BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komuditas utama yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang
diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara
membudidayakan jagung yang benar dan baik dan tanah atau
lahan untuk tanaman jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung
dan lain-lain. Perusahaan swasta pun juga belum memproduksi jagung secara
optimal. Jagung juga sebagai makanan pokok di suatu daerah tertentu dan diubah
menjadi beberapa makanan ringan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga
kebutuhan akan jagung meningkat di masyarakat.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat,
pemakaian pupuk yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam
yang beum diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah
peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu
peningkatan produksi jagung yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas
jagung yan dihasilkan tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau
memahami karakteristik tanaman jagung yang akan ditanam seperti morfologi,
fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat
meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
Banyak kegunaan tanaman jagung selain sebagai makanan
tetapi jagung dapat dijadikan sebagai tepung, jagung rebus, jagung bakar dan
lain-lain sehingga dapat meningkatkan permintaan untuk tanaman jagung. Semakin
banyak permintaan pasar maka akan meningkatkan jumlah permintaan sehingga
produksi tanaman atau barang akan semakin menurun karena stok barang semakin
menipis serta meningkatkan harga barang. Jagung juga mengandung karbohidrat
yang sangat banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Keunggulan komparatif dari
tanaman jagung banyak diolah dalam bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan
untuk bahan baku pakan ternak. Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan
untuk keperluan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Sejalan dengan
perkembangan industri pengolah jagung dan
perkembangan sektor peternakan,
permintaan akan jagung cenderung semakin meningkat.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
cara membudidayakan tanaman jagung?
2. Bagaimana
pertumbuhan tanaman jagung?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara membudidayakan tanaman jagung.
2. Untuk
mengetahui cara perhitungan pemberian pupuk dalam budidaya tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung adalah
tanaman yang cukup penting karna jagung merupakan salah satu makanan pokok
selain beras yang sangat menjanjikan, pada kesempatan ini kita akan mengulas
tentang klasifikasi dan morfologi dari tanaman jagung.
2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung
·
Kingdom :
Plantae
·
Devisi :
Magnoliophyta
·
Kelas :
Liliopsida
·
Sub kelas :
Commilinidae
·
Ordo :
Poales
·
Family :
Paceae
·
Genus :
Zea
·
Spesies :
Zea mays L
2.2 Morfologi Tanaman Jagung
· Daun.
Daun jagung tergolong
kedalam daun yang sempurna, Daun pada jagung berwarna hijau muda saat masih
mulai menunjukkan daunnya dan hijau tua saat dewasa dan kuning saat sudah tua,
tulang daun dengan ibu tulang daun berada sejajar dan daun pada jagung ada yang
halus tanpa bulu dan ada pula yang kasar dnegan bulu.
· Batang.
Batang
tanaman jagung tegak lurus dan kokoh, batang tanaman jagung terdiri dari
ruas-ruas dan disetiap pelepah dibungkus dengan daun yang selalu muncul
disetiap buku nya, namun batang jagung tidak banyak mengandung lignin, namun
batang nya tetap tegak lurus dan kokoh.
· Akar.
Akar pada tanaman jagung
memiliki akar serabut dengan mencaapai kedalaman sekitar 8 m, meski demikian
rata-rata akar pada tanaman jagung hanya berada pada kisaran 2 m, selain serabut,
akar adventif juga akan muncul ketika tanaman jagung berumur dewasa yang
berfungsi memabntu mengkokohkan tegaknya batang jagung.
· Bunga.
Bunga jantan dan betina pada
tanaman jagung terpisah, maka dari itu penyerbukan pada tanaman jagung
memerlukan bantuan angin, serangga dan bahkan bisa juga manusia. Setiap bunga
jantan dan betina pada tanaman jagung harus diserbukkan dengan bantuan alam
(Secara alami) atau dengan bantuan manusia, bunga jantan terdapat pada bagian
ujung tongkol dari tanaman jagung.
· Buah.
Buah jagung berwana kuning
muda saat sebelum dewasa atau putih susu dalam keadaan pembentukan, setiap
batang tanaman jagung memiliki setidaknya 1 tongkol jagung, walau sekarang
adanya pembaharuan peningkatan mutu jagung jenis hibrida namun umumnya setiap
batang hanya satu tongkol saja, dan saat buah jagung dewasa akan berubah bentuk
menjadi kekuningan.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan yaitu
Bahan:
·
Benih Jagung
·
Pupuk Urea : 100 kg/ha atau 0,3 kg/30m2
Sp-36 : 150 kg/ha atau 0,45 kg/30m2
Kcl : 100 kg/ha atau 0,3 kg/30m2
Alat:
·
Cangkul
·
Kored
·
Rafia
·
Meteran
·
Tugal
·
Cucutik
3.2
Metode yang Digunakan
Praktikum ini dilakukan di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Garut. Penelitian ini dilakukan sejak
tanggal 23 Desember 2015-19 Januari 2016. Pengamatan dilakukan terhadap
parameter daya kecambah, jumlah daun, tinggi tanaman, jenis gulma, jenis hama
dan penyakit, dan panen brangkas.
BAB IV
PEMBAHASAN
Jagung (Zea mays L)
merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Selain
sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak.
Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin
meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia. Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman
pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal, tanaman jagung tak hanya
kaya serat, jagung juga sumber karbohidrat kompleks, dan sejumlah zat gizi
lainnya seperti vitamin B, dan C, karoten, kalium, zat besi, magnesium, fosfor,
omega 6, dan lemak tak jenuh yang
dapat membantu menurunkan kolesterol.
Jagung manis merupakan jenis
tanaman yang disukai dan selalu di pergunakan oleh masyarakat sebagai bahan
masakan. Sehingga pasokan untuk kebutuhan jagung harus senantiasa tersedia
untuk konsumsi masyarakat. Akan
tetapi jagung tidak digunakan sebagai makanan pokok di Indonesia karena kadar
lisin dan tryptopan sangat rendah. Jika dikonsumsi sangat banyak akan
menimbulkan penyakit radang tenggorakn (pellagra). Adapun tanaman jagung ini
biasanya digunakan sebagai bahan olahan makanan ringan. Usaha peningkatan
produksi jagung di Indonesia telah digalakan melalui dua program utama yakni
ekstensifikasi (perluasan areal) dan intensifikasi (peningkatan produktifitas).
Program peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan kering juga
lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi tanaman
jagung dapat dari berbagai hal, salah satu contohnya yaitu faktor iklim. Iklim
merupakan keadaan dimana yang sangat menentukan sehingga tidak semua tanaman
dapat tumbuh pada setiap iklim. Selain iklim dapat menentukan produktivitas
tanaman jagung tetapi dapat juga menentukan dalam hal kandungan gizi yang
dihasilkan tanaman tetapi masyarakat tidak mementingkan gizi yang terkandung
dalam tanaman jagung tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki iklim tropis yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan
kemarau. Untuk daerah iklim tropis kandungan gizi dalam tanaman hanya banyak
mengandung karbohidrat yang tinggi tetapi rendah kandungan protein pada setiap
tanaman yang dihasilkan (Kartasapoetra, 1990).
Peningkatan produktivitas tanaman jagung merupakan hal
yang penting dalam memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan
produksi tanaman jagung ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim,
esensial, hama dan penyakit danvarietas tanaman yang akan ditanam. Salah satu
faktok iklim yang berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman adalah
cahaya. Cahaya merupakan hasil dari gabungan antara berbagai warna yang
ditimbulkan oleh sinar matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan cahaya.
Bagi tanaman cahaya sangat penting karena menyangkut berbagai hal dalam
melakukan fotosintesis yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan
hidupnya. Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh
tanaman tetapi proses pekembangan seperti perkecambahan, perpanjangan batang,
membukanya hipocotyl, perluasan daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan
daun, pembukaan bunga dan dormansi tunas (Fitter dan Hay, 1992).
Irigasi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman dengan membuat saluran-saluran irigasi sehingga
ketika air dibutuhkan oleh tanaman petani perlu mengalirkan air ke dalam petak
tanaman jagung tersebut. Hal ini tersebut merupakan salah satu manfaat
pengairan atau irigasi bagi tanaman dan petani. Untuk tanaman jagung panjang
akar hanya mencapai panjang 25 cm sehingga dalam mencari sumber air tanaman
jagung tidak dapat menjangkau air tanah yang dalam. Untuk irigasi tanaman
jagung lebih baik menggunakan irigasi bawah permukaan karena panjang akar
tanaman jagung tidak cukup untuk menjangkau air tanah yang dalam selain itu
irigasi ini hanya diperuntukkan bagi tanaman produksi (Al Omran et al, 2012).
Persayaratan
Budidaya Tanaman Jagung
·
Iklim
1. Iklim
yang kehendaki oleh sebagian besar tanaman adalah daerah-daerah beriklim sedang
hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah, jagung dapat tumbuh
didaerah yang terletak antara 0-5 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
2. Pada
lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal
sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian
biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam
diawal musim hujan, dan menjelang musimkemarau.
3. Pertumbuhan
tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan memberikan biji yang kurang
baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
4. Suhu
yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 dserajat C.
Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30
derajat C.
5. Saat
panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim
hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
·
Media Tanam
1. Jagung
tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh
optimum tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
2. Jenis
tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol, grumosol, tanah
berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung
dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk
tanah dengan tekstur lempung/liat berdebu adalah yang terbaik untuk
pertumbuhan.
3. Keasaman
tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman
tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 5,6-7,5.
4. Tanaman
jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
5. Tanah
dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena disana
kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras terlebih
dahulu.
·
Ketinggian Tempat
Jagung
dapat ditanam di Indonesia dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang
memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum
antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman
jagung.
4.1
Perkecambahan
Perkecambahan adalah munculnya
plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukan
bahwa perkecambahan jagung termasuk tipe perkecambahan hipogeal karena kotiledonnyaterletak di bawah
permukaan tanah.
Gambar 4.1 Tipe
Perkecambahan Hipogeal
Gambar diatas memperlihatkan
terjadinya pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga menyebabkna plumula
keluar dan menembus pada kulit bijinya yang nantinya akan muncul diatas
permukaan tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap beradadidalam tanah.
Persentase
Perkecambahan:
Daya
Kecambah (DB): Tanaman tumbuh
x 100%
Jumlah Seluruh Tanaman
Daya Kecambah (DB):
357 x 100%
416
Daya
Kecambah (DB): 86%
Jadi, daya kecambah tanaman jagung 86%
berarti pertumbuhan jagung bagus.
4.2
Gulma
Gulma merupakan suatu tumbuhan lain
yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya.
Tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok atau tanaman yang sengaja ditanam.
Gulma juga merupakan semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak
diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain
yang ada di dekatnya atau tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli gulma yang
lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu
atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan
kerugian. Di tingkat petani, kehilangan hasil jagung karena persaingan dengan
gulma mencapai 10-15%. Kerugian yang disebabkan oleh gulma dapat menurunkan
produksi tanaman(Moenandir, 1990). Berikut ini gulma-gulma yang muncul pada
saat praktikum:
·
Teki-Tekian(Cyperus rotundus)
Gambar 4.2Teki-Tekian (Cyperus rotundus)
Cyperacceae merupakan
gulma kelompok teki-tekian, memiliki ciri utama yaitu batangnya yang berbentuk
segitiga dan sebagian besar sistem perakarannya terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber). Selain itu, Cyperacceae memiliki
daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik. Hal ini dikarenakan umbi
batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan dan mampu mencapai
kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30
meter). Disamping itu, gulma ini juga memiliki jalur fotosintesis C4 yang
menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat.
Contoh dari kelompok Cyperacceae adalah
teki ladang (Cyperus
rotundus), udelan (Cyperus
kyllingia) dan Cyperus
killingia. Namun demikian, kelompok Cyperacceae selain
merugikan tanaman budidaya juga memiliki banyak manfaat.
Salah satu kelompok Cyperacceae yang
memiliki banyak manfaat yaitu Cyperus
rotundus. Cyperus
rotundus memiliki ciri-ciri yaitu
·
Rumput semu menahun dengan tinggi 10-95 cm,
·
Batang rumput berbentuk segitiga dan tajam,
·
Daunnya berjumlah 4-10 helai yang terkumpul
pada pangkal batang,
·
Akar dengan pelepah daunya tertutup tanah,
helaian daun berbentuk pita bersilang sejajar, permukaan atas berwarna hijau
mengilat dengan panjang daun 10-30cm dan lebar 3-6 cm,
·
Memiliki allelopati yang mampu membunuh
tumbuhan lainnya, dan
·
Memiliki umbi sebesar kelingking, bulat atau
lonjong, berkerut atau bertekuk, dan jika diraba agak berduri. Bagian luar umbi
berwarna cokelat dan bagian dalam umbi berwarna putih, berbau seperti
rempah-rempah, serta rasanya agak pahit (Sudarsono dkk, 1996).
·
Babadotan (Ageratum conyzoides)
Gambar 4.3 Babadotan
(Ageratum
conyzoides)
Tanaman
Babadotan yang merupakan salah satu Bioinsektisida yang terdapat di alam
Indonesia yang memiliki nama ilmiah Ageratum
conyzoides. Di beberapa daerah tanaman ini dikenal dengan nama jukut bau,
ki bau (Jawa Barat), dan Billygoat-weed (Inggris). Tanaman ini bisa hidup bebas di alam raya
tanpa terlalu banyak memerlukan
persyaratan hidup, dengan kata lain
tanaman ini dapat hidup pada tanah yang kering dan tanah yang basah dengan
suhu panas ataupun dingin ataupun di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Tanaman
Babadotan tergolong jenis tanaman herbal dengan ciri-ciri umum sebagai berikut
:
a. Tinggi tanaman maksimal 50 - 60 cm.
b. Daun bertangkai, letaknya saling
nerhadapan dan bersilang (composite). Helaian daun bulat telur dengan pangkal
membulat dan ujung runcing dengan tulang daun menyirip dan tepi daun bergerigi.
Panjang daun 1 - 10 cm,lebar 0,5 - 6 cm.
c. Memiliki bunga majemuk dengan ukuran
kecil yang tumbuh di ketiak batang dengan warna benang sari putih dan kepala
putik kuning. Panjang bonggol bunga 6 – 8 mm, dengan tangkai yang berambut.
d. Diameter batang tanaman 0,5 - 1,2
cm.
e. Berakar serabut.
f. Kebanyakan cabang tumbuh ke samping
atau pertumbuhan lebih condong mendatar (tidak menyilang).
g. Tumbuh di ketinggian 1 sampai 2100
meter dari permukaan laut. Dapat tumbuh di sawah-sawah, ladang, semak belukar,
halaman kebun, tepi jalan, tanggul, dan tepi sungai
4.3
Organisme Pengganggu Tanaman
4.3.1
Hama
·
Lalat Bibit (Atherigona exigua)
4.4 Akibat Hama Lalat Bibit
Lalat bibit (Atherigona
exigua), merupakan salah satu hama tanaman jagung yang sangat
merugikan jika keberadaannya tidak segera diantisipasi sejak dini. Pasalnya,
yang diserang adalah tanaman yang masih muda atau yang baru muncul di permukaan
tanah.
Gejala awal yang bisa dilihat saat
tanaman jagung diserang lalat bibit adalah berubahnya warna daun dari hijau
normal menjadi kekuning-kuningan. Kemudian, di sekitar batang jagung yang
terserang akan membusuk hingga akhirnya tanaman akan layu, kerdil, dan bahkan
mati.
Berdasarkan data yang pernah dirilis
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Tahun
2008, hama dari ordo Diptera itu hanya ditemukan di Pulau Jawa dan
Sumatera. Keberadaannya juga lebih banyak di musim penghujan, karena hama ini
menyukai lingkungan yang lembab. Selain itu, jika kondisi lingkungannya kering,
telurnya tidak akan menetas atau kalaupun menetas larvanya akan mati sebelum
memakan batang jagung.
Serangan awal lalat bibit itu sendiri
dimulai saat serangga dewasa (imago) betina yang memiliki panjang 2,5-4,5 mm meletakkan
telurnya secara tunggal di bawah permukaan daun atau pada batang jagung yang
ada di dekat permukaan tanah. Jumlahnya berkisar 7-22 butit, bahkan bisa juga
hingga 70 butir.
Telur berwarna putih yang memiliki
panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm itu akan menetas selang 33 jam atau maksimal
empat hari setelah diletakkan.
Setelah menetas, larvanya akan segera
melubangi batang jagung dan membuat semacam terowongan hingga ke dasar batang
atau titik tumbuh tanaman. Hal inilah yang akan membuat tanaman menjadi kuning
dan akhirnya mati. Kalaupun tanaman jagung tersebut mampu melakukan recovery,
pertumbuhannya akan kerdil dan tidak bisa optimal.
Larva yang panjangnya sekitar 9 mm itu
pada awalnya berwarna putih krem dan akan berubah menjadi kuning hingga kuning gelap.
Stadia larvanya sendiri berlangsung selama 6-18 hari dengan tiga instar atau
tiga tahap pertumbuhan larva.
Sementara pada fase pupa, hama ini
umumnya berada di pangkal batang atau di dekat permukaan tanah. Warna
pupariumnya coklat kemerahan hingga coklat dengan panjang sekitar 4,1 mm.
Lamanya stadia pupa hingga keluarnya imago berlangsung selama 12 hari. Imago
tersebut akan terbang setelah satu jam keluar dari puparium.Imago Atherigona
tersebut sangat aktif terbang dan sangat tertarik dengan kecambah atau tanaman
yang baru muncul di atas permukaan tanah. Lama hidupnya bervariasi, antara 5
hingga 23 hari, dan imago betina akan berumur dua kali lebih panjang
dibandingkan imago jantan.
Untuk pencegahannya bisa dilakukan
dengan menerapkan pola pergiliran tanaman selain jagung dan padi. Selain itu,
penggunaan varietas jagung yang memiliki ketahanan terhadap serangan hama ini
juga akan lebih memudahkan pencegahan dan pengendalian. Mengingat siklus hidup
lalat bibit hanya berlangsung selama 1-2 bulan di musim hujan, oleh karena itu,
menggeser waktu tanam dan melakukan penanaman serempak juga menjadi siasat lain
untuk mengatasi serangan hama tersebut.
Sedangkan secara hayati, penggunaan
parasit juga sangat membantu. Semisal penggunaan parasitoid Thricogramma
spp. yang bisa memarasit telur, atau Opius
sp. dan Tetrastichus sp. yang
mampu memarasit larva. Sedangkan Clubiona japonicolabisa
menjadi predator bagi imago lalat bibit.
Semantara untuk pengendalian secara
kimiawi bisa menggunakan insektisida yang diaplikasikan pada benih atau seed
treatmen sebelum tanam. Misalnya dengan mencampurkan insektisida Wingran 70WS
sebanyak 2-4 gram pada satu kilogram benih jagung sebelum ditanam.
·
Belalang (Locusta sp., dan Oxya
chinensis)
Gambar
4.5 Akibat Hama Belalang (Locust sp)
Belalang
yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Locusta sp., dan Oxya
chinensis. Seperti halnya ulat tanah, hama jenis ini menyerang tanaman
jagung saat masih muda, dengan cara memakan tunas jagung muda (baru tumbuh).
Hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran, dimana tingkat
kerusakannya tergantung dari jumlah populasi serta tipe tanaman yang diserang.
Gejala
Serangan: Hama ini menyerang terutama di bagian daun, daun terlihat rusak
karena serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak serta belalang
sedang dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan tanaman jagung
sekaligus sampai tulang-tulang daunnya.
Pengendalian
hama belalang pada budidaya jagung secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan
insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin
atau lamdasihalortrin.
4.3.2 Penyakit
a. Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)
Gambar
4.6 Hawar
Daun (Helmithosporium turcicum)
Awal
terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak kecil, berbentuk
oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik
(disebut hawar), warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15
cm, bercak muncul di mulai dari daun terbawah kemudian berkembang menuju daun
atas. Infeksi berat akibat serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan
tanaman jagung cepat mati atau mengering. Cendawan ini tidak menginfeksi
tongkol atau klobot jagung, cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium
dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman di lahan.
Penyebab:
Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum.
Pengendalian:
ü Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma,
Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
ü Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya
(Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun.
ü Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mankozeb
atau dithiocarbamate. Dosis/konentrasi sesuai petunjuk di kemasan
b. Penyakit Bulai (Peronosclerospora
maydis)
Gambar 4.7 Penyakit Bulai (Peronosclerospora
maydis)
Penyakit
bulai merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini menyerang tanaman
jagung khususnya varietas rentan hama penyakit serta saat umur tanaman jagung
masih muda (antara 1-2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil produksi akibat
penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%, terutama varietas rentan.
Gejala
khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun
dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan atas
maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung, sangat jelas di pagi hari.
Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan
tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta
terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan. Penyakit
bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya meluas ke
seluruh bagian tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala
sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua
daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur tanaman masih
muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah
tua masih dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil karena umumnya pertumbuhan
tanaman mengerdil.
Penyebab: Penyakit bulai di
Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan
Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan
Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera
Utara serta di Batu Malang Jawa Timur.
Pengendalian:
ü Menanam
varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14,
Bima 15, Lagaligo, atau Gumarang
ü Melakukan
periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
ü Penanaman
jagung secara serempak
ü Pemusnahan
seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman
terserang penyakit bulai
ü Penggunaan
fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan
aktif) per kg benih.
4.4
Pertumbuhan dan Panen Brangkas
Fase pertumbuhan jagung di
awali dengan Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari
kulit benih. Proses perkecambahan dimulai ketika terjadi penyerapan air oleh
benih melalui proses imbibisi. Proses ini menjadikan benih membengkak diikuti
oleh peningkatan aktivitas enzim serta respirasi. Awal perkecambahan, koleoriza
memanjang menembus pericarp kemudian radikula menembus koleoriza. Setelah
radikula muncul, empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang
bersamaan, plamula tertutup oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh
peanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil
berperan peting dalam pemunculan kecambah di permukaan tanah. Ketika ujung
koleoptil muncul keluar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan
plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah.
Umumnya kecambah jagung akan muncul di permukaan tanah
pada 4-5 hari setelah tanam. Pada kondisi yang dingin dan kering, pemunculan
kecambah dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau bahkan
lebih. .Fase selanjutnya berlangsung pada saat tanaman berumur 10-18 hari
setelah berkecambah. Pada fase ini, akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh,
akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh berada di bawah permukaan tanah.
Suhu tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman. Suhu rendah akan menghambat
keluarnya daun, meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan.
Pertumbuhan tanaman jagung dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal
sehingga menyebabkan pertumbuhan yang berbeda-beda. Berikut ini rata-rata pertumbuhan
tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur
2 minggu setelah tanam (MST).
Gambar 4.8 Rata-rata Tinggi Tanaman
Berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan pada minggu pertama belum tumbuh karena baru dilakukan
penanaman, pada 1 MST rata-rata tinggi tanaman 25 cm, pada 2 MST rata-rata
tinggi tanaman 38 cm, pada 3 MST rata tinggi tanaman 56, pada 4 MST rata-rata
tinggi tanaman 56, dan 5 MST tinggi tanaman rata-rata 68 cm. Berarti
pertumbuhan tanaman jagung dari minggu keminggu bertumbuh cepat karena memiliki
perbedaan yang cukup jauh.
Gambar 4.8 Rata-rata Jumlah Daun
Pada pengamatan jumlah daun,
umur 1 MST memiliki rata-rata jumlah daun sebesar, pada 2 MST memiliki
rata-rata 3, pada 3 MST memiliki rata-rata 5,pada 4 MST memiliki rata-rata 6,
pada 5 MST memiliki rata-rata 9. Berarti pertumbuhan jumlah daun dari minggu
keminggu tidak berbeda jauh.
Tanaman mempunyai waktu panen yang tidak sama, tergantung
jenis tanaman dan kebutuhannya. Kriteria panen tiap tanaman tidaklah sama.
Gambar
4.9 Berat Brangkasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada
parameter panen brangkasan dengan menimbang bagian akar dan bagian tajuk
menunjukan bahwa berat akar sebesar 9,3 gr sedangkan berat tajuk sebesar 53,6
gr. Berat akar dan berat tajuk dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun
faktor eksternal.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Jagung (Zea mays
L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung termasuk tipe
perkecambahan hypogeal dan memiliki daya kecambah 86%. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman :
Faktor internal, meliputi :
a. Genetik
Genetik adalah faktor pembawa sifat menurun yang
terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup baik manusia maupun tumbuhan.
b. Hormon ( zat tumbuh )
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
selanjutnya adalah Hormon yaitu senyawa organik (zat kimia) yang terdapat pada
makhluk hidup yang mempengaruhi reproduksi, metabolisme serta pertumbuhan dan
perkembangan.
Faktor eksternal, meliputi :
a. Nutrisi
Pada tumbuhan, nutrisi yang diperlukan berupa air dan
zat-zat hara yang terlarut didalamnya yang dirubah melalui proses fotosintesis
menjadi zat-zat makanan.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan yang akan sangat berperan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan adalah : suhu udara, cahaya, dan kelembaban.
DAFTAR PUSTAKA
http://hkti.org/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-jagung.html
Al Omran et al. 2012.
Management of Irrigation Water Salinity in Greenhouse Tomato
Production
under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal Of Agricultural
Science And Technology. Vol 14:939-950.
Fitter dan Hay. 1992.
Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kartasapoetra, Ance
Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.petanihebat.com/2013/01/teknik-budidaya-tanaman-jagung.html
jagung hibrida, jagung hibrida adalah, keunggulan jagung hibrida
BalasHapus