KULTUR JARINGAN TANAMAN ANGGREK
A. Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik
perbanyakan vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan
teknik perbanyakan vegetative konvensional biasanya terletak dalam situasi dan
lokasi yang berbeda. Penerapan teknik kultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam
ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara dalam kondisi yang
aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang berkaitan dengan
jaringan harus dalam kondisi aseptik. Kondisi ini dimulai dari cara:
1. Penyiapan peralatan (alat tanam
berbahan logam ataupun gelas).
2. Pembuatan media penanaman.
3. Penanaman (inisiasi dan
pemilihan: a. perbanyakan; b.perakaran).
Selain peralatan kultur jaringan, media merupakan salah satu
factor utama dalam keberhasilan kultur. Media kultur jaringan tanaman harus
berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang
ditanam. Media kultur jaringan memiliki karakteristik masing-masing. Artinya
tidak semua media dapat digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa
media yang ada memiliki perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-zat yang
diperlukan atau digunakan pada kultur.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode
kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh
pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai
komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur fisiknya
dapat berbentuk padat atau cair. Media berbentuk padat
menggunakan pemadat media seperti agar. Media kultur yang memenuhi
syarat adalah yang mengandung nutrient makro dan mikro dalam kadar dan
perbandingan tertentu, sumber energi (sukrosa), serta mengandung berbagai macam
vitamin dan ZPT.
B.
Teknik
dalam kultur jaringan antara lain :
1. Meristem
culture, budidaya jaringan dengan mengunakan eksplan dari jaringan muda atau
meristem.
2. Pollen
culture/anther culture, menggunakan eksplan dari pollen atau benang sari.
3. Protoplas
culture, menggunakan eksplan dari protoplas.
4. Chloroplas
culture, menggunakan kloroplas untuk keperluan fusi protoplas.
5. Somatic
cross (bilangan protoplas/fusi protoplas), menyilangkan dua macam protoplas,
kemudian dibudidayakan hingga menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat baru.
C.
Tujuan
teknik kultur jaringan, sebagai berikut.
1. Menghasilkan
tanaman dalam jumlah besar dengan lahan yang tidak terlalu luas dan waktu yang
sigkat.
2. Menghasilkan
tanaman yang bebas penyakit.
3. Melestarikan
jenis tanaman langka.
4. Mempertahankan
sifat-sifat tanaman induk.
5. Menghasilkan
varietas tanaman baru dengan kultur fusi protoplas.
D.
Tahapan-tahapan
teknik Kultur Jaringan
Tanaman yang diudidayakan menggunakan
teknik kultur jaringan umumnya merupakan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi
atau tanaman yang sulit dikembangkan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
teknik kultur jaringan sebagai berikut.
a.
Tahapan
Persiapan dan Sterilisasi Eksplan
Pada tahap ini dilakukan pembatan medium tanam dan
sterilisasi alat. Medium tanam berupa
medium agar=agaryang diberi tambahan unsure makro dan mikro, asam amino,
vitamin, gula, serta hormon pengatur tumbuh. Medium harus disterilkan
menggunakan uap panas bersuhu 1400C dan bertekanan 1 atm dengan
waktu yang telah ditentkan agar aseptis. Alat yang digunakan untuk sterilisasi
medium dan peralatan disebut autoklaf. Selanjutnya, dilakukan pengambilan
eksplann dari tanaman yang sehat.
b.
Tahapan
Inokulasi
Pada tahap ini
dilakukan penanaman eksplan dalam ruangan tertutup dan telah disterilkan. Ruang
penanaman dapat berupa entkas (ruangan tertutup dan terbuat dari kaca) atau
Laminar Air Flow (LAF). Ruang penanaman harus disterilkan dahulu menggunakan
alcohol atau formalin. Demikian pula peralatan untuk menanam seperti pinset,
dan dissecting set juga harus disterilkan dengan cara mencelupkannya pada
alcohol 90% lalu dibakar sebelum digunakan. Selanjutnya eksplan disterilkan
menggunakan larutan hipoklorit dan dipotong-potong kecil kemudian dinokulasi
dalam medium tanah. Eksplan dalam medium kultur ini kemudian dipelihara di
dalam ruangan aeptis yang terkontrol lingkingan fisiknya.
c.
Tahap
Subkultur
Setelah
terbentuk calon tumbuhan ( akar/tunas) maka dilakukan pemindahan ke medium yang
baru. Komposisi hormone dalam medium tanam yang baru biasanya berbeda dengan
komposisi hormon pada medium yang digunakan sebelumnya. Hasil kultur dapat
berupa tunas atau kalus. Kalus adalah massa sel yang tidak terdiferensiasi.
Selajutnya, kalus dipindahkan ke dalam medium yang diberi hormon auksin dan
hormon sitokinin yang seimbang. Kalus akan berdiferensiasi membentuk organ
tumbuhan sehingga individu baru terbentu.
d.
Tahap
Akilimatisasi
Bibit tanaman
yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan berupa tumbuhan yang berukuran
kecil yang disebut plantet. Plantet harus diaklimatisasi sebelum dipindah ke
lahan tanam. Aklimatisasi dilakukan agar plantet beradaptasi dengan
lingkungannya yang baru. Plantet ditanam dalam polybag dan diletakkan di tempat
yang teduh. Seiring dengan pertumbuhannya, intensitas cahaya yang mengenai
tanaman hasil kultur ditambah.
KULTUR
JARINGAN
TANAMAN
ANGGREK
Langkah-langkah Teknik Kultur
Jaringan
Salah satu aplikasi bioteknologi yaitu dengan kultur
jaringan. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian
tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara in
vitro. Teknik kultur jaringan dicirikan dengan kondisi yang aseptik atau steril
dari segala macam bentuk kontaminan, menggunakan media kultur yang memiliki
kandungan nutrisi yang lengkap dan menggunakan ZPT ( zat pengatur tumbuh ),
serta kondisi ruang tempat pelaksanaan kultur jaringan diatur suhu dan
pencahayaannya. (Yusnita, 2003: 1).
Sebenarnya kultur jaringan
merupakan salah satu bentuk kloning pada tumbuhan. Tumbuhan dapat diperbanyak
melalui proses kultur jaringan karena memiliki sifat totipotensi, yaitu bahwa
setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat
fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh.
Proses kultur jaringan dimulai dengan memotong bagian tanaman yang akan
dibiakkan dalam media kultur. Bagian tanaman yang akan dikulturkan ini disebut
sebagai eksplan. Umumnya bagian tanaman yang dijadikan eksplan adalah jaringan
yang masih muda dan bersifat meristematis, karena memiliki daya regenerasi yang
tinggi dan masih aktif membelah. Eksplan kemudian diletakkan dalam media kultur
yang sesuai. Eksplan tadi akan terus membelah membentuk masa sel yang belum
terdifferensiasi, yaitu kalus. Kalus kemudian dipindah dalam media
differensiasi yang akan terus tumbuh dan berkembang menjadi tanaman kecil atau
planlet.
Teknik kultur jaringan merupakan cara
perbanyakan tumbuhan secara invitro. Perbanyakan invitro adalah
penanaman jaringan atau organ tumbuhan di luar lingkungan tumbuhnya
Kultur jaringan tanaman Anggrek
Melalui
kultur jaringan ini, jaringan tumbuhan diambil sedikit, lalu ditumbuhkan dalam
media buatan sehingga tumbuh menjadi tanaman sempurna. Kultur jaringan
dilakukan berdasarkan pada prinsip totipotensi. Menurut prinsip totipotensi
setiap sel tumbuhan mengandung semua informasi genetik yang diperlukan untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap.
Teknik
kultur jaringan tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. Teknik ini harus
dilakukan di dalam ruangan khusus yang steril agar terbebas dari kontaminasi
udara luar. Kultur jaringan dilakukan di dalam suatu laboratorium khusus yang
digunakan untuk kultur jaringan. Laboratorium berfungsi untuk mengkondisikan
kultur dalam suhu dan pencahayaan terkontrol yang dilengkapi dengan alat dan
bahan untuk pembuatan media. Pada dasarnya tumbuh-tumbuhan memiliki daya
regenerasi yang kuat. Dasar inilah yang akhirnya menjadi titik tolak
berkembangnya industri perbanyakan (propagasi) tanaman. Bila sel-sel
jaringan atau organ tanaman ditanam di luar lingkungan tumbuhnya (invitro)
dengan menggunakan larutan bahan makanan sintetik ternyata dapat berenegerasi
menjadi tunas dan akar yang selanjutnya dapat berkembang menjadi tanaman normal
yang mampu hidup mandiri menjadi tumbuhan yang utuh.
1. Langkah-Langkah Teknik Kultur Jaringan
Kultur
jaringan tumbuhan dapat dilakukan dengan langkah seperti terlihat pada Gambar
berikut ini. Dari gambar tersebut terlihat langkah-langkah yang dilakukan
sebagai berikut
a.
Menyiapkan
media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsur makro dan
mikro, asam amino, vitamin, gula serta hormon tumbuhan dengan perbandingan
tertentu. Siapkan eksplan (jaringan yang akan dikultur). Pada gambar terlihat
eksplan berupa potongan dari akar tanaman wortel.
b.
Tanamkan
eksplan pada media yang telah disiapkan.
c. Setelah
terbentuk calon tumbuhan (akar, tunas) maka dipindahkan ke media tanah untuk
tumbuh menjadi tanaman dewasa.
AKLIMATISASI KULTUR JARINGAN
Tanaman anggrek
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil
pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian
berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping
itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanama
autotrop.
Aklimatisasi atau penyesuaian terhadap lingkungan baru dari lingkungan yang terkendali ke lingkungan yang relatih berubah. Bibit anggrek hasil perbanyakan secara in vitro membutuhkan proses adaptasi sebelum tumbuh besar menjadi tanaman. Untuk itu perlu kiranya mengetahui tahapannya sebagai berikut :
Aklimatisasi atau penyesuaian terhadap lingkungan baru dari lingkungan yang terkendali ke lingkungan yang relatih berubah. Bibit anggrek hasil perbanyakan secara in vitro membutuhkan proses adaptasi sebelum tumbuh besar menjadi tanaman. Untuk itu perlu kiranya mengetahui tahapannya sebagai berikut :
·
Kriteria bibit botol yang siap dikeluarkan yaitu daun sudah menyentuh dinding
atas botol, akar sudah tumbuh dengan baik, media sudah habis/kering, atau jika
bibit dalam botol terkontaminasi jamur atau bakteri sehingga perlu segera
dikeluarkan;
·
Tulis
kode silangan atau nama jenis anggrek beserta tanggal keluar bibit botol
gantungkan di baki kompot, tulis juga dalam buku sewaktu-waktu dapat dilacak;
·
Gunakan
tray plastik berlubang sebagai pengganti pot kompot
·
Buka
tutup botol dan gunakan kawat berujung melengkung ‘U’ dan tarik satu persatu
bibit, usahakan akar terlebih dahulu yang di kelurkan;
·
Untuk
mempercepat pekerjaan dapat pula dengan cara bungkus botol dengan koran dan
pukul belakang botol dengan palu hingga pecah;
·
Setelah
bibit dikeluarkan, dibilas di atas tray plastik berlubang kemudian semprot
dengan air mengalir hingga sisa media agar yang menempel pada akar bersih;
·
Tiriskan
bibit yang bersih di atas kertas koran;
·
Tanaman
secara berkelompok bibit sesuai dengan ukuran bibit yang besar terlebih dahulu
kemudian bibit yang kecil dengan posisi bibit berdiri;
·
Setelah
selesai menanam simpan kompot anggrek di tempat yang teduh bersirkulasi udara
baik;
·
Semprot
menggunakan handsprayer kompot anggrek tadi keesokan harinya; setiap hari
selama satu minggu;
·
Setelah
satu minggu pertama penyiraman sudah dapat menggunakan air mengalir dari
selang; pemupukan sudah dapat diaplikasikan menggunakan pupuk yang berimbang
kadar N:P:K = 21:21:21 dengan konsentrasi ¼ anjuran dalam kemasan satu
minggu dua kali;
·
Penggunaan
Vitamin B1 dapat juga digunakan dengan konsentrasi 1/4/ anjuran dalam kemasan
satu minggu sekali;
·
Setelah
kompot anggrek berumur kurang lebih 1 – 1,5 bulan dengan ciri bibit sudah kekar
dan akar baru sudah tumbuh, bibit dapat ditanam dalam individual pot berukuran
5 cm dengan media pakis atau sabut kelapa. Bibit dengan ukuran kecil dapat
diteruskan penanamannya dalam kompot;
·
Catatan: Masing-masing
nursery dan petani memiliki cara yang berbeda-beda. Cara yang kami lakukan bisa
disebut dengan cara kering, dengan maksud menghindari bibit terlalu sering
terkena air, karena akan mengakibatkan bibit menjadi lemas (osmosis rendah).
Sehingga bibit saat ditanam akan layu dan tidak dapat berdiri;
·
Penggunaan fungisida yang biasa
digunakan dalam beberapa buku tentang aklimatisasi dengan merendam bibit
sebelum ditanam tidak kami lakukan kecuali bibit dalam botol sebelumnya sudah
terkontaminasi jamur.
Dalam
melakukan aklimatisasi pengelompokan plantlet hasil seleksi. Plantlet
dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum
ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna,
hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya
lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak
tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus.
Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi
merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik,
rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol
berkelembapan nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas
cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol.planlet atau tunas
mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi
berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber
energi berkecukupan.
Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah.
Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah.
Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam
media pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi
pada anggrek adalah pakis dan arang kayu / genting. Selain itu juga kelembapan
tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap
pada minggu–minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya
diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat
aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32oC.
Setelah
proses aklimatisasi anggrek diperlakukan sebagai berikut:
a.
Compotting
Ukuran pot yang digunakan untuk
kompot berdiameter sekitar 7 cm pada pot ini diisi bibit sekitar 30 bibit
anggrek atau tergantung ukuran bibitnya. Pertama-tama pot yang akan digunakan
diisi dengan sterofoam sekitar 1/3 bagian, kemudian pakis cacah lalu bibit
anggrek ditata dengan rapi.
b.
Seedling
(Penanaman ke Single Pot)
Seedling
adalah proses memindahkan bibit dari kompot ke pot individu. Seedling dilakukan
pada saat bibit berusia 5 bulan. Apabila tanaman terlambat diseedling dapat
mengakibatkan bibit dalam kompot kompetisi sehingga penyerapan hara terhalang
dan akar beresiko menjadi rusak. Biasanya seedling dilakukan diletakkan
di dalam gelas bekas air mineral. Media yang digunakan untuk setiap anggrek
berbeda-beda tergantung pada kebutuhan airnya. Media untuk Dendrobium adalah
sphagnum yang dibalutkan pada akar tanaman, kemudian tanaman ditanam dalam
gelas plastic yang telah diisi sterofoam dan pakis cacah. Biasanya juga ditanam
pada media pakis batangan yang kemudian diikat menggunakan tali raffia.
Ciri-ciri dari bibit yang siap di seedling yaitu ditandai dengan perakaran yang
tumbuh lebih kuat dan daun daun tampak sudah keluar dari bibir pot.
c. Overpot (Pemindahan Bibit)
c. Overpot (Pemindahan Bibit)
Overpot
dilakukan ketika tanaman dalam single pot memenuhi syarat untuk dipindahkan,
yaitu ditandai denga banyaknya umbi. Tanamn dipindahkan ke pot yang lebih
besar. Biasanya dilakukan setelah seedling berumur 2-3 bulan. Media yang
digunakan adalah potongan pakis batangan yang disusun secara teratur atau satu
per satu dan diikat denga tali raffia.
c.
Repotting
Repotting
atau pengepotan ulang adalah pemindahan tanaman tanaman dari pot yang lama ke
pot yang baru. Repotting dilakukan jika anggrek pada pot seedling telah tumbuh
besar dan memenuhi popt plastik. Pengepotan ulang dilakukan dengan alasan media
dalam pot seedling telah lapuk dan hancur sehingga ph menjadi rendah (asam) dan
rentan terhadap serangan penyakit (Parnata, 2005). Selain itu juga untuk
mengantisipasi media yang telah kehabisan unsur hara. Media untuk repotting
juga berbeda untuk setiap jenis anggrek tergantung kebutuhan airnya.
Cara
Aklimatisasi (Anggrek)
Mengeluarkan
anggrek dari dalam botol Sekitar 7-8 bulan setelah berkecambah, anakan anggrek
siap dikeluarkan dari dalam botol. Anakan anggrek di dalam botol disebut dengan
sedling. Sedling yang siap dikeluarkan mempunyai akar yang banyak dan kelihatan
kokoh. Mengeluarkan sedling dari dalam botol harus berhati-hati. Sedling yang
dikeluarkan dari botol sering tidak bisa beradaptasi ketika dipindahkan ke
kompot karena telah terbiasa hidup manja, dengan makanan yang sudah disediakan
di dalam botol. Pengeluaran sedling dari dalam botol bisa dilakukan dengan dua cara
sebagai berikut.
Cara Pertama
·
Siapkan
baskom yang berisi air bersih dan steril.
· Pecahkan botol di atas baskom. Kaca
pecahan botol akan tenggelam dan anakan anggrek akan mengambang di atas
permukaan air.
· Cuci anakan anggrek hingga bersih
dan tidak terdapat agar-agar. Agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan
tumbuhnya jamur yang merugikan anggrek.
· Rendam anakan anggrek di dalam
physan (zat anti jamur) dengan dosis 2-3 mg per satu liter air agar tidak ditumbuhi
jamur.
· Letakkan anakan anggrek di atas
Koran dan diangin-anginkan agar bebas dari air.
· Setelah kering, pindahkan anggrek ke
dalam kompot. Satu kompot bisa digunakan untuk 20-40 anakan anggrek, tergantung
pada ukuran kompot dan besarnya anakan.
Cara Kedua
· Buka tutup botol dan masukkan air
sampai setengahnya.
· Goyang-goyangkan botol hingga
tanaman dan akarnya terpisah dari agar-agar.
· Keluarkan anakan anggrek menggunakan
pinset atau kawat yang ujungnya dibengkokkan membentuk huruf “U”. Caranya
dengan mengaitkan dan menarik akar anakan anggrek keluar sampai terjatuh ke
dalam baskom yang berisi air bersih dan steril.
· Langkah selanjutnya sama seperti
cara pertama.
Memindahkan
anakan ke kompot, setelah anakan anggrek dikeluarkan dari dalam botol, langkah
selanjutnya adalah menanamnya di kompot. Kompot yang digunakan berdiameter 7,
12, 16, atau 20cm. Kompot tersebut tidak terlalu tinggi atau dalam, tetapi
menyerupai cobek (tempat membuat sambal dari tanah liat). Kompot ada yang
terbuat dari tanah atau plastik.
Media tanam yang digunakan bisa
berupa pakis, sabut kelapa, moss (Lumut), akar kadaka dan kulit pinus. Sebelum
digunakan, media tersebut harus direbus di dalam air selama 30 menit agar
terbebas dari tanin atau zat perangsang pertumbuhan jamur.
Kelebihan dan Kekurangan Kultur
Jaringan
Kelebihan kultur jaringan antara lain:
Kelebihan kultur jaringan antara lain:
1. Tidak memerlukan tempat yang luas.
2. Tanaman bisa diperbanyak dalam waktu
yang singkat.
3. Pelaksanaannya tidak tergantung pada
musim.
4. Bibit yang dihasilkan lebih sehat.
5. Memungkinkan adanya rekayasa
genetika.
Selain itu juga memiliki
kelemahan-kelemahan, yaitu:
1. Diperlukan biaya awal yang relatif
tinggi.
2. Hanya mampu dilakukan oleh
orang-orang tertentu saja, karena memerlukan keahlian khusus.
3. Bibit hasil kultur jaringan memerlukan
proses aklimatisasi, karena terbiasa dalam kondisi lembap dan aseptik.
(Yusnita, 2003:8)
DAFTAR
PUSTAKA
Anggrek.org. 2005. Budidaya Tanaman
Anggrek. http://www.anggrek.org/ budidaya tanaman-anggrek.html. 8 November
2008.
Baker K. F. and Cook R. J. 1974.
Biological Control of Plant Pathogens. San Fransisco: W. H. Freeman and Company.
433 p.
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. 2004. Peluang ekspor produk florikultura. Makalah pada Seminar
Nasional Florikultura, Kebun Raya Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pusat Pengembangan
Pasar Wilayah Eropa..
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 2004. Teknologi agribisni tanaman hias. Balai Penelitian Tanaman
Hias. Pusat Penelitian dan Pengembanga Hortikultura. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2003. Nilai
ekspor impor beberapa tanaman pangan dan hortikultura 1999-2002. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Kartiman, R. 2004. Pengaruh
kombinasi zat pengatur tumbuh dan potongan protocorm like bodies untuk
perbanyakan anggrek bulan raksasa (Phalaenopsis gigantea) dengan metode kultur
jaringan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut pertanian Bogor.
Lingga, P. dan Marsono. 2001.
Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 146 hal.
Sandra,
E. 2003. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Depok. 80hal.
Setiawan,
H. 2002. Usaha Pembesaran Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal.
Syuhud, P. 2008. Macam-macam Media
Anggrek. http://iswaraorchid. wordpress.com/category/anggrek/. 8 November 2008.
Sumarno. 2004. Potensi florikultura
untuk usaha agribisnis di Indonesia. Makalah pada Seminar Nasional
Florikultura, Kebun Raya Bogor, 4-5 Agustus 2004. Direktorat Jenderal Bina
Produksi Horikultura.
Sutiyoso,
Y. 2005. Peluang bisnis anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widiastoety. 1997. Peningkatan
produktivitas dan mutu bunga anggrek. Balai Penelitian Tanaman Hias. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar