Kamis, 16 Juni 2016

Pengaruh tanaman aren terhadap pembangunan wilayah pertanian

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam perspektif kebijaksanaan, pemerintah daerah dituntut benar-benar mampu memanfaatkan secara maksimal pengelolaan sumberdaya yang bersifat spesifik lokasi. Sebagai bahan dalam perencanaan pembangunan di tingkat Propinsi/kabupaten diperlukan analisis potensi wilayah baik dalam aspek biofisik maupun sosial ekonomi Dalam rangka memanfaatkan potensi tersebut peran serta masyarakat secara partisipatif perlu didorong dan dikembangkan. Dengan adanya dukungan data dan informasi yang akurat seperti tersebut diatas diharapkan dua fokus kebijaksanaan pembangunan pertanian yang ditempuh pemerintah dalam periode lima tahun ke depan yaitu mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal; dan mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan membangun keunggulan kompetitif produk daerah berdasarkan kompetensi dan keunggulan komparatif sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah yang bersangkutan dapat tercapai.
 Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komperatf dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
            Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap struktur perekonomian nasional tidak terlepas dari adanya beberapa titik lemah dalam kebijakan dan implementasi yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi (termasuk pertanian). Pemerintah telah melakukan berbagai pendekatan pembangunan sektor pertanian seperti pembangunan pertanian terpadu, pembangunan pertanian berwawasan lingkungan, dan pembangunan pertanian berwawasan agroindustri, namun upaya tersebut sampai saat ini belum menghasilkan pencapaian yang menggembirakan. Menempatkan pembangunan pertanian sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi nasional (agricultural-led development) dengan segala tantangan yang harus dihadap,i baik yang sifatnya internal maupun eksterna, diharapkan mampu memecahkan persoalan ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi dengan perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan devisa, pemerataan, percepatan pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang mempengaruhi corak berpikir petani, konsumen dan pelaku pembangunan pertanian yang lain, maka konsep klasik Mosher perlu disesuaikan, termasuk didalamnya reorientasi peran pemerintah.

            Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Oleh A. T. Mosher di dalam bukunya Getting Agriculture Moving, bahwa pembangunan pertanian adalah suatu bagian integral dari pada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Secara luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan dan bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
·         Bagaimana pengaruh pohon aren terhadap pembangunan wilayah pertanian di Indonesia ?
·         Apa kegunaan pohon aren sehingga bisa berpengaruh terhadap pembanguna wilayah pertanian ?
·         Bagaimana kondisi pohon aren sekarang sehingga bisa membantu pembangunan wilayah pertanian di Indonesia ?


1.3 Tujuan
            Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca mengetahui bahwa tanaman aren merupakan tanaman yang sangat berguna sehingga bisa membantu dalam pembangun wilayah pertanian yang ada di Indonesia. Karena, produk yang dihasilkan oleh pohon aren sangat menjanjikan di pasaran.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pohon Aren
Aren alias enau (Arenga pinnata) merupakan tanaman asli Indonesia yang penyebarannya mulai dari pantai barat India, Cina bagian selatan sampai ke kepulauan Guam di lautan Pasifik. Dia mampu tumbuh di kawasan dengan ketinggian mulai dari 0 m sd. 1.400 m. dpl. Ada lima produk utama yang dihasilkan tanaman aren. Pertama, bunga jantannya yang disadap akan menghasilkan nira untuk bahan gula merah (palm sugar, brown sugar). Dulu nira aren juga dibuat tuak dan saguer, minuman beralkohol. Di Manado, tuak yang disuling (didestilasi) akan menghasilkan “cap tikus” minuman yang lebih keras dari tuak. Kedua, buah mudanya (kolang-kaling), adalah menu istimewa untuk kolak saat berbuka puasa.
Kolang-kaling juga biasa digunakan untuk minuman “ronde” serta manisan. Karena langkanya kolang-kaling, pada bulan puasa produk ini sering dipalsukan dengan nata de coco yang dicetak (dibentuk) mirip dengan kolang-kaling. Ketiga, ijuknya merupakan bahan tali, atap rumah serta filter resapan air pada bangunan modern. Kelebihan ijuk sebagai filter adalah tidak bisa lapuk. Keempat, batang aren (bagian luarnya) merupakan kayu keras (ruyung) yang juga tahan lapuk. Karenanya, ruyung lazim digunakan sebagai jembatan. Kerangka jembatan biasanya kayu johar (Cassia siamea) yang juga tahan lapuk, lalu ditutup dengan bilah-bilah ruyung. Kayu aren juga sangat populer sebagai tangkai cangkul (joran) dan alu (penumbuk padi dan hasil pertanian lainnya). Kelima, aren juga menghasilkan tepung “sagu” dari empelur batang menjelang tanaman berbunga. Dan justru produk inilah yang menjadi penyebab terkikisnya tanaman aren. Sebab sebelum tanaman menghasilkan biji untuk perkembangbiakan, sudah terlebih dahulu ditebang.
Perkembangan kebutuhan energi dunia  yang semakin meningkat dan keterbatasan energi  fosil menyebabkan perhatian saat ini ditujukan  untuk mencari sumber-sumber energi terbarukan  seperti bioetanol yang berasal dari bahan baku  nabati. Pengembangan bioetanol ini sudah sesuai  dengan Peraturan Presiden No.5/2006 tentang  kebijakan energi nasional yang menetapkan 5 %  konsumsi berasal dari bahan bakar nabati. Bioetanol merupakan bahan  baku alternatif yang cenderung murah bila  dibandingkan dengan bensin tanpa subsidi. Saat  ini, selain ubi kayu dan gula tebu, bahan baku  potensial untuk dijadikan etanol antara lain nira  dari tanaman aren. Apabila program substitusi  BBM menggunakan bioetanol mulai diimplementasikan  maka secara langsung akan mendorong  peningkatan bioetanol yang berasal dari tanaman  aren. Untuk menggerakkan usaha pengembangan  tanaman ini diperlukan investasi yang sangat  besar sehingga perlu suatu tindakan dalam  bentuk implikasi kebijakan dari pihak-pihak  yang terkait berupa peraturan-peraturan atau  keputusan ditingkat nasional.
Dengan pertumbuhan luas  areal sebesar 2% setiap tahun, maka untuk  mendukung ketersediaan etanol diperlukan  bahan tanaman selama lima tahun dengan benih  aren sebanyak 1,2 juta benih. Tim Nasional  Pengembangan BBN (2007) dalam road map  pengembangan biofuelnya menetapkan bahwa  pada tahun 2011 – 2015 pemanfaatan bioetanol 10  % akan mengurangi penggunaan premium  sebanyak 2,78 juta kilo liter. Angka ini  menunjukkan kebutuhan etanol selama lima  tahun adalah cukup besar, meskipun sumber bahan baku etanol tidak hanya dari aren. Pada prinsipnya, pengembangan tanaman aren di negara kita itu sangat prospektif. Disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, dapat juga meningkatkan pendapatan petani dari usahatani tanaman aren, dan dapat pula untuk melestarikan sumberdaya alam serta lingkungan hidup.
Di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.
2.2 Morfologi Pohon Aren
Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm.Tanaman ini hamper mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.

  
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mengenal Pohon Aren
            Masyarakat pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yanh dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak.
Selama ini pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren, masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan), Ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda untuk pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa datang.Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree, Arenge westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piñata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.
Usaha pengembangan atau pembudidayaan tanaman aren di Indonesia sangat memungkinkan. Disamping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup.
  
3.2 Penyebaran dan Syarat Tumbuh
Wilayah penyebaran aren terletak antara garis lintang  20º LU - 11ºLS yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan berbagai pulau disekitar pasifik. (Burkil, 1935); Miller, 1964; Pratiwi (1989).
Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hamper diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah perbukitan dan lembah.
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir,  tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian  9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.
a.    Nama-nama Daerah
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku).

3.3 Kegunaan Pohon Aren
Pohon aren dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.
a.    Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat tumbuh baik pada tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon p[encegah erosi longsor.
b.    Fungsi Produksi
Fungsi produksi dari pohon aren dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Di Jawa akar aren digunakan untuk berbagai Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen, 1913 dalam Burkil 1935). Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.
Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai  bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem (Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut) yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil, 1935).
Daun muda, tulang daun dan pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi gula aren atau tuak (Steenis et.al., 1975). Buahnya dapat diolah menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk campuran es. Kolak atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.

3.4 Peluang Industri Aren
Industri adalah suatu sistem yang memproses bahan baku menjadi suatu produk sehingga memiliki nilai tambah. Industri Aren berarti suatu sistem yang memproses bahan baku dari pohon Aren menjadi suatu atau berbagai produk yang bernilai tambah. Bahan baku yang berasal dari pohon Aren antara lain adalah : nira, buah kolang kaling, ijuk, lidi, daun, tepung, kayu batang, akar dan lain-lain.
Sedangkan produk yang bernilai tambah yang selama ini sudah dihasilkan dari sistem industri aren antara lain : gula aren cetak, gula semut aren, gula kristal putih aren, gula aren cair, gula lempeng, gula batu aren, saguer, tuak, legen, cap tikus, bioethanol, anggur aren (palm wine), ijuk, sapu, sikat, tali ijuk, fiber sheet, atap ijuk, kolang-kaling, sapu lidi, tusuk sate lidi aren, tepung aren, mutiara sagu aren, aneka kerajinan kayu aren, serutan kulit aren, kerajinan akar aren, dll.
Sistem atau rangkaian yang mempersiapkan dan pemproses sehingga menghasilkan bahan baku yang kemudian ditingkatkan nilai tambahnya dengan teknologi, sarana prasarana, input dari luar sistem, dengan sumber daya manusia dan pola manajemen dan permodalan kapital, modal social, modal alamiah, dan sterusnya, sehingga menghasilkan produk akhir (out put) yang bernilai tambah sesuai yang diharapkan.
Industri Aren akan bangkit karena beberapa hal sebagai berikut :
·         Produk-produk dari Aren sangat dibutuhkan oleh pasar dunia.
·         Produk-produk dari Aren memiliki nilai komparatif, karena mempunyai kekhasan yang sulit didapat dari yang lainnya.
·         Produktifitas Aren yang tinggi bisa menjadi plihan investasi yang sangat menguntungkan.
·         Dengan sentuhan teknologi yang relatif sederhana sudah memberikan nilai tambah yang sangat menjanjikan.
·         Di beberapa daerah Aren memberikan bukti yang dapat diandalkan oleh para pelakunya.
·         Ada peluang yang semakin besar karena trend dunia yang mengarah pada komoditi yang bisa mendukung kelestarian sumber daya alam serta ramah lingkungan.
·         Bisa dikembangkan pada lahan-lahan dengan kondisi iklim yang luas adaptasinya.
·         Penyerapan tenaga kerja yang besar, menjadikan komoditi Aren menjadi pilihan bagi penciptaan lapangan pekerjaan baru dan mengurangi angka pengangguran di berbagai daerah.
Pengembangannya bisa disinergikan dengan berbagai komoditi yang saling mendukung.

3.5  Penanaman Aren
a.    Pengumpulan dan Pemilihan  Biji.
Tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini  akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.
Langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan  biji adalah sebagai berikut :
·         Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.
·         Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.
·         Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak).
·         Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)
·         Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit).
·         Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.
·         Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat :
·         Ukuran biji relative besar
·         Berwarna hitam kecoklat0coklatan
·         Permukaan halus (tidak keriput)
·         Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.
Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karen itu perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara :
•     Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya.
         Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita sedanga mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk. Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren de dalam kotak kayu dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
b.    Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji.
·      Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.
Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang. Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya  dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan dke dalam kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu.
·      Pengadaan bibit melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian.
Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai yaitu :
-       Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
-       Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
-       Mengikir biji pada bagian dekat embrio.
Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan cara :
       Penyiraman 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
       Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu.
       Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
c.    Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar  3 – 5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija
d.   Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi :
·      Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara :
-       Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar.
-       Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.
·      Penanggulangan tanaman pengganggu (gulma)
Tanaman pengganggu (gulma) pada tanaman aren sangat mengganggu pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan.
Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan pada tanah di sekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai tanamanberumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.
e.    Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan tanahnya.
3.6  Pemungutan Hasil
a.    Jenis Hasil
Seperti telah diuraikan di muka, hamper semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan atau menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi.
Jenis produk yang dihasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut :
·      Ijuk sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah tangga.
·      Nira sebagai bahan baku gula merah, tuak, dan cuka.
·      Kolang-kaling yang dihasilkan dari buah pohon aren.
·      Tepung aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, dawet (cendol).
·      Batang pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga.
b.    Pengambilan Hasil
·      Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itumenempel.
Lempenganlempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.
·      Nira
Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :
-       Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
-       Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.
Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali.Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung bamboo sebagai penampung nira yang keluar.Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancer.
Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3-4 bulan sampai tandan mongering. Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
Harga nira untuk daerah Sulut Rp 2.000 untuk tiap liter. Di mana, satu pohon bisa menghasilkan paling tidak 10 liter per hari. Bila rata-rata 1 hektar ada 150 pohon maka pendapat sehari saja mencapai 150x10x2.000 = Rp. 3.000.000. Kalau sebulan bisa mengumpulkan Rp 90 juta.
Begitu pula kalau diolah menjadi gula Aren yang dicetak secara tradisional yang dicetak dalam bentuk separuh batok kelapa, kotak, silinder, atau lempeng. Rata-rata tiap 5 liter nira bisa menghasilkan 1 kg gula merah. Kalau satu pohon ada 10 liter berarti bisa menciptakan 2 kg. Di mana, satu hektar ada 150 pohon maka terkumpul 300 kg tiap harinya. Dengan harga gula merah sekitar Rp 15.000 (untuk grade A) maka didapat hasil Rp 4,5 juta tiap hari dari satu hektar. Harga ekspor gula aren itu bisa naik lagi menjadi Rp 50.000/kg dari di tingkat konsumen misalnya  di Belanda seharga Rp 90.000/kg. Nira Aren juga bisa diolah menjadi bioetanol. Lalu, Serabut-serabut pada tubuh pohonnya juga bernilai ekonomis. Rambut-rambut hitam yang dinamakan ijuk ini bisa dibuat menjadi alat pembersih (sapu, sikat), tali, peredam suara studio, bantalan lapangan bola, pembungkus kabel bawah laut, tempat memijah ikan, dan kerajinan tangan yang beraneka.
·      Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut :
a)    Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya dengan cara :
·      Umur pohon relative muda (15 – 25 tahun)
·      Menancapkan kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 – 12 cm pada dari ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.
·      Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat tepung/pati yang menempel.
·      Apabila terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.
·      Potong batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.
·      Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.
·      Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih (diekstraksi).
·      Hasil ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan pemisahan air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih dan diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang bersih
·      Hasil endapan dijemur sampai kering.
Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie, soun, cendol, dan campuran bahan perekat kayu lapis.
·      Kolang Kaling
Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang diolah menjadi kolang-kaling. Harga kolang kaling Rp. 5000/kg, di bulan puasa harga nya bisa lebih mahal dari sebelumnya.




BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr)  adalah tanaman perkebunan yang sangat  potensial dalam hal mengatasi kekurangan  pangan dan mudah beradaptasi baik pada  berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah  sehingga 1400 m di atas permukaan laut. Pengusahaan  tanaman aren sebagian besar diusahakan oleh  petani dan belum diusahakan dalam skala besar,  karena pengelolaan tanaman belum menerapkan  teknik budidaya yang baik menyebabkan  produktivitas pertanaman rendah. Saat ini  produk utama tanaman aren adalah nira hasil  penyadapan dari bunga jantan yang dijadikan  gula aren maupun minuman ringan, cuka dan  alkohol.
Selain dari nira, buah dan ijuk dari pohon aren tersebut ternyata tulang daun aren juga menghasilkan lidi kasar yang bisa digunakan untuk sapu, keranjang serta berbagai keperluan. Daun mudanya (kaung), sampai sekarang masih dimanfaatkan sebagai penggulung rokok di Jawa Barat. Hanya saja, penebangan dilakukan sangat selektif untuk tujuan penjarangan. Karenanya, populasi tanaman di alam tetap banyak, hingga terjadi keseimbangan antara tanaman yang ditebang serta mati tua, dengan tanaman muda yang tumbuh secara alami. Penyusutan populasi tanaman aren di alam, sebenarnya juga disebabkan oleh pemanfaatan biji kolang-kaling. Karena nilai ekonomisnya tinggi, maka satu tandan buah aren akan dipotong semua untuk diambil kolang-kalingnya. Pengambilan kolang-kaling dilakukan pada saat buah aren masih sangat muda. Seperti halnya pada pengambilan kelapa maupun siwalan (lontar) muda. Akibatnya tidak akan pernah ada buah yang menjadi tua untuk regenerasi.





DAFTAR PUSTAKA
Kusumanto, Dian. 2008. Aren Indonesia. https://.wordpress.com. Diakses pada 21 Juni 2016
Afri  A.S.,   1993.   Kelapa.  (Kajian  Sosial-Ekonomi).  Aditya  Media, Yogyakarta.
Alam,  S.  dan  Suhartati,  2000.  Pengusahaan  hutan  aren  rakyat  di Desa  Umpunge  Kecamatan  Lalabata  Kabupaten  Soppeng Sulawesi  Selatan.  Buletin  Penelitian  Kehutanan  Vol.6  No.2 2000 : 59-70. Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang.
Antaatmadja, S., 1989. Aspek sosial ekonomi tanaman aren. Jurnal Penelitian  Hasil  Hutan  Vol.  6  No.  1  1989  :  63  –  69  Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Barlina, R. dan A.Lay, 1994.  Pengolahan nira kelapa untuk produk fermentasi  nata  de  coco,  alkohol  dan  asam  cuka.  Jurnal Penelitian  Kelapa  Vol.7  No.2  Thn.1994.   Balai  Penelitian Kelapa, Manado.
Hadi,  S.  1991.  Distribution  and  potential  of  arenga  palm  in  the outer  islands  of  Indonesia.  Pengumuman  (Edisi  khusus) No.15  Thn.1991:  3-8.  Pusat  Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Heyne,  K.,  1950.  Tumbuhan  Berguna  Indonesia.  Jilid  I. Terjemahan oleh Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. 615 p.
Ismanto, A.  et al. 1995. Pohon Kehidupan : Aren (Arenga pinnata Merr.).  Badan  Pengelola  Gedung  Manggala  Wanabakti  dan Prosea Indonesia, Jakarta. Hal.7-13.
Lahiya,  A.A.,  1983.  Beberapa  Tanaman  Yang  Berguna  Untuk Tanah-Tanah Yang Kesuburannya Terbatas ( Jilid II Bagian Pertama  :  Tanaman  Aren  dan  Proses  Menghasilkan  Gula Aren  di  Daerah  Palembang.  Terjemahan  dari  buku  asli dengan  judul  :  Onderzoekingen  Betreffende  Het  Winnen Van  Arensuiker  In  De  Residensi  Palembang  En Ranau  oleh A.E. Zeilinga ). Seri Himpunan Peninggalan Penulisan yang Berserakan, Bandung.
Lempang,  M.,  1996.  Jenis-jenis  kayu  untuk  pembangunan   kapal kayu  tradisional  propinsi  Sulawesi  Selatan.  Buletin Penelitian  Kehutanan  No.2  tahun  1996  hal.56-76.  Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang.
Lempang,  M.,  2000.  Rendemen  produksi  gula  aren  (Arenga pinnata  Merr.).  Buletin  Penelitian  Kehutanan  Vol.6  No.1 Tahun  2000  hal.  17-28.  Balai  Penelitian  Kehutanan,  Ujung Pandang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar