Kamis, 16 Juni 2016

Managemen Usaha Benih Kubis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Agribisnis merupakan cara baru untuk melihat pertanian dalam arti tertentu yang mana cara pandang yang dahulu dilaksanakan secara sektoral, sekarang berubah menjadi intersektoral atau yang dulunya dilaksanakan dalam bentuk subsistem sekarang berubag menjadi sistem (Saragih, 2007). Dengan demikian agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta keterkaitan horizontal dengan sistem atau subsistem lain diluar, seperti jasa-jasa (finansial dan perbankan, transportasi, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain).
Sistem agribisnis mencakup 4 (empat) hal, yaitu pertama, industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau up steram agribusiness, yaitu industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian agrokimia (pupuk, pestisida, dan obat-obatan hewan), industri agrootomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan pembibitan /perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribusiness, yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan.
Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusiness, yaitu kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang agribisnis, yaitu perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas ataupun tenaga ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. Dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu dan lainnya sangat erat dan terpadu dalam sistem (Saragih, 2007).
Peningkatan produksi sayuran di Indonesia sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang semakin meningkat pula. Selain itu, penting juga adanya upaya peningkatan produksi sayuran untuk keperluan ekspor dan substitusi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pembangunan nasional di sektor pertanian yaitu menaikkan produksi pertanian.
Di antara berbagai jenis hasil pertanian, sayuran merupakan bahan pangan penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Di antara sayuran yang ditanam, kubis (Brassica oleracea) banyak diusahakan dan dikonsumsi karena sayuran tersebut dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan C), mineral, karbohidrat, protein dan lemak yang amat berguna bagi kesehatan. Seperti beberapa jenis sayuran lainnya, kubis memiliki sifat mudah rusak, berpola produksi musiman dan tidak tahan disimpan lama. Sifat mudah rusak ini dapat disebabkan oleh daun yang lunak dan kandungan air cukup tinggi, sehingga mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama/penyakit tanaman.
Kubis merupakan tanaman dua musim yang menyerbuk silang, kubis dapat berbunga dalam kondisi tropika dengan perlakuan suhu rendah (± 4oC) 2-3 bulan terus menerus. Kubis sendiri sudah lama dikenal dan di konsumsi oleh masyarakat Indonesia, mulai dari kalangan atas hingga bawah. Kubis juga sudah mulai dipasarkan di restaurant dan hotel. Kubis adalah tanaman holtikultura yang baik karena harganya relatif murah dan tidak terlalu berfluktuasi, hal tersebut terjadi karena tanaman kubis sendiri dapat di tanam sewaktu-waktu tanpa harus melihat musim yang sedang berlangsung. Kubis lebih mudah dikonsumsi karena bisa digunakan sebagai lalapan atau di sayur. Dalam hal ini, keberhasilan dalam proses produksi kubis lebih banyak dinikmati oleh pedagang pengumpul, karena harga yang di patok kepada petani relatif rendah dan selalu berfluktuasi.

Menurut Badan Pusat Statistk Nasional dan Direktorat Jenderal Holtikultura tahun 2014, bahwa produksi komoditas kubis mencapai 1.435.815 ton dengan produktivitas 22,75 ton/ha. Terjadi penurunan produksi sebesar 44.787 ton dan luas lahan sebesar 2.132 ha dari tahun 2013. Namun, untuk segi produksi terdapat kenaikan sebesar 0,6 ton/ha. Konsumsi per kapita pada tahun 2014 konsumsi kubis mencapai 1,41 kg/kapita/tahun, sedangkan untuk pasokan kubis yaitiu 5,17 kg/kapita/tahun. Sehingga komoditas kubis menunjukkan angka yang lebih kecil bila dibandingkan dengan ketersediaan dari neraca bahan makanan. Hal terebut dikarenakan bahwa konsumsi total kubis per kapita dalam rumah tangga adalah konsumsi nyata, sementara ketersediaan kubis merupakan angka yang disediakan dengan memperhitungkan jumlah petani dan penyedianya (SUSENAS, BPS, 2014). Dari segi nilai harga di petani kubis memiliki nilai jual dari Rp 300 – Rp 4.000 per kg. Harga ini bukanlah harga yang sebenarnya karena sering terjadinya fluktuasi antara permintaan dan penawaran pasar.
Menurut Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) hampir seluruh kebutuhan benih kubis di Indonesia dipenuhi dari impor. Dengan luas pertanman kubis 67.088 ha, impor benih kubis mencapai 20.577 kg dengan perkiraan pngguanaan benih 200-300 g/ha, dengan harga benih  $US 176,50/kg, maka biaya impor benih kubis mencapai $US 3.631.840,50. Untuk menghemat devisa perlu dilakukan usaha subtitusi benih impor dengan benih kubis lokal.
1.2. Perumusan Masalah
1.    Bagaimana kondisi harga benih kubis di Indonesia saat ini?
2.    Bagaimana kondisi permintaan konsumen terhadap benih kubis di  
   Indonesia?
3.    Bagaimana kondisi perkembangan perbenihan kubis di Indonesa?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini “Manajemen Usaha Perbenihan Kubis di Indonesia” diantaranya:
1.    Dapat mengetahui kondisi perbenihan kubis di Indonesia.
2.    Dapat mengetaui manajemen perbenihan kubis di Indonesia.
3.    Dapat mengetahui produksi benih kubis sulit dilakukan di Indonesia.
           

  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman
Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat. Walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris. Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda. Nama "kol" diambil dari bahasa Belandakool.
Berdasarkan klasifikasinya, kubis dapat dilihat sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub Divisi       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Famili              : Cruciferae
Genus              : Brassica
Spesies            : Brassica oleracea
Dari klasifikasi ini menghasilkan varietas-varietas tanaman kubis yang unggul, yang diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Kubis putih (Brasicca oleraea. Var. Capitata L. f.alba DC.)
a.    Kubis kepala bulat: krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun berwarna hijau muda, memiliki teras kecil dan mempunyai batang pendek. Adapun beberapa varietas unggul kubis putih kepala bulat tersaji dalam tabel 1.

Tabel 1.Jenis dan Ciri Varietas Kubis Putih
No
Nama Varietas
Umur Panen (hari)
Produksi (kg/populasi)
1
Globe Master
75
2-2,5
2
Emerald Cross Hybrid
45
1,2
3
Copenhagen Market
72
1,8-2
4
K-K Cros
58
1,6
5
Green Cup
73
1,5
6
Ecarliana
60
1

b.    Kubis kepala bulat runcing: krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Beberapa varietasnya yang komersial dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.Jenis dan Ciri Varietas Kubis Kepala Bulat Runcing
No
Nama Varietas
Umur Panen (hari)
Produksi (kg/populasi)
1
Early Jersey Wakefield
63
1
2
Green Point
50
1

c.    Kubis kepala bukat datar: krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca “kol gepeng”), krop kurang kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memilikidaun luar yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis komersial adalah:
Tabel 3. Beberapa Jenis dan Ciri Varietas Kubis Kepala Bulat Datar
No
Nama Varietas
Umur Panen (hari)
Produksi (kg/populasi)
1
Premium Flat Dutch
100
4,5
2
Early Flat Dutch
83
2,4-2,7
3
O-S Cross
80
2
4
Surehead
93
3-4,5
5
Kubis 632 Spring Light
65
1,8
6
Kubis 633 Summer Autumn
60
2
7
Kubis 634 Good Season
45
1,8
8
Kubis 635 Summer Summit
50
2
9
Kubis 636 Tropical Delight
50-55
2
10
Kubis 637 Summit
50
1,5

2.   Kubis merah (Brassic oleracea. Var. Capitata L. f. rubra.)
Krop berbentuk bulat kompak berwana merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi:

Tabel 4.Jenis dan Ciri Varietas Kubis Merah
No
Nama Varietas
Warna Krop
Umur Panen (hari)
Produksi (kg/populasi)
1
Ruby Perfection
Merah cerah
80
1,6
2
Mammoth Red Rock
Merah tua keunguan dan keras
100
3,4
3
Rubby Ball
Merah tua
65
1,5
4
Res Acre
Merah tua
76
1,8

3.   Kubis Savoy (Brassica oleracea. Var. Sabauda L.)
Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam. Ontoh beberapa varietas komersial:
Tabel 5. Jenis dan Ciri Varietas Kubis Savoy
No
Nama Varietas
Umur Panen (hari)
Produksi (kg/populasi)
1
Perfection Drumhead
90
2,7-3,2
2
Vorbote
90
1-2
3
Savoy King Hybrid
80
1,8
4
Savoy Ace
80
1,6
5
Langedijk Early yellow
85
1,5-2
6
Langedijk Storage Yellow
90
2-3

Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (Brassica oleracea. Var. Gemmivera DC).

2.2. Syarat Pertumbuhan
A. Iklim
1
Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama mengakibatkan keseimbangan kadar air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
2
Jumlah curah hujan 80 % dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata 12 % dibawah rata-rata normal.
3
Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan. 
4
Kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24oC dengan suhu optimum 17oC. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10oC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil (< 3 > 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
5
Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman memerlukan pengairan yang cukup bai (irigasi maupun drainase).

B. Ketinggian Tempat
1
Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl.

2.3. Pedoman Teknik Perbanyakan Bibit
A.  Pembibitan
1
Persyaratan Benih
a. Benih tidak luka atau tidak cacat.
b. Benih harus bebas hama dan penyakit.
c. Benih tidak boleh tercampur dengan biji-biji atau benih lain dan harus bersih dari kotoran.
d. Benih diambil dari jenis yang unggul serta mempunyai daya kecambah 80 %.
e. Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
2
Penyiapan Benih
a. Steilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55oC  selama 15-30 menit.
b. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
c. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar lebih cepat berkecambah.
3
Teknik Penyemaian Benih
a. Penyemaian bedengan
 Lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang. Tambahkan ayakan pupuk  kandang halus dan campurkan dengan tanah. Kemudian bedengan dinaungi dengan naungan plasti, jerami atau daun-daunan. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata diatas bedengan atau disebar didalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm.
b. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Cara ini dilakukan mulai satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau bisa pula dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaiannya adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang.
c. Kombinasi cara pertama dan kedua
Benih disebar di petak persemaian, setelah berumur 4-5 hari yang dapat dilihat dari indikator sudah berdaun 3-4 helai. Kemudian bisa dipindahkan ke dalam bumbung.
d. Penanaman langsung
Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Selain itu, lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian yang didalamnya medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang. Biasanya terbuat dari kotakan kayu yang dibawahnya dilubangi untuk drainase.
4
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung pada cuaca.
b. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hari hingga pukul 10.00. Diluar batas waktu diatas, cahaya matahari yang terlalu panas akan kurang menguntungkan bagi bibit.
c. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dapat dilakukan dengan tindakan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.
d. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter.
e. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, untuk penyakitnya adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan dapat menggunakan insektisida dan fungisida.
5
Pemindahan Bibit
Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Sistem cabut
Caranya bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
b. Sistem putaran
Caranya tanah disiram dahulu sampai terlihat agak basah. Kemudian bibit diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.

2.4. Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu indikator ekonomi yang telah lama berkembang, dan sampai pada saat sekarang ini pamasaran sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa bertahan dalam jangka waktu yang panjang didalam pasar. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang dapat memberikan pengaruh untuk menentukan berhasil atau tidaknya dalam memasarkan produk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran: 1) faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat, 2) faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan sosial/budaya. Sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pandangan penjual (4 P) adalah tempat yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar (promotion). Sedangkan dari sudut pandang pelanggan (4 C) adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan (costumer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the costumer), kenyamanan (convenience) dan komunikasi (communicationi).
Tujuan akhir dan konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (Total Costumer Statisfication). Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Mutu yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah. Eksekutif puncak masa kini melihat tugas meningkatkan dan mengendalikan mutu produk sebagai prioritas utama, sehingga setiap produk industri tidak punya pilihan lain kecuali menjalankan manajemen mutu total (Total Quality Management).
Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan membeli sasaran dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi (Kotler, 2014). Manajemen pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dipemasaran (Buchari, 2004).
Satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan (Dharmmesta, 1982).
Marketing adalah proses untuk mengantisipasi kebutuhan konsumen, dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen ini sehingga kita bisa mendapatkan margin keuntungan. Dalam marketing itu terdapat beberapa hal yang sangat penting yaitu:
1. Antisipasi (Prediksi)
Kita harus bisa mengatisipasi kebutuhan pelanggan kita dimasa depan. Salah satunya dengan cara melakukan survei pasar.
2. Target Pasar
Dalam strategi pemasaran benih yang perlu dilakukan adalah segmentasi pasar. Benih holtikultura yang dijual hendaknya berdasarkan spesifik lokasi, karena permintaan benih di daerah satu akan berbeda dengan daerah lainnya berdasarkan kepada karakteristik produk benihnya. Oleh karena itu, positioning adalah langkah yang harus ditempuh bagi perusahaan benih yang baru berdiri. Diantaranya dengan merakit varietas tanaman tertentu berdasarkan spesifik lokasi, dan mengembangkan varietas-varietas tertentu yang bisa bersaing di pasar. Biasanya perusahaan-perusahaan benih lokal yang baru berdiri lebih memilih kepada segmentasi 1-2 produk benih saja, agar bisa bersaing di pasar sehingga kita bisa memiliki branding yang kuat di pasar. Ada dua jenis marketing yaitu:
1. Pemasaran yang berorientasi pada produksi
Yaitu pemasaran yang berdasarkan pada produksi yang berupa barang atau jasa yang sudah ada.
2.Pemasaran yang berdasarkan Market Driven
Yaitu pemasaran yang berdasarkan kepada “Riset Pasar”. Umumnya perusahaan benih menggunakan pola seperti ini, dimana para Breeder (pemulia tanaman) akan merakit suatu varietas baru berdasarkan hasil riset pasar yang diperoleh. Oleh karena itu, kunci sukses di industri benih adalah tersedianya Breeder-breeder yang berkualitas dan riset pasar yang kuat.

BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Kata Produktivitas merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yaitu Productivity. Productivity = Product + Activity yang berarti kegiatan untuk menghasilkan sesuatu (barang dan jasa). Produktivitas tinggi kalau kegiatan untuk menghasilkan produk (barang/jasa) lebih banyak/tinggi. Artinya produktivitas dikatakan meningkat kalau bisa menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau kalau bisa menghasilkan sama banyak dalam jangka waktu yang lebih singkat. Dari persamaan itu tampak ada dua cara untuk meningkatkan produktivitas:
1. Meningkatkan nilai yang dihasilkan
2. Mengurangi waktu yang dibutuhkan
Produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan, atau tingkat hasil yang diperoleh seseorang. Orang yang produktivitasnya tinggi adalah orang yang mencapai banyak hasil dalam hidupnya. Semakin tinggi tingkat produktivitasnya berarti semakin banyak hasil yang dicapai (Seteve Paulina, 2006). Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama didalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil-hasil. Perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Elemen-elemen produksi tersebut berupa: tanah, kapital, buruh dan organisasi. Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. (www.Dewan Produktivitas Nasional.com, 2008).
Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan distribusi pertanian dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab distribusi pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utilityi), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna kepemilikan (possession utility). Guna waktu artinya produk pertanian dapat tersedia bagi konsumen pada setian waktu. Untuk meningkatkan guna waktu harus dilakukan aktivitas penyimpanan yang dibutuhkan biaya penyimpanan (storage cost). Untuk meningkatkan guna tempat diperlukan pengankutan yang membutuhkan biaya pemindahan (transfer cost) dan untuk meningkatkan guna bentuk dari produk pertanian diperlukan pengolahan yang membutuhkan biaya pengolahan (processing cost). Komoditas pertanian yang mengalami peningkatan guna tempat, waktu dan guna bentuk ini baru bisa memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen ataupun lembaga pemasaran kepada konsumen. Agar terjadi pemindahan hak milik harus dilakukan transaksi yang membutuhkan biaya transaksi (transaction cost) (Sudiyono, 2004).
Benih merupakan cikal bakal dari komoditas yang akan dikonsumsi, sehingga benih merupakan faktor penentu keberhasilan dalam usaha tani. Permasalahan yang muncul bahwa kubis tidak dapat berbunga di Indonesia, karena kubis merupakan tanaman sub-tropis. Sehingga kebutuhan benihnya diimpor dari negara sub tropis. Permasalahan tersebut coba diatasi dengan perlakuan vernalisasi pengaturan suhu rendah pada kubis dewasa selama 2-3 bulan secara terus menerus (Permasi, 1998). Untuk produksi benih oleh Widyutama (1996) dilakukannya uji coba dengan grafting atau penyambungan antara kubis dan caisim. Hasil penelitian tersebut rupanya berhasil dan menghasilkan biji/benih untuk ditanam kembali dan hasilnya tidak kalah dengan induknya, membentuk krop yang baik.
Rantai pasokan kubis merupakan saluran yang memungkinkan:
1)   Produk kubis bergerak dari produsen ke konsumen.
2)   Pembayaran, kredit dan modal kerja bergerak dari konsumen ke produsen  kubis.
3)   Teknologi diseminasikan diantara partisipan rantai pasokan, misalnya diantara produsen, pengepak dan pengolah.
4)   Hak kepemilikan berpindah dari produsen kubis ke pengepak atau pengolah, kemudian ke pemasar.
5)   Informasi  mengenai  permintaan  konsumen  serta  preferensinya  mengalir dari pedagang pengecer ke produsen kubis.

Intervensi pemerintah terhadap rantai pasok kubis ini cenderung terbatas pada dukungan ketersediaan infrastruktur fisik, misalnya jalan dan bangunan pasar.Tataniaga kubis seluruhnya  ditangani oleh pihak swasta. Hal ini mengimplikasikan bahwa rantai pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan. Beberapa jenis rantai pasok kubis adalah:
1.    Produsen → transporter/pengangkut → pedagang pengumpul desa atau bandar →pedagang  pengumpul antar wilayah →transporter/pengangkut →pedagang besar/ grosir → pedagang pengecer → konsumen.
2.    Produsen → transporter/pengangkut → pedagang pengumpul desa atau bandar → transporter/pengangkut → pedagang besar/grosir→pedagang pengecer konsumen.
3.    Produsen → pedagang komisioner → transporter/pengangkut→ pedagang pengumpul desa atau bandar → transporter/pengangkut → pedagang besar/grosir → pedagang pengecer → konsumen.
4.    Produsen → pengepak→ transporter/pengangkut → supermarket → konsumen.
Rantai pasokan pertama dan kedua diestimasi menyerap sekitar 80% dari total pasok kubis. Sisanya sekitar 20% dipasarkan melalui rantai pasok ketiga dan keempat. Gambaran  tersebut  menunjukkan  bahwa  rantai  pasokan kubis masih didominasi oleh rantai pasokan tradisional yang outlet utamanya adalah pasar-pasar tradisional.
Lembaga-lembaga yang terkait dengan budidaya kubis yang dimulai dari sebelum panen sampai dengan pasca panen terkait berbagai lembaga-lembaga yang terdiri atas lembaga keuangan, seperti perbankan dalam penyediaan modal usaha atau sebagai sarana transaksijual beli produk dalam jumlah besar. Selain itu lambaga lain yang terkait dengan budidaya agribisnis diantaranya dimulai dari kelompok-kelompok tani di tingkat pedesaan yang dinaungi oleh Dinas Pertanian setempat melalui Balai Penyuluhan Pertanian. Dari aspek pemasaran kelembagaan yang menaungi para petani dalam mengatur pemasaran kubis adalah dengan adanya koperasi tani, sehingga memudahkan para petani kubis dalam memasarkan produknya. Semua lembaga-lembaga yang terkait mulai dari kelompok tani hingga pusat dan lembaga lain sebagai pihak swasta yang menunjang proses agribisnis budidaya kubis ini akan mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan produktivitas dan nilai tambah budidaya kubis.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Perbenihan kubis sulit dilakukan di daerah tropis seperti Indonesia. Perlu adanya perlakuan khusus agar tanaman kubis dapat berbunga di daerah tropis yaitu dengn vernalisasi (suhu rendah) dan grafting dengan caisim. Caisim dipilih sebagai batang bawah karena mempunyai zat perangsang penbungaan (plorigen).
Kebutuhan benih kubis sebagian besar masih didatangkan dari negara subtropis. Keunikan sifat kubis bila ditanam di daerah yang iklimnya berbeda seperti tropis dan subtropis. Ketika ditanam di daerah tropis tanaman kubis sifatnya semusim, sedangkan didaerah subtropis sifatnya dua musim yaitu musim pertama fase vegetatif dan musim kedua fase generatif ketika musim dingin berlangsung.
Menurut BALITSA (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) Lembang, Jawa Barat, Indonesia juga memiliki varietas kubis lokal dibeberapa tempat seperti Pujon (Jawa Timur) Tawang Mangu, Kopeng, Wonosobo (Jawa Tengah) dan cipanas (Jawa Barat) namun produksinya lebih rendah dibandingkan dengan kubis varietas luar. Varietas kubis semusim lokal Indonesia saat ini keberadaanya terdesak dengan adanya varietas hibrida yang memberikan hasil lebih tinggi, tanaman serempak dan krop lebih padat, namun kelebihan dari varietas semusim yaitu rasanya lebih manis.
Masuknya benih kubis ke Indonesia melalui beberapa tahapan standarisasi serta karantina dan sertifikasi benih yang diawasi oleh pemerintah. Pihak importir yang akan mengurus semua tahapan ini sampai selesai apabila benih cocok, sehat, terbebas dari hama dan penyakit benih hibrida ini dapat masuk dan dipasarkan di Indonesia. Dalam penggunaan benih ini petani mempunyai sumber benih yang beraneka ragam, dimana petani dapat membuat benih sendiri, memperoleh benih dari kios tani dan benih dari pemerintah itu sendiri yaitu yang dihasilkan oleh BALITSA Lembang, Jawa Barat. Perbandingan produktivitas dan pendapatan usahatani petani kubis dengan penggunaan benih lokal dan impor dapat terlihat dengan jelas, apakah perbedaan itu mencolok yaitu antara tinggi atau rendah pendapatan petani.
3.2.1   Permasalahan
a.    Permasalahan Internal Perbenihan Kubis
-       Ketergantungan terhadap benih impor
-       Kondisi iklim dan teknologi yang tidak menunjang
-       Pengetahuan penangkar benih
-       Kurang ketatnya pengawasan sertifikasi dan karantina
b.   Permasalahan Eksternal Perbenihan Kubis
-       Terganggunya hubungan bilateral dengan negara pengimpor benih
3.2.2   Potensi Perbenihan Kubis
-       Pengembangan benih lokal
-       Membuka lapangan pekerjaan bagi penangkar benih
-       Pengembangan benih hibrida
3.2.3   Strategi dan Arah Pengembangan Perbenihan Kubis
Untuk mengatasi masalah pengembangan perbenihan kubis diperlukan strategi didalam seperti:
-       Pemantapan sistem perbenihan kubis
-       Pengembangan usaha agribisnis perbenihan
-       Pemantapan kelembagaan perbenihan
-       Pengembangan potensi pasar
-       Pertumbuhan kemitraan


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Perbenihan di Indonesia
Indonesia sebagai negara agraris dan dalam pembangunan pertaniannya tidak mempunyai daya saing yang kompetetif dalam era globalisasi saat ini karena belum memiliki industri perbenihan yang mampu mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Dalam membangun sistem agribisnis pada umumnya benih yang digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yang dihasilkan rendah dan benih impor yang digunakan belum tentu dapat dan sesuai iklim Indonesia (Saragih. 2007). Petani Indonesia dalam mengembangkan usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi, maka usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang memiliki kekhasan sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu dan produktivitasnya. Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis pada umumnyan antara lain sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya fasilitasi pemerintah dalam bentuk pendampingan.
Pengembangan usaha tanaman sayuran merupakan peluang dan prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah dan pendapatan petani terutama didaerah dataran tinggi. Dalam pengembangan agribisnis sayuran teknologi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan secaara terpadu dalam sistem agribisnis (Ishaq,ef.a. 2007).
Managemen agribisnis sayuran dalam pengembangan usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua subsistem dan saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini (Said,ef.a/.2007). Faktor kunci dalam pengembangan agribisnis sayuran adalah peningkat-an dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Kebijakan revitalisasi pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan agribisnis dengan fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan yang disesuaikan lahan.
Menurut Said ef a/, (2007), Fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub system pemasaran hasil pertanian dan sub sistem penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.
Lokasi  geografis  sentra  produksi  kubis  memungkinkan  produk  sayuran  tersebut dipasarkan  tidak  hanya  untuk  memenuhi  kebutuhan  lokal,  tetapi  juga  antar  wilayah/regional.  Rantai  pasokan  yang  terjadi  pada  dasarnya  merupakan  bentuk  pelayanan  yang  sudah melembaga  untuk  menjembatani  produsen  dan  konsumen  sayuran.  Intervensi pemerintah  terhadap  rantai pasok kubis  ini  cenderung  terbatas  pada dukungan ketersediaan infrastruktur fisik, misalnya jalan dan bangunan pasar.Tataniaga  kubis  seluruhnya  ditangani  oleh  pihak  swasta. Hal  ini mengimplikasikan bahwa rantai pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan.

4.2 Peranan Lembaga Pemasaran Terhadap Kubis
Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungís-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa marjin pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan bentuk usahanya (Kotler. 1997). Sedangkan Sudiyono (2001) menjelaskan lembaga pemasaran sebagai badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usa haatau individu lain.
Jenis-Jenis Lembaga Pemasaran
Swasta berpendapat bahwa secara luas terdapat dua golongan besar lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran distribusi yaitu perantara pedagang dan perantara agen.
1.        Perantara Pedagang
Perantara ini mempunyai hubungan yang erat dalam kepemilikan barang. Mereka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun memilikinya tidak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
·         Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar
·         Pedagang besar, yang menyalurkan barang ke pengusaha lain
·         Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir
2.        Perantara Agen
Agen disini didefinisikan sebagai lembaga yang membeli atau menjual barang-barang kepada yang lain. Dalam kenyataannya, agen dapat beroperasi pada semua tingkat dalam suatu saluran pemasaran. Secara garis besar agen dibagai kedalam dua kelompok, yaitu agen penunjang dan agen pelengkap.
a)      Agen Penunjang (Facilitating Agent)
Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa aspek pemindahan barang dan jasa. Kegiatan agen penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-barang sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan pembeli dan penjual. Agen penunjang dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: agen pengangkutan borongan, agen penyimpanan, agen pengangkutan khusus, serta agen pembelian dan penjualan.
b)      Agen Pelengkap (Supplemental Agent)
Agen pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila pedagang atau lembaga lain tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran barang, maka agen pelengkap ini dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukannya antara lain berupa: jasa konsultasi, jasa finansial, jasa informasi dan jasa khusus lainnya.
Sementara Sudiyono (2001) mengungkapkan bahwa menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.        Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai komoditi, seperti agen perantara, makelar (broker, selling broker dan buying broker)
2.        Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi pertanian yang diperjual belikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir
3.        Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai komoditi pertanian yang diperjual belikan, seperti perusahaan-perusahaan penyedia fasilitas transportasi, asuransi, surveyor dan lain sebagainya.
Lebih lanjut Sudiyono (2001) menyatakan bahwa pada kenyataannya suatu lembaga pemasaran dapat menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Oleh sebab itu, perlu diketahui mengenai bentuk usaha dari lembaga pemasaran tersebut. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran komoditi pertanian sangat beragam. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada pula yang hanya melibatkan sedikit lembaga pemasaran.
Anindita (2004) menjelaskan bahwa kelembagaan dalam tataniaga meliputi berbagai organisasi usaha yang dibangun untuk menjalankan pemasaran. Perdagan perantara adalah individu-individu atau pengusaha yang melaksanakan berbagai fungsi pemasaran yang terlibat dalam pembelian dan penjualan barang karena mereka ikut memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Mereka melaksanakan kegiatan sebagai propietor (pemilik), partnership (mitra) atau perusahaan koperasi/nonkoperasi.

4.3  Perkembangan Industri Perbenihan di Indonesia
Industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional adalah seluruh kegiatan dalam menghasilkan benih/bibit unggul baru berproduktivitas tinggi dan berkualitas tinggi dengan daya saing tinggi, memperbanyaknya, mengedarkannya dan memasarkannya, baik dalam satu kelembagaan usaha ataupun bagiannya, seperti penangkar benih dan lain-lain, yang memanfaatkan potensi sumber daya hayati nasional secara bijak dan lestari. Membangun industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional merupakan upaya mendasar dalam pembangunan sektor pertanian keseluruhan. Sebab benih dan bibit varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas dan kualitas produk suatu usaha tani, baik itu usaha tani besar maupun usaha tani kecil. Membangun industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional merupakan landasan yang baik bagi proses produksi dan industri pangan dan industri lainnya yang berbasis produk pertanian.
Produk industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional yang unggul dan berkualitas tinggi serta murah akan menjamin keuntungan dan memperkecil resiko bagi petani produsen, baik itu dari usaha tani kecil ataupun besar (komoditi pangan dan komoditi lainnya). Bagi petani tanaman pangan penggunaan benih/ bibit unggul yang spesifik wilayah dari produk industri benih, akan memberikan jaminan keuntungan bagi usaha taninya. Dengan demikian upaya tersebut meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para petani di desa-desa, serta membantu mengentaskan kemiskinan di desa-desa.
Dampak langsung dari pengembangan agroindustri adalah kebutuhan bibit yang sangat tinggi,secara komvensional kebutuhan tersebut sulit dipenuhi secara cepat. Dinegara maju,aplikasi teknologi baru seperti penggunaan benih sintetik telah dirasakan manfaatnya.
Industri benih merupakan syarat penting bagi pertanian tangguh yang berorentasi pasar. Industri benih merupakan tahap akhir perkembangan perbenihan dan termasuk dalam kelompok agribisnis. Disebut industri menurut Sadjad (1997), karena prosesnya berawal dari produk yang belum siap pakai dn berakhir menjadi produk siap pakai yang berupa benih suatu varietas tanaman. Selanjutnya dinyatakan sebagai industri hilir,industri benih menghadapi permintaan benih berkualitas yang bersumber dari permintaan pasar untuk suatu komoditas dengan syarat syarat tertentu.
Dalam pertanian maju,benih memegang peranan penting sebagai sistim penyalur (delivery system) atau pembawa teknologi baru (carrier of new technology). Beberapa teknologi baru (varietas baru) disampaikan ke petani melalui benih bermutu.kualitas benih varietas unggul harus diketahui baik sebagai komponen sebagai komponen kunci didalam paket input yang dibutuhkan untuk memperbaiki produksi tanaman maupun sebagai katalis untuk mengeksploitasi teknologi baru dalam produksi tanaman Untuk memenuhi permintaan, benih tidak dapat diproduksi secara mendadak atau secara langsung,tetapi memerlukan perencanaan yang baik. Perencanaan dan penanganan yang kurang baik dapat merugikan produksi benih.
Pemuliaan tanaman yang aktif dan produktif merupakan dasar untuk industri benih.varietas baru yang dilepas harus sampai kepetani atau kebun dengan sifat sifat yang unggul(produksi tinggi,resisten tehadap hama dan penyakit utama dll).keaslian kultival atau klon dapat dijamin melalui pengawasan mutu yang ketat yang merupakan komponen industri benih.
Berdasarkan teknologi yang digunakan industri benih dapat dibagi menjadi lima tingkat yaitu:
1.        Industri benih tingkat satu. Teknologi yang digunakan sederhana, pembersihan benih hanya menggunakan tampah.
2.        Industri benih tingkat dua. Industri menggunakan mesin mesin pembersih seperti “air screen cliner”.
3.        Industri benih tingkat tiga. Industri ini melaksanakan pemilahan bemnih yang sudah bersih. setelah dibersikan benih dipilah berdasarkan besar, panjang, lebar, tebal, atau berat butiran. Industri benih ini benih yang prima.
4.        Industri benih tingkat empat. Industri ini selau berhubungan dengan kegiatan lembaga penelitian dan pengembangan disamping proses produksinya seperti industri tingkat tiga.
5.        Industri benih tingkat lima. Industri ini memiliki kemampuan untuk memproduksi benih hasil litbang sendiri. Kegiatan penelitian dan pengembangan disini,selain memproduksi hibrida yang selalu diperbaharui,juga melakukan penelitian dan pengembangan bioteknologi. Industri benih tingkat lima menerapkan teknologi sangat canggih dan memiliki kemampuan dalam mengusahankan rekayasa genetik sehingga benih yang dihasilkan memiliki keunggulan yang sangat spesifik. Industri benih tingkat lima tidak memerlukan lembaga sertifikasi eksternal karena program sertifikasnya diakreditasi sehingga kebenaran informasi mutunya terpercaya (Sadjad 1997).
Berdasarkan dasar usahanya industri benih dapat dibagi menjadi;
a.         Usaha perbenihan kecil (UPK), yaitu usaha benih yang dikelola oleh rakyat dan relatif kecil serta pemasarannya terbatas pada daerah setempat. Kelompok ini mungkin dapat disamakan dengan industri benih tingkat satu.
b.        Usaha perbenihan besar (UPB), yaitu usaha benih yang dilakukan oleh perusahaan atau koperasi dengan skala yang relatif besar dan jangkauan pemasaran yang lebih luas (Direktorat bina perbenihan,1998).
c.         Untuk benih “ortodoks”, kelompok ini bias digolongkan pada industri benih tingkat IIV seperti untuk benihkapas, rosella, kenap, yute, linum, wijen, bungamatahari, jarak, ketumbar, jinten, adas dan juga jambu mete asal teknologinya disesuaikan.
Untuk UPK dan UPB biasanya dilakukan oleh lembaga lembaga penelitian,sedangkan untuk usaha usaha ketiga dan keempay bias dilakukan oleh pengusaha baik pemerintah atau swasta. Bila usaha usaha tersebut suda terlaksana dengan baik sesuai persyaratan maka usaha-usaha tersebut suda dapat dianggap sebagai suatu industri benih.
Komponen dalam Industri Benih untuk Mengembangkan Perusahaan
Dalam menganalisis komponen-komponen yang terdapat dalam industri benih, maka perlu dikaji segala permasalahan dan tantangan dalam peningkatan produksi benih, kemudian dijabarkan pula upaya mengatasi hambatan industri benih.
Berikut permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi benih antara lain adalah :
1. Kebijakan
·         Pemberlakuan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Pusat – Derah berdampak pada keberagaman kebijakan, sehingga terjadi keberagaman kelembagaan perbenihan di daerah.
·         UU No. 12 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman tidak sesuai untuk pembangunan industri khususnya benih hortikultura.
·         Keppres No. 27 tahun 1971 tentang Badan Benih Nasional tidak sesuai lagi dengan organisasi Dept. Pertanian dan perkembangan industri perbenihan saat ini.
·         Lemahnya pemahaman tentang manfaat UU No. 29 Th. 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT), baik di kalangan para pengusaha maupun di kalangan para pejabat,
·         Belum efektifnya penegakan hukum di bidang perbenihan.
2. Kelembagaan
·         Badan Benih Nasional hanya berfungsi dalam pelepasan varietas.
·         Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu benih TPH belum tersosialisasikan dengan baik.
·         BPSB berada di bawah Dinas Pertanian propinsi sehingga kurang leluasa dalam pengawasan mutu dan peredaran benih.
·         Di propinsi kedudukan Balai Benih Hortikultura berada di bawah seksi/kasubdin produksi pada Dinas Pertanian Provinsi sehingga kurang leluasa dalam mengalokasikan kegiatan dalam pengembangan perbenihan.
·         Sebagian besar penangkar benih belum mampu memproduksi benih bersertifikat.
·         Asosiasi perbenihan belum sepenuhnya mendukung upaya pemerintah dalam membangun industri benih dalam negeri.
3. Infrastruktur
·         Keterbatasan sarana dan prasarana di balai benih hortikultura, BPSB dan penangkar
·         Keterbatasan sarana dan prasarana dalam mendukung penerapan Sistem Informasi Manajemen perbenihan.
·         Sarana laboratorium kultur jaringan milik pemerintah maupun swasta belum dimanfaatkan secara optimal.
4. Teknologi
·         Perakitan varietas hortikultura oleh pemulia dalam negeri dan promosi hasilnya masih terbatas.
·         Keterbatasan ketersediaan benih sumber untuk diperbanyak oleh produsen dan penangkar benih
·         Teknologi produksi benih belum diterapkan secara luas.
5. Sumberdaya Manusia (SDM)
·         Terbatasnya jumlah dan kualitas pemulia terutama pada produsen benih kelas menengah ke bawah.
·         Terbatasnya kemampuan penyuluh dalam aspek perbenihan
·         Keterbatasan jumlah pengawas benih yang menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS).
·         Keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas balai benih dan BPSB.
·         Terbatasnya kemampuan penangkar benih dalam memproduksi benih.
·         Dirasakan masih kurangnya minat para pemulia dan teknolog perbenihan untuk terjun ke dalam industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional.
6. Lain-lain
·         Keterbatasan modal usaha untuk penangkaran benih.
·         Keterbatasan dana operasional bagi Balai Benih dan BPSB.
·         Keterbatasan mendapatkan informasi dan data akurat yang diperlukan dalam perencanaan kebutuhan, penyediaaan dan penggunaan benih.
·         Belum optimalnya pemasyarakatan penggunaan benih bermutu.
·         Kurangnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan benih bermutu.
·         Ketergantungan produsen benih pada proyek pemerintah.
·         Nasionalisme dan patriotisme di kalangan industriawanperbenihan dan perbibitan masih perlu dibangkitkan,
Upaya Mengatasi Hambatan Industri Benih
Upaya mengatasi hambatan pembangunan industri perbenihan yakni melalui :
a.       peningkatan koordinasi semua elemen perbenihan nasional secara menyeluruh,
b.      penyiapan kebijakan yang memberi prioritas tinggi kepada pembangunan industri benih,
c.       peningkatan sumber daya manusia di bidang perbenihan,
d.      pembangunan prasarana yang terkait dengan produksi dan peredaran benih,
e.       penyediaan kemudahan akses modal, dan
f.       penyediaan teknologi dan informasi untuk peningkatan mutu dan peredaran benih



DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian dalam arti cara pandang yang dahulu dilaksanpkan secara sektoral sekarang secara inter sektoral atau dilaksanakan secara sub sistem sekarang secara sistem (Saragih, 2007). Dengan demikian agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta keterkaitan horisontal dengan sistem atau sub sistem lain diluar seperti jasa-jasa (Finansial dan perbankan, transpotasi, perdagangan, pendidikan dan Iain-Iain).
            Sistem Agribisnis mencakup 4 (empat) hal, Pertama, industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribinis, yakni industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri agro-kimia (Pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribisnis yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertaniaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusness, yakni kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang agribisnis yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas ataupun tenga ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. dan lain sebagainya. Dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu dan lainnya sangat erat dan terpadu dalam sistem. (Saragih, 2007). Dengan demikian pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa sekaligus. Sampai dengan sekarang berdasarkan realita dilapangan pembangunan pertanian hanya sepotong-potong dan tidak dilaksanakan secara terpadu, koordinatif dan selaras.
            Indonesia sebagai negara agraris dan dalam pembangunan pertaniaannya tidak mempunyai daya saing yang kompetetif dalam era globalisasi saat ini karena belum memiliki industri perbenihan yang mampu mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Menurut Saragih (2007) dalam membangun sistem agribisnis pada umumnya benih yang digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yangdihasilkan rendah dan benih impor yang digunakan belum tentu dapat dan sesuai iklim indonesia. Petani Indonesia dalam mengembangkan usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi, maka usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang memiliki kekhasan sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu dan produktivitasnya. Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis pada umumnyan antara lain sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya fasilitasi pemerintah dalam bentuk pendampingan.
            Pengembangan usaha tanaman sayuran merupakan peluang dan prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah dan pendapatan petani terutama didaerah dataran tinggi. Menurut Ishaq,ef.a.(2007) dalam pengembangan agribisnis sayuran tehnologi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan secaara terpadu dalam sistem agribisnis. Managemen agribisnis sayuran dalam pengembangan usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua subsistem dan saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini (Said,ef.a/.2007) Faktor kunci dalam pengembangan agribisnis sayuran adalah peningkat-an dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Kebijakan revitalisasi pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan agribisnis dengan fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan yang disesuaikan lahan.
            Menurut Said ef a/, (2007), Fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub system pemasaran hasil pertanian dan sub sistem penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.
            Faktor pendukung keberhasilan agribisnis adalah berkembangnya kelembagaan-kelembagaan tani, keuangan, penelitian dan pendidikan. Menurut hasil kajian pengaruh kelembagaan terhadap adopsi irigrasi Nono Hartono (2009) terhadap kelembagaan tani di kabupaten Tasikmalaya menyampaikan bahwa hubungan antara kelembagaan tani belum efektif dan sangat sederhana dalam pengembangan agribisnis. Menurut Rahardi dalam cerdas beragribisnis tahun 2006, usaha agribisnis dapat meningkatkan pendapatan petani bila dikelola dengan sumberdaya manusia yang cerdas dalam mengakses teknologi, informasi, pasar dan permodalan. Produktivitas padi meningkat karena pengelolaan usaha tani yang baik.
            Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.
            Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya.
            Kubis atau yang sering di sebut Kol merupakan tanaman sayur yang hanya tumbuh di daerah dataran tinggi, Kubis tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 800 mdpl. ke atas, curah hujan hujan cukup dan temperatur udara 15° – 20°C.
Jenis tanah yang dikehendaki untuk tanaman kubis yaitu gembur, bertekstur ringan atau sarang serta pH 6 - 6,5.
            Kubis sendiri sudah lama di kenal dan di konsumsi oleh masyarakat indonesia, mulai dari kalangan atas hingga ke bawah. Kubis juga sudah mulai di pasarkan di restaurant dan hotel.
Kubis juga merupakan tanaman holtikultura yang baik karena harganya yang relatif baik dan tidak terlalu berfluktuasi, hal tersebut terjadi karena tanaman kubis sendiri dapat di tanam sewaktu-waktu tanpa harus melihat musim yang sedang berlangsung. Dan juga kubis lebih mudah di konsumsi karena bisa di gunakan sebagai lalapan atau di sayur. Dalam hal ini, keberhasilan dalam proses produksi kubis lebih banyak di nikmati oleh pedagang pengumpul, karena harga yang di patok kepada petani relatif rendah dan selalu berfluktuasi.
1.2  Perumusan Masalah
·         Jumlah jenis dan varietas kubis kol
·         Cara pembenihan kubis kol yang baik 




BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman
Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam :
Divisi               : Spermatophyta
Sub Divisi       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Famili              : Cruciferae
Genus              : Brassica
Spesies            : Brassica oleracea
            Dari klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol varietas unggul :
1.   Kubis putih (Brassica oleracea. var. capitata L. f.alba DC.)
a.       Kubis kepala bulat : krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang pendek. Beberapa varietas unggul kubis putih kepala bulat :
-        Globe Master                          : umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman.
-        Emerald Cross Hybrid            : umur panen 45 hari, produksi 1,2 kg/tanaman
-        Copenhagen Market                : umur panen 72 hari, produksi 1,8-2 kg/tanaman
-        K-K Cros                                : umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman
-        Green Cup                               : umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman
-        Ecarliana                                 : umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman
b.      Kubis kepala bulat runcing : Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh varietas komersial :
-        Early Jersey Wakefield : umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman
-        Green point : umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman



c.       Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis   komersial adalah :
-     Premium Flat Dutch : umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
-     Early Flat Dutch : umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
-     O-S Cross : umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
-     Surehead : umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
-     Kubis 632 Spring Light : umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg /tanaman.
-     Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg /tanaman.
-     Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg /tanaman.
-     Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg /tanaman.
-     Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg /tanaman.
-     Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
2. Kubis merah (Brassica oleracea. var. capitata L. f. rubra.)
            Krop berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi :
-          Ruby perfection: warna krop merah cerah, umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
-          Mammoth Red Rock: warna krop merah tua keunguan dan keras, umur panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman.
-          Rubby ball: warna krop merah tua, umur panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
-          Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8    kg/tanaman.
3. Kubis Savoy (Brassica oleracea. var. sabauda L.)
            Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas komersial :
-          Perfection Drumhead: umur panen 90 hari, produksi 2,7-3,2 kg/tanaman.
-          Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman.
-          Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
-          Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
-          Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2 kg/tanaman.
-          Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3 kg/tanaman.
            Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (Brassica oleracea. var. gemmivera DC.).
2.1 Syarat Pertumbuhan
A. Iklim
1.      Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
2.      Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata 12% dibawah rata-rata normal.
3.      Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan.
4.      Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil (<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
5.      Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara 2,5 - 4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi maupun drainase).
B. Ketinggian Tempat
            Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl.




2.3 Pedoman Teknis Perbanyakan Bibit
A. Pembibitan
1. Persyaratan Benih
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.     Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b.     Benih harus bebas hama dan penyakit.
c.     Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih   dari kotoran.
d.   Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e.    Mempunyai daya kecambah 80%.
f.     Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
2. Penyiapan Benih
            Penyiapan benih bertujuan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut :
a.    Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air  panas 55 °C selama 15-30 menit.
b.    Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
c.    Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar  benih cepat berkecambah.
            Kebutuhan benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 gram/ha. Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahkan ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
3. Teknik Penyemaian Benih
Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain :
-        Tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan;
-        Lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan
-        Dekat dengan sumber air bersih.


Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.    Penyemaian di bedengan
            Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.
b.    Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
            Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
c.    Kombinasi cara pertama dan kedua
            Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung.

d.   Penanaman langsung.
            Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
2.      Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan      lubangi dasar kotak untuk drainase.
3.      Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.
4.   Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian.
-        Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung    cuaca.
-        Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
-        Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput - rumput / gulma lainnya yang tumbuh disela - sela tanaman  pokok.
-        Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
-        Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
5.   Pemindahan Bibit
            Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.
Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-        Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk -  tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
-        Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.
2.4 Pemasaran
            Pemasaran merupakan salah  satu ekonomi yang telah lama berkembang, dan sampai pada saat sekarang ini pemasaran sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa bertahan sangat mempengaruhi keberhasilan  suatu perusahaan untuk bisa bertahan didalam pangsa pasar. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang dapat memberikan pengaruh  untuk menentukan berhasil atau tidaknya dalam memasarkan produk.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran : faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat,(2) faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan sosial/budaya. Sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pendangan penjual (4 P) adalah tempat yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar (promotion). Sedangkan dari sudut pandang pelanggan (4 C) adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the customer), kenyamanan (convenience) dan komunikasi (comunication).
            Tujuan akhir dan konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (“total Customer Statisfaction”). Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Mutu yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah. Eksekutif puncak masa kini melihat tugas meningkatkan dan mengendalikan mutu produk sebagai prioritas utama, sehingga setiap industri tidak punya pilihan lain kecuali menjalankan manajemen mutu total (“Total Quality Management”).
            Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi (Philip kolter, 2014).
            Manajemen Pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dipemasaran (Buchari, 2004).
            Satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan (Dharmmesta, 1982).
            Marketing adalah proses untuk mengantisipasi kebutuhan konsumen, dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen ini sehingga kita bisa mendapatkan margin keuntungan.
Dalam marketing itu terdapat beberapa hal yang sangat penting yaitu :
1. Antisipasi (Prediksi)
            Kita harus bisa mengantisipasi kebutuhan pelanggan kita dimasa depan. Salah satunya dengan cara melakukan survei pasar.
2. Target Pasar
            Dalam Pemasaran Benih Strategi yang perlu dilakukan adalah dengan cara melakukan segmentasi pasar. Benih Hortikultura yang dijual hendaknya berdasarkan spesifik lokasi. Karena permintaan benih di daerah satu akan berbeda dengan daerah lainnya berdasarkan kepada karakteristik produk benihnya. Oleh karena itu positioning adalah langkah yang harus ditempuh bagi perusahaan benih yang baru berdiri. Diantaranya dengan merakit varietas tanaman tertentu berdasarkan spesifik lokasi, dan mengembangkan varietas-varietas tertentu yang bisa bersaing di pasar. Biasanya perusahaan-perusahaan benih lokal yang baru berdiri lebih memilih kepada segmentasi 1 sampai 2 produk benih saja, agar bisa bersaing di pasar. Sehingga kita bisa memiliki branding yang kuat di pasar.
Ada dua jenis marketing yaitu :
1.      Pemasaran yang berorientasi pada produksi
            Pada kasus ini kita “menjual apa yang kita miliki” atau “menjual apa yang kita produksi”.
2.      Pemasaran yang berdasarkan “Market Driven”
            Yaitu Pemasaran yang berdasarkan kepada “Riset Pasar”. Umumnya Perusahaan Benih     menggunakan pola seperti ini, dimana para Breeder (Pemulia Tanaman) akan merakit    suatu varietas baru berdasarkan hasil riset pasar yang diperoleh. Oleh karena itu, Kunci          sukses di Industri Benih adalah tersedianya Breeder-Breeder yang berkualitas dan Riset   Pasar yang kuat.




























DAFTAR PUSTAKA

http://rachmatsibali.blogspot.com/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo_4470.html
          Diakses pada tanggal 01 November 2015
Anonymous. 2010. Data BPP Baroko Kecamatan Baroko Kab. Enrekang.  Enrekang.
Anonymous. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
Cahyono, Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. D), Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
http://numpuktugas.blogspot.com/2015/01/laporan-praktek-manajemen-agribisnis.html .
           Diakses pada tanggal 01 November 2015
Pracaya. 1981. Kol Alis Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ir. Abdul alif, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Grafindo Persada. Jakarta.
Suratiya, K.2006.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
http://www.kompasiana.com/aguscandra/marketing-benih-hortikultura-1_5508e34e813311931cb1e1b5
          Diakses pada atanggal 01 November 2015

Abdul alif, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Grafindo Persada. Jakarta

Wijayanti. S. 2013. Lembaga Pemasaran. https://.wordpress.com. Diakses pada 23 Mei 2016

Justkie. 2015. Perkembangan Industri Perbenihan diIndonesia dan Luar Negeri. https://.wordpress.com. Diakses pada 23 Mei 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar