tanaman terung
a)
Rebah Semai
Rebah semai biasa menyerang tanaman terong pada fase
pembibitan. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik
berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit,
atau dimetomorf dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.
b) Layu
bakteri
Penyakit ini sering menggagalkan tanaman,
Serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan
antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang,
melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan
bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin,
streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan
dosis sesuai pada kemasan.
c) Layu
fusarium
Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir
sama dengan layu bakteri, yang
membedakan hanyalah penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH
tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta
penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil,
metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan.
d) Busuk
Phytoptora
Busuk phytopthora menyerang semua bagian tanaman.
Batang yang terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan
kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun terong yang
terserang seperti tersiram air panas. Sedangan serangan pada buah ditandai
dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif
yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil,
atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb,
propineb, ziram, atau tiram.
e) Bercak
daun
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri,
berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai dengan adanya
bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang daun. Kemudian bercak berubah
menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun mengeluarkan cairan, akhirnya
daun mengering. Pengendaliannya menggunakan bakterisida dari golongan
antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik,
validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti
tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.
f) Antraknosa
Antraknosa sering juga diistilahkan dengan nama
patek. Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman yang ditandai dengan adanya
bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua
sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan menyatu akhirnya daun
mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning atau
cokelat. Buah yang terserang akan nampak bercak agak bulat dan berlekuk
berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora berwarna merah
jambu. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan
aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim,
difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif
klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.
DAFTAR PUSTAKA
Redaksi,
Alamtani. “Budidaya Terong”. 15 Januari 2016.. http://alamtani.com/budidaya-terong.html
Ruangtani.
“Cara Budidaya Terong”. 15 Januari 2016. http://www.ruangt
ani.com/14-tahap-dalam-cara-budidaya-terong-untuk-menambah-penghasilan-harian/
Kurniawan,
Fredi. “Jenis-jenis Terong Budidaya”. 15 Januari 2016. http://fredikurniawan.com/jenis-jenis-terong-budidaya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar