Kamis, 16 Juni 2016

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
           Jagung merupakan salah satu komuditas utama yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara membudidayakan jagung yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain. Perusahaan swasta pun juga belum memproduksi jagung secara optimal. Jagung juga sebagai makanan pokok di suatu daerah tertentu dan diubah menjadi beberapa makanan ringan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga kebutuhan akan jagung meningkat di masyarakat.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas jagung yan dihasilkan tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik tanaman jagung yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
           Banyak kegunaan tanaman jagung selain sebagai makanan tetapi jagung dapat dijadikan sebagai tepung, jagung rebus, jagung bakar dan lain-lain sehingga dapat meningkatkan permintaan untuk tanaman jagung. Semakin banyak permintaan pasar maka akan meningkatkan jumlah permintaan sehingga produksi tanaman atau barang akan semakin menurun karena stok barang semakin menipis serta meningkatkan harga barang. Jagung juga mengandung karbohidrat yang sangat banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Keunggulan komparatif dari tanaman jagung banyak diolah dalam bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku pakan ternak. Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Sejalan dengan perkembangan industri pengolah jagung dan  perkembangan sektor peternakan,  permintaan akan jagung cenderung semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah
1.    Bagaimana cara membudidayakan tanaman jagung?
2.    Bagaimana pertumbuhan tanaman jagung?

1.3 Tujuan
1.    Untuk mengetahui cara membudidayakan tanaman jagung.
2.    Untuk mengetahui cara perhitungan pemberian pupuk dalam budidaya tanaman jagung.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman jagung adalah tanaman yang cukup penting karna jagung merupakan salah satu makanan pokok selain beras yang sangat menjanjikan, pada kesempatan ini kita akan mengulas tentang klasifikasi dan morfologi dari tanaman jagung.
2.1  Klasifikasi Tanaman Jagung
·         Kingdom        : Plantae
·         Devisi             : Magnoliophyta
·         Kelas              : Liliopsida
·         Sub kelas      : Commilinidae
·         Ordo               : Poales
·         Family            : Paceae
·         Genus            : Zea
·         Spesies          : Zea mays L
2.2  Morfologi Tanaman Jagung
·      Daun.
Daun jagung tergolong kedalam daun yang sempurna, Daun pada jagung berwarna hijau muda saat masih mulai menunjukkan daunnya dan hijau tua saat dewasa dan kuning saat sudah tua, tulang daun dengan ibu tulang daun berada sejajar dan daun pada jagung ada yang halus tanpa bulu dan ada pula yang kasar dnegan bulu.

·      Batang.
Batang tanaman jagung tegak lurus dan kokoh, batang tanaman jagung terdiri dari ruas-ruas dan disetiap pelepah dibungkus dengan daun yang selalu muncul disetiap buku nya, namun batang jagung tidak banyak mengandung lignin, namun batang nya tetap tegak lurus dan kokoh.
·      Akar.
Akar pada tanaman jagung memiliki akar serabut dengan mencaapai kedalaman sekitar 8 m, meski demikian rata-rata akar pada tanaman jagung hanya berada pada kisaran 2 m, selain serabut, akar adventif juga akan muncul ketika tanaman jagung berumur dewasa yang berfungsi memabntu mengkokohkan tegaknya batang jagung.
·      Bunga.
Bunga jantan dan betina pada tanaman jagung terpisah, maka dari itu penyerbukan pada tanaman jagung memerlukan bantuan angin, serangga dan bahkan bisa juga manusia. Setiap bunga jantan dan betina pada tanaman jagung harus diserbukkan dengan bantuan alam (Secara alami) atau dengan bantuan manusia, bunga jantan terdapat pada bagian ujung tongkol dari tanaman jagung.
·      Buah.
Buah jagung berwana kuning muda saat sebelum dewasa atau putih susu dalam keadaan pembentukan, setiap batang tanaman jagung memiliki setidaknya 1 tongkol jagung, walau sekarang adanya pembaharuan peningkatan mutu jagung jenis hibrida namun umumnya setiap batang hanya satu tongkol saja, dan saat buah jagung dewasa akan berubah bentuk menjadi kekuningan.



BAB III
METODOLOGI

3.1      Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan yaitu
Bahan:
·         Benih Jagung
·         Pupuk   Urea   :           100 kg/ha atau 0,3 kg/30m2
                                    Sp-36 : 150 kg/ha atau 0,45 kg/30m2
                                    Kcl      : 100 kg/ha atau 0,3 kg/30m2
          Alat:
·         Cangkul
·         Kored
·         Rafia
·         Meteran
·         Tugal
·         Cucutik

3.2      Metode yang Digunakan
          Praktikum ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Garut. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 23 Desember 2015-19 Januari 2016. Pengamatan dilakukan terhadap parameter daya kecambah, jumlah daun, tinggi tanaman, jenis gulma, jenis hama dan penyakit, dan panen brangkas.


BAB IV
PEMBAHASAN
Jagung (Zea mays L) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal, tanaman jagung tak hanya kaya serat, jagung juga sumber karbohidrat kompleks, dan sejumlah zat gizi lainnya seperti vitamin B, dan C, karoten, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang dapat membantu menurunkan kolesterol.
Jagung manis merupakan jenis tanaman yang disukai dan selalu di pergunakan oleh masyarakat sebagai bahan masakan. Sehingga pasokan untuk kebutuhan jagung harus senantiasa tersedia untuk konsumsi masyarakat. Akan tetapi jagung tidak digunakan sebagai makanan pokok di Indonesia karena kadar lisin dan tryptopan sangat rendah. Jika dikonsumsi sangat banyak akan menimbulkan penyakit radang tenggorakn (pellagra). Adapun tanaman jagung ini biasanya digunakan sebagai bahan olahan makanan ringan. Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakan melalui dua program utama yakni ekstensifikasi (perluasan areal) dan intensifikasi (peningkatan produktifitas). Program peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui
          Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi tanaman jagung dapat dari berbagai hal, salah satu contohnya yaitu faktor iklim. Iklim merupakan keadaan dimana yang sangat menentukan sehingga tidak semua tanaman dapat tumbuh pada setiap iklim. Selain iklim dapat menentukan produktivitas tanaman jagung tetapi dapat juga menentukan dalam hal kandungan gizi yang dihasilkan tanaman tetapi masyarakat tidak mementingkan gizi yang terkandung dalam tanaman jagung tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Untuk daerah iklim tropis kandungan gizi dalam tanaman hanya banyak mengandung karbohidrat yang tinggi tetapi rendah kandungan protein pada setiap tanaman yang dihasilkan (Kartasapoetra, 1990).
         Peningkatan produktivitas tanaman jagung merupakan hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan produksi tanaman jagung ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial, hama dan penyakit danvarietas tanaman yang akan ditanam. Salah satu faktok iklim yang berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman adalah cahaya. Cahaya merupakan hasil dari gabungan antara berbagai warna yang ditimbulkan oleh sinar matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan cahaya. Bagi tanaman cahaya sangat penting karena menyangkut berbagai hal dalam melakukan fotosintesis yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh tanaman tetapi proses pekembangan seperti perkecambahan, perpanjangan batang, membukanya hipocotyl, perluasan daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan daun, pembukaan bunga dan dormansi tunas (Fitter dan Hay, 1992).
           Irigasi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman dengan membuat saluran-saluran irigasi sehingga ketika air dibutuhkan oleh tanaman petani perlu mengalirkan air ke dalam petak tanaman jagung tersebut. Hal ini tersebut merupakan salah satu manfaat pengairan atau irigasi bagi tanaman dan petani. Untuk tanaman jagung panjang akar hanya mencapai panjang 25 cm sehingga dalam mencari sumber air tanaman jagung tidak dapat menjangkau air tanah yang dalam. Untuk irigasi tanaman jagung lebih baik menggunakan irigasi bawah permukaan karena panjang akar tanaman jagung tidak cukup untuk menjangkau air tanah yang dalam selain itu irigasi ini hanya diperuntukkan bagi tanaman produksi (Al Omran et al, 2012).


Persayaratan Budidaya Tanaman Jagung
·           Iklim
1.    Iklim yang kehendaki oleh sebagian besar tanaman adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah, jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 0-5 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
2.    Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musimkemarau.
3.    Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan memberikan biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
4.    Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 dserajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
5.    Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
·           Media Tanam
1.    Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimum tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
2.    Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan.
3.    Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 5,6-7,5.
4.    Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
5.    Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras terlebih dahulu.
·           Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.
4.1      Perkecambahan
          Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan pertumbuhan dan perkembangan embrio. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukan bahwa perkecambahan jagung termasuk tipe perkecambahan hipogeal karena kotiledonnyaterletak di bawah permukaan tanah.


Gambar 4.1 Tipe Perkecambahan Hipogeal
          Gambar diatas memperlihatkan terjadinya pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga menyebabkna plumula keluar dan menembus pada kulit bijinya yang nantinya akan muncul diatas permukaan tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap beradadidalam tanah.
Persentase Perkecambahan:
Daya Kecambah (DB): Tanaman tumbuh         x 100%
                                      Jumlah Seluruh Tanaman
Daya Kecambah (DB):       357   x 100%
                                           416
Daya Kecambah (DB):  86%
          Jadi, daya kecambah tanaman jagung 86% berarti pertumbuhan jagung  bagus.

4.2      Gulma
Gulma merupakan suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada  lahan tanaman budidaya. Tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok atau tanaman yang sengaja ditanam. Gulma juga merupakan semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekatnya atau tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian. Di tingkat petani, kehilangan hasil jagung karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Kerugian yang disebabkan oleh gulma dapat menurunkan produksi tanaman(Moenandir, 1990). Berikut ini gulma-gulma yang muncul pada saat praktikum:
·                Teki-Tekian(Cyperus rotundus)

Gambar 4.2Teki-Tekian (Cyperus rotundus)
Cyperacceae merupakan gulma kelompok teki-tekian, memiliki ciri utama yaitu batangnya yang berbentuk segitiga dan sebagian besar sistem perakarannya terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber). Selain itu, Cyperacceae memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik. Hal ini dikarenakan umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan dan mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 meter). Disamping itu, gulma ini juga memiliki jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Contoh dari kelompok Cyperacceae adalah teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllingia) dan Cyperus killingia. Namun demikian, kelompok Cyperacceae selain merugikan tanaman budidaya juga memiliki banyak manfaat.
Salah satu kelompok Cyperacceae yang memiliki banyak manfaat yaitu Cyperus rotundusCyperus rotundus memiliki ciri-ciri yaitu
·         Rumput semu menahun dengan tinggi 10-95 cm,
·         Batang rumput berbentuk segitiga dan tajam,
·         Daunnya berjumlah 4-10 helai yang terkumpul pada pangkal batang,
·         Akar dengan pelepah daunya tertutup tanah, helaian daun berbentuk pita bersilang sejajar, permukaan atas berwarna hijau mengilat dengan panjang daun 10-30cm dan lebar 3-6 cm,
·         Memiliki allelopati yang mampu membunuh tumbuhan lainnya, dan
·         Memiliki umbi sebesar kelingking, bulat atau lonjong, berkerut atau bertekuk, dan jika diraba agak berduri. Bagian luar umbi berwarna cokelat dan bagian dalam umbi berwarna putih, berbau seperti rempah-rempah, serta rasanya agak pahit (Sudarsono dkk, 1996).

·         Babadotan (Ageratum conyzoides)
                                                        Gambar 4.3 Babadotan (Ageratum conyzoides)
Tanaman Babadotan yang merupakan salah satu Bioinsektisida yang terdapat di alam Indonesia yang memiliki nama ilmiah Ageratum conyzoides. Di beberapa daerah tanaman ini dikenal dengan nama jukut bau, ki bau (Jawa Barat), dan Billygoat-weed (Inggris).  Tanaman ini bisa hidup bebas di alam raya tanpa  terlalu banyak memerlukan persyaratan hidup, dengan kata lain  tanaman ini dapat hidup pada tanah yang kering dan tanah yang basah dengan suhu panas ataupun dingin ataupun di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Tanaman Babadotan tergolong jenis tanaman herbal dengan ciri-ciri umum sebagai berikut :
a.    Tinggi tanaman maksimal 50 - 60 cm.
b.    Daun bertangkai, letaknya saling nerhadapan dan bersilang (composite). Helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing dengan tulang daun menyirip dan tepi daun bergerigi. Panjang daun 1 - 10 cm,lebar 0,5 - 6 cm.
c.    Memiliki bunga majemuk dengan ukuran kecil yang tumbuh di ketiak batang dengan warna benang sari putih dan kepala putik kuning. Panjang bonggol bunga 6 – 8 mm, dengan tangkai yang berambut.
d.    Diameter batang tanaman 0,5 - 1,2 cm.
e.    Berakar serabut.
f.     Kebanyakan cabang tumbuh ke samping atau pertumbuhan lebih condong mendatar (tidak menyilang).
g.    Tumbuh di ketinggian 1 sampai 2100 meter dari permukaan laut. Dapat tumbuh di sawah-sawah, ladang, semak belukar, halaman kebun, tepi jalan, tanggul, dan tepi sungai

4.3      Organisme Pengganggu Tanaman
4.3.1 Hama
·                Lalat Bibit (Atherigona exigua)
                            4.4 Akibat Hama Lalat Bibit
Lalat bibit (Atherigona exigua), merupakan salah satu hama tanaman jagung yang sangat merugikan jika keberadaannya tidak segera diantisipasi sejak dini. Pasalnya, yang diserang adalah tanaman yang masih muda atau yang baru muncul di permukaan tanah.
Gejala awal yang bisa dilihat saat tanaman jagung diserang lalat bibit adalah berubahnya warna daun dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan. Kemudian, di sekitar batang jagung yang terserang akan membusuk hingga akhirnya tanaman akan layu, kerdil, dan bahkan mati.
Berdasarkan data yang pernah dirilis Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Tahun 2008, hama dari ordo Diptera itu hanya ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera. Keberadaannya juga lebih banyak di musim penghujan, karena hama ini menyukai lingkungan yang lembab. Selain itu, jika kondisi lingkungannya kering, telurnya tidak akan menetas atau kalaupun menetas larvanya akan mati sebelum memakan batang jagung.
Serangan awal lalat bibit itu sendiri dimulai saat serangga dewasa (imago) betina yang memiliki panjang 2,5-4,5 mm meletakkan telurnya secara tunggal di bawah permukaan daun atau pada batang jagung yang ada di dekat permukaan tanah. Jumlahnya berkisar 7-22 butit, bahkan bisa juga hingga 70 butir.
Telur berwarna putih yang memiliki panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm itu akan menetas selang 33 jam atau maksimal empat hari setelah diletakkan.
Setelah menetas, larvanya akan segera melubangi batang jagung dan membuat semacam terowongan hingga ke dasar batang atau titik tumbuh tanaman. Hal inilah yang akan membuat tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati. Kalaupun tanaman jagung tersebut mampu melakukan recovery, pertumbuhannya akan kerdil dan tidak bisa optimal.
Larva yang panjangnya sekitar 9 mm itu pada awalnya berwarna putih krem dan akan berubah menjadi kuning hingga kuning gelap. Stadia larvanya sendiri berlangsung selama 6-18 hari dengan tiga instar atau tiga tahap pertumbuhan larva.
Sementara pada fase pupa, hama ini umumnya berada di pangkal batang atau di dekat permukaan tanah. Warna pupariumnya coklat kemerahan hingga coklat dengan panjang sekitar 4,1 mm. Lamanya stadia pupa hingga keluarnya imago berlangsung selama 12 hari. Imago tersebut akan terbang setelah satu jam keluar dari puparium.Imago Atherigona tersebut sangat aktif terbang dan sangat tertarik dengan kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Lama hidupnya bervariasi, antara 5 hingga 23 hari, dan imago betina akan berumur dua kali lebih panjang dibandingkan imago jantan.
Untuk pencegahannya bisa dilakukan dengan menerapkan pola pergiliran tanaman selain jagung dan padi. Selain itu, penggunaan varietas jagung yang memiliki ketahanan terhadap serangan hama ini juga akan lebih memudahkan pencegahan dan pengendalian. Mengingat siklus hidup lalat bibit hanya berlangsung selama 1-2 bulan di musim hujan, oleh karena itu, menggeser waktu tanam dan melakukan penanaman serempak juga menjadi siasat lain untuk mengatasi serangan hama tersebut.
Sedangkan secara hayati, penggunaan parasit juga sangat membantu. Semisal penggunaan parasitoid Thricogramma spp. yang bisa memarasit telur, atau Opius sp. dan Tetrastichus sp. yang mampu memarasit larva. Sedangkan Clubiona japonicolabisa menjadi predator bagi imago lalat bibit.
Semantara untuk pengendalian secara kimiawi bisa menggunakan insektisida yang diaplikasikan pada benih atau seed treatmen sebelum tanam. Misalnya dengan mencampurkan insektisida Wingran 70WS sebanyak 2-4 gram pada satu kilogram benih jagung sebelum ditanam.
·         Belalang (Locusta sp., dan Oxya chinensis)

Gambar 4.5 Akibat Hama Belalang (Locust sp)
Belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Locusta sp., dan Oxya chinensis. Seperti halnya ulat tanah, hama jenis ini menyerang tanaman jagung saat masih muda, dengan cara memakan tunas jagung muda (baru tumbuh). Hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran, dimana tingkat kerusakannya tergantung dari jumlah populasi serta tipe tanaman yang diserang.
Gejala Serangan: Hama ini menyerang terutama di bagian daun, daun terlihat rusak karena serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak serta belalang sedang dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan tanaman jagung sekaligus sampai tulang-tulang daunnya.
Pengendalian hama belalang pada budidaya jagung secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin.

4.3.2  Penyakit
a.    Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)

Gambar 4.6 Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)
Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik (disebut hawar), warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul di mulai dari daun terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat akibat serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan tanaman jagung cepat mati atau mengering. Cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot jagung, cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman di lahan.
Penyebab: Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum.
Pengendalian:
ü Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
ü Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun.
ü Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis/konentrasi sesuai petunjuk di kemasan
b.    Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)

Gambar 4.7 Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)
Penyakit bulai merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit serta saat umur tanaman jagung masih muda (antara 1-2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil produksi akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%, terutama varietas rentan.
Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan atas maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung, sangat jelas di pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan. Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya meluas ke seluruh bagian tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur tanaman masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah tua masih dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil karena umumnya pertumbuhan tanaman mengerdil.
Penyebab: Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara serta di Batu Malang Jawa Timur.
Pengendalian:
ü Menanam varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo, atau Gumarang
ü Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
ü Penanaman jagung secara serempak
ü Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terserang penyakit bulai
ü Penggunaan fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih.

4.4      Pertumbuhan dan Panen Brangkas
Fase pertumbuhan jagung di awali dengan Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit benih. Proses perkecambahan dimulai ketika terjadi penyerapan air oleh benih melalui proses imbibisi. Proses ini menjadikan benih membengkak diikuti oleh peningkatan aktivitas enzim serta respirasi. Awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp kemudian radikula menembus koleoriza. Setelah radikula muncul, empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang bersamaan, plamula tertutup oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh peanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan peting dalam pemunculan kecambah di permukaan tanah. Ketika ujung koleoptil muncul keluar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah. 
Umumnya kecambah jagung akan muncul di permukaan tanah pada 4-5 hari setelah tanam. Pada kondisi yang dingin dan kering, pemunculan kecambah dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau bahkan lebih. .Fase selanjutnya berlangsung pada saat tanaman berumur 10-18 hari setelah berkecambah. Pada fase ini, akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh berada di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman. Suhu rendah akan menghambat keluarnya daun, meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan. Pertumbuhan tanaman jagung dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal sehingga menyebabkan pertumbuhan yang berbeda-beda. Berikut ini rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman  dan jumlah daun pada umur 2 minggu setelah tanam (MST).

Gambar 4.8 Rata-rata Tinggi Tanaman
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada minggu pertama belum tumbuh karena baru dilakukan penanaman, pada 1 MST rata-rata tinggi tanaman 25 cm, pada 2 MST rata-rata tinggi tanaman 38 cm, pada 3 MST rata tinggi tanaman 56, pada 4 MST rata-rata tinggi tanaman 56, dan 5 MST tinggi tanaman rata-rata 68 cm. Berarti pertumbuhan tanaman jagung dari minggu keminggu bertumbuh cepat karena memiliki perbedaan yang cukup jauh.

Gambar 4.8 Rata-rata Jumlah Daun
Pada pengamatan jumlah daun, umur 1 MST memiliki rata-rata jumlah daun sebesar, pada 2 MST memiliki rata-rata 3, pada 3 MST memiliki rata-rata 5,pada 4 MST memiliki rata-rata 6, pada 5 MST memiliki rata-rata 9. Berarti pertumbuhan jumlah daun dari minggu keminggu tidak berbeda jauh.
Tanaman mempunyai waktu panen yang tidak sama, tergantung jenis tanaman dan kebutuhannya. Kriteria panen tiap tanaman tidaklah sama.

Gambar 4.9 Berat Brangkasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada parameter panen brangkasan dengan menimbang bagian akar dan bagian tajuk menunjukan bahwa berat akar sebesar 9,3 gr sedangkan berat tajuk sebesar 53,6 gr. Berat akar dan berat tajuk dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal.




BAB V
PENUTUP

5.1      Kesimpulan
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung termasuk tipe perkecambahan hypogeal dan memiliki daya kecambah 86%. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman :
Faktor internal, meliputi :
a.    Genetik
Genetik adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup baik manusia maupun tumbuhan.
b.    Hormon ( zat tumbuh )
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selanjutnya adalah Hormon yaitu senyawa organik (zat kimia) yang terdapat pada makhluk hidup yang mempengaruhi reproduksi, metabolisme serta pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor eksternal, meliputi :
a.     Nutrisi
Pada tumbuhan, nutrisi yang diperlukan berupa air dan zat-zat hara yang terlarut didalamnya yang dirubah melalui proses fotosintesis menjadi zat-zat makanan.
b.     Lingkungan
Faktor lingkungan yang akan sangat berperan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah : suhu udara, cahaya, dan kelembaban.




DAFTAR PUSTAKA

http://hkti.org/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-jagung.html
Al Omran et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in Greenhouse Tomato
Production under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 14:939-950.
Fitter dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

http://www.petanihebat.com/2013/01/teknik-budidaya-tanaman-jagung.html

1 komentar: