BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perspektif kebijaksanaan,
pemerintah daerah dituntut benar-benar mampu memanfaatkan secara maksimal
pengelolaan sumberdaya yang bersifat spesifik lokasi. Sebagai bahan dalam
perencanaan pembangunan di tingkat Propinsi/kabupaten diperlukan analisis
potensi wilayah baik dalam aspek biofisik maupun sosial ekonomi Dalam rangka
memanfaatkan potensi tersebut peran serta masyarakat secara partisipatif perlu
didorong dan dikembangkan. Dengan adanya dukungan data dan informasi yang
akurat seperti tersebut diatas diharapkan dua fokus kebijaksanaan pembangunan
pertanian yang ditempuh pemerintah dalam periode lima tahun ke depan yaitu
mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman bahan
pangan, kelembagaan dan budaya lokal; dan mengembangkan agribisnis yang
berorientasi global dengan membangun keunggulan kompetitif produk daerah
berdasarkan kompetensi dan keunggulan komparatif sumber daya alam dan sumber
daya manusia di daerah yang bersangkutan dapat tercapai.
Penentuan komoditas unggulan
nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang
berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komperatf dan kompetitif
dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
Menurunnya
kontribusi sektor pertanian terhadap struktur perekonomian nasional tidak
terlepas dari adanya beberapa titik lemah dalam kebijakan dan implementasi yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi (termasuk pertanian). Pemerintah telah
melakukan berbagai pendekatan pembangunan sektor pertanian seperti pembangunan
pertanian terpadu, pembangunan pertanian berwawasan lingkungan, dan pembangunan
pertanian berwawasan agroindustri, namun upaya tersebut sampai saat ini belum
menghasilkan pencapaian yang menggembirakan. Menempatkan pembangunan pertanian
sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi nasional (agricultural-led
development) dengan segala tantangan yang harus dihadap,i baik yang sifatnya
internal maupun eksterna, diharapkan mampu
memecahkan persoalan ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi dengan perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan devisa, pemerataan, percepatan
pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan pangan dan pelestarian
lingkungan hidup. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang mempengaruhi
corak berpikir petani, konsumen dan pelaku pembangunan pertanian yang lain,
maka konsep klasik Mosher perlu disesuaikan, termasuk didalamnya reorientasi
peran pemerintah.
Pembangunan
Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian
untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan
produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill
untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Oleh A. T. Mosher di dalam bukunya Getting
Agriculture Moving, bahwa pembangunan pertanian adalah suatu bagian
integral dari pada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Secara luas
pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi
pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik
nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang
lebih baik. Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan dan
bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan
yang dapat dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan
pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.
1.2
Rumusan Masalah
·
Bagaimana pengaruh pohon aren terhadap
pembangunan wilayah pertanian di Indonesia ?
·
Apa kegunaan pohon aren sehingga bisa
berpengaruh terhadap pembanguna wilayah pertanian ?
·
Bagaimana kondisi pohon aren sekarang
sehingga bisa membantu pembangunan wilayah pertanian di Indonesia ?
1.3
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini agar pembaca mengetahui bahwa tanaman aren merupakan
tanaman yang sangat berguna sehingga bisa membantu dalam pembangun wilayah
pertanian yang ada di Indonesia. Karena, produk yang dihasilkan oleh pohon aren
sangat menjanjikan di pasaran.
BAB
II
2.1 Pohon Aren
Aren alias enau (Arenga pinnata) merupakan tanaman asli
Indonesia yang penyebarannya mulai dari pantai barat India, Cina bagian selatan
sampai ke kepulauan Guam di lautan Pasifik. Dia mampu tumbuh di kawasan dengan
ketinggian mulai dari 0 m sd. 1.400 m. dpl. Ada lima produk utama yang dihasilkan
tanaman aren. Pertama, bunga jantannya yang disadap akan menghasilkan nira
untuk bahan gula merah (palm sugar, brown sugar). Dulu nira aren juga dibuat
tuak dan saguer, minuman beralkohol. Di Manado, tuak yang disuling
(didestilasi) akan menghasilkan “cap tikus” minuman yang lebih keras dari tuak.
Kedua, buah mudanya (kolang-kaling), adalah menu istimewa untuk kolak saat
berbuka puasa.
Kolang-kaling juga
biasa digunakan untuk minuman “ronde” serta manisan. Karena langkanya
kolang-kaling, pada bulan puasa produk ini sering dipalsukan dengan nata de
coco yang dicetak (dibentuk) mirip dengan kolang-kaling. Ketiga, ijuknya
merupakan bahan tali, atap rumah serta filter resapan air pada bangunan modern.
Kelebihan ijuk sebagai filter adalah tidak bisa lapuk. Keempat, batang aren
(bagian luarnya) merupakan kayu keras (ruyung) yang juga tahan lapuk.
Karenanya, ruyung lazim digunakan sebagai jembatan. Kerangka jembatan biasanya
kayu johar (Cassia siamea) yang juga tahan lapuk, lalu ditutup dengan bilah-bilah
ruyung. Kayu aren juga sangat populer sebagai tangkai cangkul (joran) dan alu
(penumbuk padi dan hasil pertanian lainnya). Kelima, aren juga menghasilkan
tepung “sagu” dari empelur batang menjelang tanaman berbunga. Dan justru produk
inilah yang menjadi penyebab terkikisnya tanaman aren. Sebab sebelum tanaman
menghasilkan biji untuk perkembangbiakan, sudah terlebih dahulu ditebang.
Perkembangan kebutuhan
energi dunia yang semakin meningkat dan
keterbatasan energi fosil menyebabkan
perhatian saat ini ditujukan untuk
mencari sumber-sumber energi terbarukan
seperti bioetanol yang berasal dari bahan baku nabati. Pengembangan bioetanol ini sudah
sesuai dengan Peraturan Presiden
No.5/2006 tentang kebijakan energi
nasional yang menetapkan 5 % konsumsi
berasal dari bahan bakar nabati. Bioetanol merupakan bahan baku alternatif yang cenderung murah
bila dibandingkan dengan bensin tanpa
subsidi. Saat ini, selain ubi kayu dan
gula tebu, bahan baku potensial untuk
dijadikan etanol antara lain nira dari
tanaman aren. Apabila program substitusi
BBM menggunakan bioetanol mulai diimplementasikan maka secara langsung akan mendorong peningkatan bioetanol yang berasal dari
tanaman aren. Untuk menggerakkan usaha
pengembangan tanaman ini diperlukan
investasi yang sangat besar sehingga
perlu suatu tindakan dalam bentuk
implikasi kebijakan dari pihak-pihak
yang terkait berupa peraturan-peraturan atau keputusan ditingkat nasional.
Dengan pertumbuhan
luas areal sebesar 2% setiap tahun, maka
untuk mendukung ketersediaan etanol
diperlukan bahan tanaman selama lima
tahun dengan benih aren sebanyak 1,2
juta benih. Tim Nasional Pengembangan
BBN (2007) dalam road map pengembangan
biofuelnya menetapkan bahwa pada tahun
2011 – 2015 pemanfaatan bioetanol 10 %
akan mengurangi penggunaan premium
sebanyak 2,78 juta kilo liter. Angka ini
menunjukkan kebutuhan etanol selama lima
tahun adalah cukup besar, meskipun sumber bahan baku etanol tidak hanya
dari aren. Pada prinsipnya, pengembangan tanaman aren di negara kita itu sangat
prospektif. Disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas
produk-produk yang berasal dari tanaman aren, dapat juga meningkatkan
pendapatan petani dari usahatani tanaman aren, dan dapat pula untuk
melestarikan sumberdaya alam serta lingkungan hidup.
Di Indonesia tanaman
aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya
subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah yang
mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tetap
dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.
2.2
Morfologi Pohon Aren
Aren termasuk suku
Aracaceae (pinang-pinangan). Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi
dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm.Tanaman ini
hamper mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang
pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini
sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah
tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon
aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat
mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7
cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Mengenal Pohon Aren
Masyarakat
pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yanh dapat
menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Hampir semua bagian atau
produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi,
tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan
secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak.
Selama ini pemenuhan
akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren,
masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak
ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar
( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan), Ijuk (untuk
kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda untuk pembungkus dan merokok).
Demikian pula hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan
sebagai bahan makanan dan minuman.
Permintaan
produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan
dengan perkembangan pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau
pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa
datang.Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok
aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree, Arenge
westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut
yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piñata, yang dikenal sehari-hari
dengan nama aren atau enau.
Usaha pengembangan atau
pembudidayaan tanaman aren di Indonesia sangat memungkinkan. Disamping masih
luasnya lahan-lahan tidak produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di
dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus
meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut
melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup.
3.2
Penyebaran dan Syarat Tumbuh
Wilayah penyebaran aren
terletak antara garis lintang 20º LU - 11ºLS
yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Malaysia,
Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan berbagai pulau disekitar
pasifik. (Burkil, 1935); Miller, 1964; Pratiwi (1989).
Di Indonesia tanaman
aren banyak terdapat dan tersebar hamper diseluruh wilayah Nusantara, khususnya
di daerah perbukitan dan lembah.
Tanaman aren sesungguhnya tidak
membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat
tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar
asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun
yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas
permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim
sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.
a. Nama-nama
Daerah
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak
nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba),
agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda),
hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon,
Maluku).
3.3
Kegunaan Pohon Aren
Pohon aren dapat
dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang
menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.
a. Fungsi
Konservasi
Pohon aren dengan
perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah
terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang
yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya
air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat
tumbuh baik pada tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon p[encegah erosi
longsor.
b. Fungsi
Produksi
Fungsi produksi dari
pohon aren dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Di
Jawa akar aren digunakan untuk berbagai Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen,
1913 dalam Burkil 1935). Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan
sebagai obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.
Batang yang keras
digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang
digunakan sebagai bahan bangunan. Batang
bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang dipakai
sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem
(Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut) yang rasanya
manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil, 1935).
Daun muda, tulang daun
dan pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi
dan tutup botol sebagai pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan
menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah
menjadi gula aren atau tuak (Steenis et.al., 1975). Buahnya dapat diolah
menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk
campuran es. Kolak atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.
3.4
Peluang Industri Aren
Industri adalah suatu
sistem yang memproses bahan baku menjadi suatu produk sehingga memiliki nilai
tambah. Industri Aren berarti suatu sistem yang memproses bahan baku dari pohon
Aren menjadi suatu atau berbagai produk yang bernilai tambah. Bahan baku yang
berasal dari pohon Aren antara lain adalah : nira, buah kolang kaling, ijuk,
lidi, daun, tepung, kayu batang, akar dan lain-lain.
Sedangkan produk yang
bernilai tambah yang selama ini sudah dihasilkan dari sistem industri aren
antara lain : gula aren cetak, gula semut aren, gula kristal putih aren, gula
aren cair, gula lempeng, gula batu aren, saguer, tuak, legen, cap tikus,
bioethanol, anggur aren (palm wine), ijuk, sapu, sikat, tali ijuk, fiber sheet,
atap ijuk, kolang-kaling, sapu lidi, tusuk sate lidi aren, tepung aren, mutiara
sagu aren, aneka kerajinan kayu aren, serutan kulit aren, kerajinan akar aren,
dll.
Sistem atau rangkaian
yang mempersiapkan dan pemproses sehingga menghasilkan bahan baku yang kemudian
ditingkatkan nilai tambahnya dengan teknologi, sarana prasarana, input dari
luar sistem, dengan sumber daya manusia dan pola manajemen dan permodalan
kapital, modal social, modal alamiah, dan sterusnya, sehingga menghasilkan
produk akhir (out put) yang bernilai tambah sesuai yang diharapkan.
Industri Aren akan bangkit karena
beberapa hal sebagai berikut :
·
Produk-produk dari Aren sangat
dibutuhkan oleh pasar dunia.
·
Produk-produk dari Aren memiliki nilai
komparatif, karena mempunyai kekhasan yang sulit didapat dari yang lainnya.
·
Produktifitas Aren yang tinggi bisa
menjadi plihan investasi yang sangat menguntungkan.
·
Dengan sentuhan teknologi yang relatif
sederhana sudah memberikan nilai tambah yang sangat menjanjikan.
·
Di beberapa daerah Aren memberikan bukti
yang dapat diandalkan oleh para pelakunya.
·
Ada peluang yang semakin besar karena
trend dunia yang mengarah pada komoditi yang bisa mendukung kelestarian sumber
daya alam serta ramah lingkungan.
·
Bisa dikembangkan pada lahan-lahan
dengan kondisi iklim yang luas adaptasinya.
·
Penyerapan tenaga kerja yang besar,
menjadikan komoditi Aren menjadi pilihan bagi penciptaan lapangan pekerjaan
baru dan mengurangi angka pengangguran di berbagai daerah.
Pengembangannya bisa
disinergikan dengan berbagai komoditi yang saling mendukung.
3.5 Penanaman Aren
a. Pengumpulan
dan Pemilihan Biji.
Tanaman aren dapat diperbanyak
secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini
akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan
mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.
Langkah yang perlu dilakukan dalam
pengumpulan dan pemilihan biji adalah
sebagai berikut :
·
Pengumpulan buah aren yang memenuhi
persyaratan.
·
Berasal dari pohon aren yang
pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.
·
Buah aren masak benar (warna kuning
kecoklatan dan daging buah lunak).
·
Buah berukuran besar (diameter minimal 4
cm)
·
Kulit buah halus (tidak diserang
penyaklit).
·
Keluarkan biji aren buah yang telah
dikumpulkan dengan membelahnya.
·
Memilih biji-bijian aren yang memenuhi
syarat :
·
Ukuran biji relative besar
·
Berwarna hitam kecoklat0coklatan
·
Permukaan halus (tidak keriput)
·
Biji dalam keadaan sehat/tidak
berpenyakit.
Yang perlu diperhatikan
dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang
apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karen itu
perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara :
• Memakai
sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya.
•
Hindari agar tangan kita tidak menyentuh
bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
Cara lain untuk
mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita sedanga mengeluarkan bijinya
dari buah yaitu dengan memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua
sampai membusuk. Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren de dalam
kotak kayu dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10
hari, buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
b. Pembibitan
Pengadaan bibit dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil
persemaian biji.
· Pengadaan
bibit dari permudaan alam/anakan liar.
Proses pembibitan secara alami dibantu
oleh binatang yaitu musang. Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan
bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit
tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut
secara putaran (bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat langsung
segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan memasukan
anakan dke dalam kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu.
· Pengadaan
bibit melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah
yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan
persemaian.
Proses penyemaian biji aren berlangsung
agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum
disemai yaitu :
- Merendam
biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
- Meredam
biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
- Mengikir
biji pada bagian dekat embrio.
Media penyemaian dapat
dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir
dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran
drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong
plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan
lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
Untuk mencapai bibit
siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15
bulan.
Pemeliharaan bibit di
persemaian dilakukan dengan cara :
• Penyiraman
2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
• Penyiangan
persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu.
• Pemberantasan
hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
c. Penanaman
Teknik penanaman aren
dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim
agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan
pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan
tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang
tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x
5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi
tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah lubang tanaman disiapkan,
baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan
atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini
dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua
tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman
palawija
d. Pemeliharaan
Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan
baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren
meliputi :
· Pengendalian
Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren belum
terlalu banyak di ketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat didekat
dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain
seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae antara
lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus
ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah
pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama
dapat dilakukan dengan cara :
- Mekanis,
yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar.
- Kimiawi,
yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram,
Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang
sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun
yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan
penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX
200.
· Penanggulangan
tanaman pengganggu (gulma)
Tanaman pengganggu
(gulma) pada tanaman aren sangat mengganggu pertumbuhannya. Oleh karena itu,
pengendalian gulma harus dilakukan.
Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya
terdapat di dua tempat yaitu pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan
pada tanah di sekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai
tanamanberumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis
yaitu dengan menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.
e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan
untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan
pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk
kandang dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah
digemburkan tanahnya.
3.6 Pemungutan
Hasil
a. Jenis
Hasil
Seperti telah diuraikan
di muka, hamper semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan atau
menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi.
Jenis produk yang dihasilkan dari pohon
aren yaitu sebagai berikut :
· Ijuk
sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah tangga.
· Nira
sebagai bahan baku gula merah, tuak, dan cuka.
· Kolang-kaling
yang dihasilkan dari buah pohon aren.
· Tepung
aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, dawet (cendol).
· Batang
pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga.
b. Pengambilan
Hasil
· Ijuk
Ijuk dihasilkan dari
pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol
bunganya keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula,
pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat
dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang
bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang
dari tempat ijuk itumenempel.
Lempenganlempengan anyaman ijuk yang
baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk
dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk
membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar,
digunakan sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk
membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.
· Nira
Nira aren dihasilkan
dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina.
Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan
kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira
hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan
persiapan penyadapan yaitu :
- Memilih
bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah
banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren,
permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
- Pembersihan
tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat
memperlancar keluarnya nira.
Pemukulan dan
pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang dua hari
pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali.Untuk
mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun
tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menorah (dilukai)
tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira
maka bunga jantan sudah siap disadap.
Penyadapan dilakukan
dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada
potongan tongkol dipasang bumbung bamboo sebagai penampung nira yang
keluar.Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore.
Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan potongan
dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar
dengan lancer.
Setiap tongkol (tandan)
bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3-4 bulan sampai tandan
mongering. Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan
minuman segar.
Harga nira untuk daerah
Sulut Rp 2.000 untuk tiap liter. Di mana, satu pohon bisa menghasilkan paling
tidak 10 liter per hari. Bila rata-rata 1 hektar ada 150 pohon maka pendapat
sehari saja mencapai 150x10x2.000 = Rp. 3.000.000. Kalau sebulan bisa
mengumpulkan Rp 90 juta.
Begitu pula kalau diolah
menjadi gula Aren yang dicetak secara tradisional yang dicetak dalam bentuk
separuh batok kelapa, kotak, silinder, atau lempeng. Rata-rata tiap 5 liter
nira bisa menghasilkan 1 kg gula merah. Kalau satu pohon ada 10 liter berarti
bisa menciptakan 2 kg. Di mana, satu hektar ada 150 pohon maka terkumpul 300 kg
tiap harinya. Dengan harga gula merah sekitar Rp 15.000 (untuk grade A) maka
didapat hasil Rp 4,5 juta tiap hari dari satu hektar. Harga ekspor gula aren itu
bisa naik lagi menjadi Rp 50.000/kg dari di tingkat konsumen misalnya di Belanda seharga Rp 90.000/kg. Nira Aren
juga bisa diolah menjadi bioetanol. Lalu, Serabut-serabut pada tubuh pohonnya
juga bernilai ekonomis. Rambut-rambut hitam yang dinamakan ijuk ini bisa dibuat
menjadi alat pembersih (sapu, sikat), tali, peredam suara studio, bantalan
lapangan bola, pembungkus kabel bawah laut, tempat memijah ikan, dan kerajinan
tangan yang beraneka.
· Tepung
aren
Tepung aren dapat
dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut
:
a) Memiliki
batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya dengan cara :
· Umur
pohon relative muda (15 – 25 tahun)
· Menancapkan
kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 – 12 cm pada dari ketinggian 1,5 m
dari permukaan tanah.
· Periksa
ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat tepung/pati yang menempel.
· Apabila
terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.
· Potong
batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.
· Belah
dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.
· Empelur
diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih (diekstraksi).
· Hasil
ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan pemisahan air dengan
endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih dan diendapkan lagi,
sampai menghasilkan endapan yang bersih
· Hasil
endapan dijemur sampai kering.
Tepung aren dapat
dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie, soun, cendol, dan campuran bahan
perekat kayu lapis.
· Kolang
Kaling
Kolang kaling dapat
diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah masak. Tiap buah aren
mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya
tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji (endosperm) berwarna putih agak
bening dan lembek, endosperm inilah yang diolah menjadi kolang-kaling. Harga
kolang kaling Rp. 5000/kg, di bulan puasa harga nya bisa lebih mahal dari
sebelumnya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr)
adalah tanaman perkebunan yang sangat potensial dalam hal mengatasi
kekurangan pangan dan mudah beradaptasi baik pada berbagai
agroklimat, mulai dari dataran rendah sehingga 1400 m di atas permukaan
laut. Pengusahaan tanaman aren sebagian besar diusahakan oleh
petani dan belum diusahakan dalam skala besar, karena pengelolaan
tanaman belum menerapkan teknik budidaya yang baik menyebabkan
produktivitas pertanaman rendah. Saat ini produk utama tanaman aren
adalah nira hasil penyadapan dari bunga jantan yang dijadikan gula
aren maupun minuman ringan, cuka dan alkohol.
Selain dari nira, buah dan ijuk dari pohon aren
tersebut ternyata tulang daun aren juga menghasilkan lidi kasar yang bisa
digunakan untuk sapu, keranjang serta berbagai keperluan. Daun mudanya (kaung),
sampai sekarang masih dimanfaatkan sebagai penggulung rokok di Jawa Barat.
Hanya saja, penebangan dilakukan sangat selektif untuk tujuan penjarangan.
Karenanya, populasi tanaman di alam tetap banyak, hingga terjadi keseimbangan antara
tanaman yang ditebang serta mati tua, dengan tanaman muda yang tumbuh secara
alami. Penyusutan populasi tanaman aren di alam, sebenarnya juga disebabkan
oleh pemanfaatan biji kolang-kaling. Karena nilai ekonomisnya tinggi, maka satu
tandan buah aren akan dipotong semua untuk diambil kolang-kalingnya.
Pengambilan kolang-kaling dilakukan pada saat buah aren masih sangat muda.
Seperti halnya pada pengambilan kelapa maupun siwalan (lontar) muda. Akibatnya
tidak akan pernah ada buah yang menjadi tua untuk regenerasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusumanto,
Dian. 2008. Aren Indonesia. https://.wordpress.com. Diakses pada 21 Juni 2016
Afri A.S.,
1993. Kelapa. (Kajian
Sosial-Ekonomi). Aditya Media, Yogyakarta.
Alam, S.
dan Suhartati, 2000.
Pengusahaan hutan aren
rakyat di Desa Umpunge
Kecamatan Lalabata Kabupaten
Soppeng Sulawesi Selatan. Buletin
Penelitian Kehutanan Vol.6
No.2 2000 : 59-70. Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang.
Antaatmadja,
S., 1989. Aspek sosial ekonomi tanaman aren. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan Vol. 6
No. 1 1989
: 63 –
69 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Barlina,
R. dan A.Lay, 1994. Pengolahan nira
kelapa untuk produk fermentasi nata de
coco, alkohol dan
asam cuka. Jurnal Penelitian Kelapa
Vol.7 No.2 Thn.1994.
Balai Penelitian Kelapa, Manado.
Hadi, S.
1991. Distribution and
potential of arenga
palm in the outer
islands of Indonesia. Pengumuman
(Edisi khusus) No.15 Thn.1991:
3-8. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan,
Bogor.
Heyne, K.,
1950. Tumbuhan Berguna
Indonesia. Jilid I. Terjemahan oleh Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta. 615 p.
Ismanto,
A. et al. 1995. Pohon Kehidupan : Aren
(Arenga pinnata Merr.). Badan Pengelola
Gedung Manggala Wanabakti
dan Prosea Indonesia, Jakarta. Hal.7-13.
Lahiya, A.A.,
1983. Beberapa Tanaman
Yang Berguna Untuk Tanah-Tanah Yang Kesuburannya Terbatas
( Jilid II Bagian Pertama : Tanaman
Aren dan Proses
Menghasilkan Gula Aren di
Daerah Palembang. Terjemahan
dari buku asli dengan
judul : Onderzoekingen Betreffende
Het Winnen Van Arensuiker
In De Residensi
Palembang En Ranau oleh A.E. Zeilinga ). Seri Himpunan
Peninggalan Penulisan yang Berserakan, Bandung.
Lempang, M.,
1996. Jenis-jenis kayu
untuk pembangunan kapal kayu
tradisional propinsi Sulawesi
Selatan. Buletin Penelitian Kehutanan
No.2 tahun 1996
hal.56-76. Balai Penelitian Kehutanan,
Ujung Pandang.
Lempang, M.,
2000. Rendemen produksi
gula aren (Arenga pinnata Merr.).
Buletin Penelitian Kehutanan
Vol.6 No.1 Tahun 2000
hal. 17-28. Balai
Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar