BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agribisnis
merupakan cara baru untuk melihat pertanian dalam arti tertentu yang mana cara
pandang yang dahulu dilaksanakan secara sektoral, sekarang berubah menjadi
intersektoral atau yang dulunya dilaksanakan dalam bentuk subsistem sekarang
berubag menjadi sistem (Saragih, 2007). Dengan demikian agribisnis mempunyai
keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta keterkaitan horizontal dengan
sistem atau subsistem lain diluar, seperti jasa-jasa (finansial dan perbankan,
transportasi, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain).
Sistem
agribisnis mencakup 4 (empat) hal, yaitu pertama, industri pertanian hulu yang
disebut juga agribisnis hulu atau up
steram agribusiness, yaitu industri-industri yang menghasilkan sarana produksi
(input) pertanian agrokimia (pupuk, pestisida, dan obat-obatan hewan), industri
agrootomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil
pertanian) dan pembibitan /perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam
arti luas yang disebut juga on farm
agribusiness, yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertanian tanaman
pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan.
Ketiga,
industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusiness, yaitu kegiatan
industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk antara
maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang agribisnis, yaitu perdagangan,
perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas ataupun tenaga ahli serta
adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. Dari empat unsur tadi
mempunyai keterkaitan satu dan lainnya sangat erat dan terpadu dalam sistem
(Saragih, 2007).
Peningkatan produksi sayuran di Indonesia sangat diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri guna mengimbangi laju pertambahan
penduduk yang semakin meningkat pula. Selain itu, penting juga adanya upaya
peningkatan produksi sayuran untuk keperluan ekspor dan substitusi. Hal ini
sesuai dengan tujuan utama pembangunan nasional di sektor pertanian yaitu
menaikkan produksi pertanian.
Di antara berbagai jenis hasil pertanian, sayuran merupakan
bahan pangan penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Di
antara sayuran yang ditanam, kubis (Brassica
oleracea) banyak diusahakan dan dikonsumsi karena sayuran tersebut dikenal
sebagai sumber vitamin (A, B dan C), mineral, karbohidrat, protein dan lemak
yang amat berguna bagi kesehatan. Seperti beberapa jenis sayuran lainnya, kubis
memiliki sifat mudah rusak, berpola produksi musiman dan tidak tahan disimpan
lama. Sifat mudah rusak ini dapat disebabkan oleh daun yang lunak dan kandungan
air cukup tinggi, sehingga mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan
hama/penyakit tanaman.
Kubis
merupakan tanaman dua musim yang menyerbuk silang, kubis dapat berbunga dalam
kondisi tropika dengan perlakuan suhu rendah (± 4oC)
2-3 bulan terus menerus. Kubis sendiri sudah lama dikenal dan di konsumsi oleh
masyarakat Indonesia, mulai dari kalangan atas hingga bawah. Kubis juga sudah
mulai dipasarkan di restaurant dan
hotel. Kubis adalah tanaman holtikultura yang baik karena harganya relatif
murah dan tidak terlalu berfluktuasi, hal tersebut terjadi karena tanaman kubis
sendiri dapat di tanam sewaktu-waktu tanpa harus melihat musim yang sedang
berlangsung. Kubis lebih mudah dikonsumsi karena bisa digunakan sebagai lalapan
atau di sayur. Dalam hal ini, keberhasilan dalam proses produksi kubis lebih
banyak dinikmati oleh pedagang pengumpul, karena harga yang di patok kepada
petani relatif rendah dan selalu berfluktuasi.
Menurut Badan Pusat Statistk Nasional dan Direktorat
Jenderal Holtikultura tahun 2014, bahwa produksi komoditas kubis mencapai
1.435.815 ton dengan produktivitas 22,75 ton/ha. Terjadi penurunan produksi
sebesar 44.787 ton dan luas lahan sebesar 2.132 ha dari tahun 2013. Namun,
untuk segi produksi terdapat kenaikan sebesar 0,6 ton/ha. Konsumsi per kapita
pada tahun 2014 konsumsi kubis mencapai 1,41 kg/kapita/tahun, sedangkan untuk
pasokan kubis yaitiu 5,17 kg/kapita/tahun. Sehingga komoditas kubis menunjukkan
angka yang lebih kecil bila dibandingkan dengan ketersediaan dari neraca bahan
makanan. Hal terebut dikarenakan bahwa konsumsi total kubis per kapita dalam
rumah tangga adalah konsumsi nyata, sementara ketersediaan kubis merupakan
angka yang disediakan dengan memperhitungkan jumlah petani dan penyedianya
(SUSENAS, BPS, 2014). Dari segi nilai harga di petani kubis memiliki nilai jual
dari Rp 300 – Rp 4.000 per kg. Harga ini bukanlah harga yang sebenarnya karena
sering terjadinya fluktuasi antara permintaan dan penawaran pasar.
Menurut Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
hampir seluruh kebutuhan benih kubis di Indonesia dipenuhi dari impor. Dengan
luas pertanman kubis 67.088 ha, impor benih kubis mencapai 20.577 kg dengan
perkiraan pngguanaan benih 200-300 g/ha, dengan harga benih $US 176,50/kg, maka biaya impor benih kubis
mencapai $US 3.631.840,50. Untuk menghemat devisa perlu dilakukan usaha
subtitusi benih impor dengan benih kubis lokal.
1.2. Perumusan Masalah
1.
Bagaimana
kondisi harga benih kubis di Indonesia saat ini?
2.
Bagaimana
kondisi permintaan konsumen terhadap benih kubis di
Indonesia?
3.
Bagaimana
kondisi perkembangan perbenihan kubis di Indonesa?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini “Manajemen Usaha
Perbenihan Kubis di Indonesia” diantaranya:
1.
Dapat
mengetahui kondisi perbenihan kubis di Indonesia.
2.
Dapat
mengetaui manajemen perbenihan kubis di Indonesia.
3.
Dapat
mengetahui produksi benih kubis sulit dilakukan di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Tanaman
Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan
untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun
sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop, kop
atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis
berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat. Walaupun tidak ada bukti tertulis
atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea
var. sylvestris. Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah
berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa
yang tinggal di Hindia-Belanda. Nama "kol" diambil dari bahasa Belandakool.
Berdasarkan klasifikasinya, kubis dapat dilihat sebagai
berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Famili :
Cruciferae
Genus :
Brassica
Spesies : Brassica oleracea
Dari klasifikasi ini menghasilkan varietas-varietas tanaman
kubis yang unggul, yang diantaranya yaitu sebagai berikut:
1.
Kubis putih (Brasicca oleraea. Var.
Capitata L. f.alba DC.)
a. Kubis kepala bulat: krop bulat dan
kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun berwarna hijau muda,
memiliki teras kecil dan mempunyai batang pendek. Adapun beberapa varietas
unggul kubis putih kepala bulat tersaji dalam tabel 1.
Tabel 1.Jenis dan Ciri Varietas
Kubis Putih
No
|
Nama Varietas
|
Umur Panen (hari)
|
Produksi (kg/populasi)
|
1
|
Globe Master
|
75
|
2-2,5
|
2
|
Emerald Cross Hybrid
|
45
|
1,2
|
3
|
Copenhagen Market
|
72
|
1,8-2
|
4
|
K-K Cros
|
58
|
1,6
|
5
|
Green Cup
|
73
|
1,5
|
6
|
Ecarliana
|
60
|
1
|
b. Kubis kepala bulat runcing: krop
kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak
berbentuk elips. Beberapa varietasnya yang komersial dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.Jenis dan Ciri Varietas
Kubis Kepala Bulat Runcing
No
|
Nama Varietas
|
Umur Panen (hari)
|
Produksi (kg/populasi)
|
1
|
Early Jersey Wakefield
|
63
|
1
|
2
|
Green Point
|
50
|
1
|
c. Kubis kepala bukat datar: krop kubis
berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca “kol gepeng”),
krop kurang kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memilikidaun
luar yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis komersial
adalah:
Tabel 3. Beberapa Jenis dan Ciri
Varietas Kubis Kepala Bulat Datar
No
|
Nama Varietas
|
Umur Panen (hari)
|
Produksi (kg/populasi)
|
1
|
Premium
Flat Dutch
|
100
|
4,5
|
2
|
Early
Flat Dutch
|
83
|
2,4-2,7
|
3
|
O-S
Cross
|
80
|
2
|
4
|
Surehead
|
93
|
3-4,5
|
5
|
Kubis
632 Spring Light
|
65
|
1,8
|
6
|
Kubis
633 Summer Autumn
|
60
|
2
|
7
|
Kubis
634 Good Season
|
45
|
1,8
|
8
|
Kubis
635 Summer Summit
|
50
|
2
|
9
|
Kubis
636 Tropical Delight
|
50-55
|
2
|
10
|
Kubis
637 Summit
|
50
|
1,5
|
2.
Kubis merah (Brassic
oleracea. Var. Capitata L. f. rubra.)
Krop berbentuk bulat kompak berwana merah keunguan dan
permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi:
Tabel 4.Jenis dan Ciri Varietas
Kubis Merah
No
|
Nama Varietas
|
Warna Krop
|
Umur Panen (hari)
|
Produksi (kg/populasi)
|
1
|
Ruby
Perfection
|
Merah
cerah
|
80
|
1,6
|
2
|
Mammoth
Red Rock
|
Merah
tua keunguan dan keras
|
100
|
3,4
|
3
|
Rubby
Ball
|
Merah
tua
|
65
|
1,5
|
4
|
Res Acre
|
Merah
tua
|
76
|
1,8
|
3.
Kubis Savoy (Brassica
oleracea. Var. Sabauda L.)
Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut
daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam. Ontoh beberapa
varietas komersial:
Tabel 5. Jenis dan Ciri Varietas Kubis Savoy
No
|
Nama Varietas
|
Umur Panen (hari)
|
Produksi (kg/populasi)
|
1
|
Perfection
Drumhead
|
90
|
2,7-3,2
|
2
|
Vorbote
|
90
|
1-2
|
3
|
Savoy
King Hybrid
|
80
|
1,8
|
4
|
Savoy
Ace
|
80
|
1,6
|
5
|
Langedijk
Early yellow
|
85
|
1,5-2
|
6
|
Langedijk
Storage Yellow
|
90
|
2-3
|
Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang
cukup komersial yaitu kubis brussel (Brassica
oleracea. Var. Gemmivera DC).
2.2. Syarat Pertumbuhan
A. Iklim
1
|
Pengaruh
angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin
yang tinggi dalam waktu lama mengakibatkan keseimbangan kadar air antara
tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan
organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak
ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
|
2
|
Jumlah
curah hujan 80 % dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata 12 %
dibawah rata-rata normal.
|
3
|
Stadia
pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan
untuk mencegah cahaya matahari langsung membahayakan pertumbuhan bibit.
Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang kuat,
sehingga tidak membutuhkan naungan.
|
4
|
Kubis
dapat hidup pada suhu udara 10-24oC dengan suhu optimum 17oC.
Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10oC),
tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil (< 3
> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
|
5
|
Kandungan
air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara
2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman memerlukan pengairan yang cukup bai
(irigasi maupun drainase).
|
B.
Ketinggian Tempat
1
|
Tanaman
kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl.
|
2.3. Pedoman Teknik Perbanyakan
Bibit
A.
Pembibitan
1
|
Persyaratan
Benih
a.
Benih tidak luka atau tidak cacat.
b.
Benih harus bebas hama dan penyakit.
c.
Benih tidak boleh tercampur dengan biji-biji atau benih lain dan harus bersih
dari kotoran.
d.
Benih diambil dari jenis yang unggul serta mempunyai daya kecambah 80 %.
e.
Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
|
2
|
Penyiapan
Benih
a.
Steilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis
yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55oC selama 15-30 menit.
b.
Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik
akan tenggelam.
c.
Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar lebih
cepat berkecambah.
|
3
|
Teknik Penyemaian
Benih
a.
Penyemaian bedengan
Lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat
bedengan selebar 110-120 cm memanjang. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah. Kemudian
bedengan dinaungi dengan naungan plasti, jerami atau daun-daunan. Penyemaian
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata diatas bedengan atau
disebar didalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm.
b.
Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Cara
ini dilakukan mulai satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung. Bumbung
dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan
tinggi 5 cm atau bisa pula dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10
cm. Media penyemaiannya adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang.
c.
Kombinasi cara pertama dan kedua
Benih
disebar di petak persemaian, setelah berumur 4-5 hari yang dapat dilihat dari
indikator sudah berdaun 3-4 helai. Kemudian bisa dipindahkan ke dalam
bumbung.
d.
Penanaman langsung
Yaitu
dengan menanam benih langsung ke lahan. Selain itu, lahan persemaian dapat
diganti dengan kotak persemaian yang didalamnya medium terdiri dari tanah,
pasir dan pupuk kandang. Biasanya terbuat dari kotakan kayu yang dibawahnya
dilubangi untuk drainase.
|
4
|
Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
a.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung pada
cuaca.
b.
Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hari hingga pukul 10.00.
Diluar batas waktu diatas, cahaya matahari yang terlalu panas akan kurang
menguntungkan bagi bibit.
c. Penyiangan dilakukan terhadap
tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dapat dilakukan
dengan tindakan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela
tanaman pokok.
d. Pemupukan dilakukan dengan
menggunakan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter.
e. Hama yang menyerang biji yang belum
tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat
pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, untuk penyakitnya adalah penyakit
layu. Pencegahan dan pemberantasan dapat menggunakan insektisida dan
fungisida.
|
5
|
Pemindahan
Bibit
Pemindahan
dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari
benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6
helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.
Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Sistem cabut
Caranya
bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada
polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan
batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag
ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung
daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
b.
Sistem putaran
Caranya
tanah disiram dahulu sampai terlihat agak basah. Kemudian bibit diambil
beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.
|
2.4. Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu indikator ekonomi yang telah
lama berkembang, dan sampai pada saat sekarang ini pamasaran sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa bertahan dalam jangka
waktu yang panjang didalam pasar. Oleh karena itu, diperlukan strategi
pemasaran yang dapat memberikan pengaruh untuk menentukan berhasil atau
tidaknya dalam memasarkan produk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran: 1)
faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat, 2)
faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan
sosial/budaya. Sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pandangan
penjual (4 P) adalah tempat yang strategis (place),
produk yang bermutu (product), harga
yang kompetitif (price) dan promosi
yang gencar (promotion). Sedangkan
dari sudut pandang pelanggan (4 C) adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan (costumer needs and wants), biaya pelanggan
(cost to the costumer), kenyamanan (convenience) dan komunikasi (communicationi).
Tujuan akhir dan konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah
kepuasan pelanggan sepenuhnya (Total
Costumer Statisfication). Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan
kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang
sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Mutu
yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus
mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah. Eksekutif
puncak masa kini melihat tugas meningkatkan dan mengendalikan mutu produk
sebagai prioritas utama, sehingga setiap produk industri tidak punya pilihan
lain kecuali menjalankan manajemen mutu total (Total Quality Management).
Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan,
membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan membeli
sasaran dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi (Kotler, 2014). Manajemen
pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh kegiatan
pemasaran perusahaan ataupun bagian dipemasaran (Buchari, 2004).
Satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk
mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang
diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan
harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya
berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap
perusahaan (Dharmmesta, 1982).
Marketing adalah proses untuk mengantisipasi
kebutuhan konsumen, dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen ini
sehingga kita bisa mendapatkan margin keuntungan. Dalam marketing itu terdapat
beberapa hal yang sangat penting yaitu:
1. Antisipasi (Prediksi)
Kita harus bisa mengatisipasi kebutuhan pelanggan kita
dimasa depan. Salah satunya dengan cara melakukan survei pasar.
2. Target Pasar
Dalam strategi pemasaran benih yang perlu dilakukan adalah
segmentasi pasar. Benih holtikultura yang dijual hendaknya berdasarkan spesifik
lokasi, karena permintaan benih di daerah satu akan berbeda dengan daerah
lainnya berdasarkan kepada karakteristik produk benihnya. Oleh karena itu, positioning adalah langkah yang harus
ditempuh bagi perusahaan benih yang baru berdiri. Diantaranya dengan merakit
varietas tanaman tertentu berdasarkan spesifik lokasi, dan mengembangkan
varietas-varietas tertentu yang bisa bersaing di pasar. Biasanya
perusahaan-perusahaan benih lokal yang baru berdiri lebih memilih kepada
segmentasi 1-2 produk benih saja, agar bisa bersaing di pasar sehingga kita
bisa memiliki branding yang kuat di
pasar. Ada dua jenis marketing yaitu:
1. Pemasaran yang berorientasi pada
produksi
Yaitu pemasaran yang berdasarkan pada
produksi yang berupa barang atau jasa yang sudah ada.
2.Pemasaran yang berdasarkan Market Driven
Yaitu pemasaran yang berdasarkan kepada “Riset Pasar”.
Umumnya perusahaan benih menggunakan pola seperti ini, dimana para Breeder (pemulia tanaman) akan merakit
suatu varietas baru berdasarkan hasil riset pasar yang diperoleh. Oleh karena
itu, kunci sukses di industri benih adalah tersedianya Breeder-breeder yang berkualitas dan riset pasar yang kuat.
BAB
III
KERANGKA
PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Konseptual
Kata
Produktivitas merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yaitu Productivity. Productivity = Product +
Activity yang berarti kegiatan untuk menghasilkan sesuatu (barang dan
jasa). Produktivitas tinggi kalau kegiatan untuk menghasilkan produk
(barang/jasa) lebih banyak/tinggi. Artinya produktivitas dikatakan meningkat
kalau bisa menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau kalau
bisa menghasilkan sama banyak dalam jangka waktu yang lebih singkat. Dari
persamaan itu tampak ada dua cara untuk meningkatkan produktivitas:
1.
Meningkatkan nilai yang dihasilkan
2.
Mengurangi waktu yang dibutuhkan
Produktivitas
adalah kemampuan untuk menghasilkan, atau tingkat hasil yang diperoleh
seseorang. Orang yang produktivitasnya tinggi adalah orang yang mencapai banyak
hasil dalam hidupnya. Semakin tinggi tingkat produktivitasnya berarti semakin
banyak hasil yang dicapai (Seteve Paulina, 2006). Produktivitas adalah
pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama didalam organisasi
untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil-hasil. Perbandingan antara
elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas.
Elemen-elemen produksi tersebut berupa: tanah, kapital, buruh dan organisasi.
Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik
dari hari ini. (www.Dewan
Produktivitas Nasional.com, 2008).
Ditinjau
dari aspek ekonomi kegiatan distribusi pertanian dikatakan sebagai kegiatan
yang produktif sebab distribusi pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utilityi), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna kepemilikan (possession utility). Guna waktu artinya
produk pertanian dapat tersedia bagi konsumen pada setian waktu. Untuk
meningkatkan guna waktu harus dilakukan aktivitas penyimpanan yang dibutuhkan
biaya penyimpanan (storage cost).
Untuk meningkatkan guna tempat diperlukan pengankutan yang membutuhkan biaya
pemindahan (transfer cost) dan untuk
meningkatkan guna bentuk dari produk pertanian diperlukan pengolahan yang
membutuhkan biaya pengolahan (processing
cost). Komoditas pertanian yang mengalami peningkatan guna tempat, waktu
dan guna bentuk ini baru bisa memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah
terjadi pemindahan hak milik dari produsen ataupun lembaga pemasaran kepada
konsumen. Agar terjadi pemindahan hak milik harus dilakukan transaksi yang
membutuhkan biaya transaksi (transaction
cost) (Sudiyono, 2004).
Benih
merupakan cikal bakal dari komoditas yang akan dikonsumsi, sehingga benih
merupakan faktor penentu keberhasilan dalam usaha tani. Permasalahan yang
muncul bahwa kubis tidak dapat berbunga di Indonesia, karena kubis merupakan
tanaman sub-tropis. Sehingga kebutuhan benihnya diimpor dari negara sub tropis.
Permasalahan tersebut coba diatasi dengan perlakuan vernalisasi pengaturan suhu
rendah pada kubis dewasa selama 2-3 bulan secara terus menerus (Permasi, 1998).
Untuk produksi benih oleh Widyutama (1996) dilakukannya uji coba dengan grafting atau penyambungan antara kubis
dan caisim. Hasil penelitian tersebut rupanya berhasil dan menghasilkan
biji/benih untuk ditanam kembali dan hasilnya tidak kalah dengan induknya,
membentuk krop yang baik.
Rantai pasokan kubis merupakan saluran yang memungkinkan:
1)
Produk kubis bergerak dari produsen ke konsumen.
2)
Pembayaran, kredit dan modal kerja bergerak dari konsumen ke
produsen kubis.
3)
Teknologi diseminasikan diantara partisipan rantai pasokan, misalnya diantara produsen, pengepak dan
pengolah.
4)
Hak kepemilikan berpindah dari produsen kubis ke pengepak atau pengolah, kemudian ke pemasar.
5)
Informasi mengenai permintaan
konsumen serta preferensinya mengalir dari pedagang pengecer
ke produsen kubis.
Intervensi pemerintah terhadap rantai pasok kubis
ini cenderung terbatas pada dukungan ketersediaan infrastruktur fisik,
misalnya jalan dan bangunan pasar.Tataniaga kubis seluruhnya
ditangani oleh pihak swasta. Hal ini mengimplikasikan bahwa rantai
pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan
permintaan. Beberapa jenis rantai pasok kubis adalah:
1. Produsen → transporter/pengangkut →
pedagang pengumpul desa atau bandar →pedagang pengumpul antar wilayah
→transporter/pengangkut →pedagang besar/ grosir → pedagang pengecer → konsumen.
2.
Produsen
→
transporter/pengangkut
→
pedagang pengumpul desa
atau bandar → transporter/pengangkut → pedagang besar/grosir→pedagang pengecer → konsumen.
3.
Produsen → pedagang komisioner → transporter/pengangkut→ pedagang pengumpul desa atau bandar → transporter/pengangkut → pedagang besar/grosir → pedagang pengecer → konsumen.
4. Produsen → pengepak→ transporter/pengangkut → supermarket → konsumen.
Rantai pasokan pertama dan kedua
diestimasi menyerap sekitar 80% dari total pasok kubis. Sisanya sekitar 20% dipasarkan melalui rantai pasok ketiga dan keempat. Gambaran
tersebut menunjukkan bahwa rantai pasokan kubis
masih didominasi oleh rantai pasokan tradisional yang outlet utamanya adalah
pasar-pasar tradisional.
Lembaga-lembaga yang terkait dengan budidaya kubis yang
dimulai dari sebelum panen sampai dengan pasca panen terkait berbagai
lembaga-lembaga yang terdiri atas lembaga keuangan, seperti perbankan dalam
penyediaan modal usaha atau sebagai sarana transaksijual beli produk dalam
jumlah besar. Selain itu lambaga lain yang terkait dengan budidaya agribisnis
diantaranya dimulai dari kelompok-kelompok tani di tingkat pedesaan yang
dinaungi oleh Dinas Pertanian setempat melalui Balai Penyuluhan Pertanian. Dari
aspek pemasaran kelembagaan yang menaungi para petani dalam mengatur pemasaran kubis
adalah dengan adanya koperasi tani, sehingga memudahkan para petani kubis dalam
memasarkan produknya. Semua lembaga-lembaga yang terkait mulai dari kelompok
tani hingga pusat dan lembaga lain sebagai pihak swasta yang menunjang proses
agribisnis budidaya kubis ini akan mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah budidaya kubis.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Perbenihan
kubis sulit dilakukan di daerah tropis seperti Indonesia. Perlu adanya
perlakuan khusus agar tanaman kubis dapat berbunga di daerah tropis yaitu dengn
vernalisasi (suhu rendah) dan grafting
dengan caisim. Caisim dipilih sebagai batang bawah karena mempunyai zat
perangsang penbungaan (plorigen).
Kebutuhan
benih kubis sebagian besar masih didatangkan dari negara subtropis. Keunikan
sifat kubis bila ditanam di daerah yang iklimnya berbeda seperti tropis dan
subtropis. Ketika ditanam di daerah tropis tanaman kubis sifatnya semusim,
sedangkan didaerah subtropis sifatnya dua musim yaitu musim pertama fase
vegetatif dan musim kedua fase generatif ketika musim dingin berlangsung.
Menurut
BALITSA (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) Lembang, Jawa Barat, Indonesia juga
memiliki varietas kubis lokal dibeberapa tempat seperti Pujon (Jawa Timur)
Tawang Mangu, Kopeng, Wonosobo (Jawa Tengah) dan cipanas (Jawa Barat) namun
produksinya lebih rendah dibandingkan dengan kubis varietas luar. Varietas
kubis semusim lokal Indonesia saat ini keberadaanya terdesak dengan adanya
varietas hibrida yang memberikan hasil lebih tinggi, tanaman serempak dan krop
lebih padat, namun kelebihan dari varietas semusim yaitu rasanya lebih manis.
Masuknya
benih kubis ke Indonesia melalui beberapa tahapan standarisasi serta karantina
dan sertifikasi benih yang diawasi oleh pemerintah. Pihak importir yang akan
mengurus semua tahapan ini sampai selesai apabila benih cocok, sehat, terbebas
dari hama dan penyakit benih hibrida ini dapat masuk dan dipasarkan di
Indonesia. Dalam penggunaan benih ini petani mempunyai sumber benih yang
beraneka ragam, dimana petani dapat membuat benih sendiri, memperoleh benih
dari kios tani dan benih dari pemerintah itu sendiri yaitu yang dihasilkan oleh
BALITSA Lembang, Jawa Barat. Perbandingan produktivitas dan pendapatan
usahatani petani kubis dengan penggunaan benih lokal dan impor dapat terlihat
dengan jelas, apakah perbedaan itu mencolok yaitu antara tinggi atau rendah
pendapatan petani.
3.2.1 Permasalahan
a. Permasalahan
Internal Perbenihan Kubis
-
Ketergantungan
terhadap benih impor
-
Kondisi
iklim dan teknologi yang tidak menunjang
-
Pengetahuan
penangkar benih
-
Kurang
ketatnya pengawasan sertifikasi dan karantina
b. Permasalahan
Eksternal Perbenihan Kubis
-
Terganggunya
hubungan bilateral dengan negara pengimpor benih
3.2.2 Potensi
Perbenihan Kubis
-
Pengembangan
benih lokal
-
Membuka
lapangan pekerjaan bagi penangkar benih
-
Pengembangan
benih hibrida
3.2.3 Strategi
dan Arah Pengembangan Perbenihan Kubis
Untuk mengatasi masalah pengembangan perbenihan kubis
diperlukan strategi didalam seperti:
-
Pemantapan
sistem perbenihan kubis
-
Pengembangan
usaha agribisnis perbenihan
-
Pemantapan
kelembagaan perbenihan
-
Pengembangan
potensi pasar
-
Pertumbuhan
kemitraan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Perbenihan di Indonesia
Indonesia sebagai negara agraris dan dalam pembangunan
pertaniannya tidak mempunyai daya saing yang kompetetif dalam era globalisasi
saat ini karena belum memiliki industri perbenihan yang mampu mendukung
perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Dalam membangun sistem agribisnis
pada umumnya benih yang digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah
sehingga produksi dan kualitas yang dihasilkan rendah dan benih impor yang
digunakan belum tentu dapat dan sesuai iklim Indonesia (Saragih. 2007). Petani
Indonesia dalam mengembangkan usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki
daya saing yang tinggi, maka usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi
yang memiliki kekhasan sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan
mutu dan produktivitasnya. Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis
pada umumnyan antara lain sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu
adanya fasilitasi pemerintah dalam bentuk pendampingan.
Pengembangan usaha tanaman sayuran merupakan peluang
dan prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah dan
pendapatan petani terutama didaerah dataran tinggi. Dalam pengembangan
agribisnis sayuran teknologi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan
pendapatan petani, agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat apabila
dilaksanakan secaara terpadu dalam sistem agribisnis (Ishaq,ef.a. 2007).
Managemen agribisnis sayuran dalam pengembangan
usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua
subsistem dan saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi dalam
era globalisasi seperti saat ini (Said,ef.a/.2007). Faktor kunci dalam
pengembangan agribisnis sayuran adalah peningkat-an dan perluasan kapasitas
produksi melalui renovasi, menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis,
kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas
produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur.
Kebijakan revitalisasi pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan
agribisnis dengan fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off farm,
investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan yang disesuaikan
lahan.
Menurut
Said ef a/, (2007), Fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari
pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan
oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang
memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha
tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub system pemasaran hasil
pertanian dan sub sistem penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila
tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.
Lokasi geografis sentra
produksi kubis memungkinkan
produk sayuran tersebut dipasarkan tidak
hanya untuk memenuhi
kebutuhan lokal, tetapi
juga antar wilayah/regional. Rantai
pasokan yang terjadi
pada dasarnya merupakan
bentuk pelayanan yang sudah melembaga untuk
menjembatani produsen dan
konsumen sayuran. Intervensi pemerintah terhadap
rantai pasok kubis ini cenderung
terbatas pada dukungan
ketersediaan infrastruktur fisik, misalnya jalan dan bangunan
pasar.Tataniaga kubis seluruhnya
ditangani oleh pihak
swasta. Hal ini mengimplikasikan
bahwa rantai pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan
penawaran dan permintaan.
4.2 Peranan Lembaga Pemasaran Terhadap
Kubis
Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan konsumen
untuk memperoleh komoditi yang sesuai waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan
konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungÃs-fungsi
pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen
memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa marjin pemasaran.
Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi
yang dipasarkan dan bentuk usahanya (Kotler. 1997). Sedangkan Sudiyono (2001)
menjelaskan lembaga pemasaran sebagai badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada
konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usa haatau individu lain.
Jenis-Jenis Lembaga Pemasaran
Swasta berpendapat bahwa secara luas terdapat dua
golongan besar lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran distribusi yaitu
perantara pedagang dan perantara agen.
1.
Perantara
Pedagang
Perantara ini mempunyai hubungan yang erat dalam
kepemilikan barang. Mereka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan,
meskipun memilikinya tidak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu:
·
Produsen,
yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar
·
Pedagang
besar, yang menyalurkan barang ke pengusaha lain
·
Pengecer,
yang menjual barang kepada konsumen akhir
2.
Perantara
Agen
Agen disini didefinisikan sebagai lembaga yang membeli
atau menjual barang-barang kepada yang lain. Dalam kenyataannya, agen dapat
beroperasi pada semua tingkat dalam suatu saluran pemasaran. Secara garis besar
agen dibagai kedalam dua kelompok, yaitu agen penunjang dan agen pelengkap.
a)
Agen
Penunjang (Facilitating Agent)
Agen penunjang merupakan agen yang
mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa aspek pemindahan barang dan jasa.
Kegiatan agen penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-barang
sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan pembeli dan
penjual. Agen penunjang dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: agen
pengangkutan borongan, agen penyimpanan, agen pengangkutan khusus, serta agen
pembelian dan penjualan.
b)
Agen
Pelengkap (Supplemental Agent)
Agen pelengkap berfungsi melaksanakan
jasa-jasa tambahan dalam penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya
kekurangan-kekurangan. Apabila pedagang atau lembaga lain tidak dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran barang, maka agen
pelengkap ini dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukannya antara lain
berupa: jasa konsultasi, jasa finansial, jasa informasi dan jasa khusus
lainnya.
Sementara Sudiyono (2001) mengungkapkan bahwa menurut
penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan, lembaga pemasaran dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.
Lembaga
yang tidak memiliki tapi menguasai komoditi, seperti agen perantara, makelar
(broker, selling broker dan buying broker)
2.
Lembaga
yang memiliki dan menguasai komoditi pertanian yang diperjual belikan, seperti
pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir
3.
Lembaga
pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai komoditi pertanian yang
diperjual belikan, seperti perusahaan-perusahaan penyedia fasilitas
transportasi, asuransi, surveyor dan lain sebagainya.
Lebih lanjut Sudiyono (2001) menyatakan bahwa pada
kenyataannya suatu lembaga pemasaran dapat menjalankan lebih dari satu fungsi
pemasaran. Oleh sebab itu, perlu diketahui mengenai bentuk usaha dari lembaga
pemasaran tersebut. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses
pemasaran komoditi pertanian sangat beragam. Ada komoditi yang melibatkan
banyak lembaga pemasaran dan ada pula yang hanya melibatkan sedikit lembaga
pemasaran.
Anindita (2004) menjelaskan bahwa kelembagaan dalam
tataniaga meliputi berbagai organisasi usaha yang dibangun untuk menjalankan
pemasaran. Perdagan perantara adalah individu-individu atau pengusaha yang
melaksanakan berbagai fungsi pemasaran yang terlibat dalam pembelian dan
penjualan barang karena mereka ikut memindahkan barang dari produsen ke
konsumen. Mereka melaksanakan kegiatan sebagai propietor (pemilik), partnership
(mitra) atau perusahaan koperasi/nonkoperasi.
4.3 Perkembangan
Industri Perbenihan di Indonesia
Industri perbenihan dan perbibitan swasta
nasional adalah seluruh kegiatan dalam menghasilkan benih/bibit unggul baru
berproduktivitas tinggi dan berkualitas tinggi dengan daya saing tinggi,
memperbanyaknya, mengedarkannya dan memasarkannya, baik dalam satu kelembagaan
usaha ataupun bagiannya, seperti penangkar benih dan lain-lain, yang
memanfaatkan potensi sumber daya hayati nasional secara bijak dan lestari.
Membangun industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional merupakan upaya
mendasar dalam pembangunan sektor pertanian keseluruhan. Sebab benih dan bibit
varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas dan kualitas
produk suatu usaha tani, baik itu usaha tani besar maupun usaha tani kecil.
Membangun industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional merupakan landasan
yang baik bagi proses produksi dan industri pangan dan industri lainnya yang
berbasis produk pertanian.
Produk industri perbenihan dan perbibitan
swasta nasional yang unggul dan berkualitas tinggi serta murah akan menjamin
keuntungan dan memperkecil resiko bagi petani produsen, baik itu dari usaha
tani kecil ataupun besar (komoditi pangan dan komoditi lainnya). Bagi petani
tanaman pangan penggunaan benih/ bibit unggul yang spesifik wilayah dari produk
industri benih, akan memberikan jaminan keuntungan bagi usaha taninya. Dengan
demikian upaya tersebut meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para petani
di desa-desa, serta membantu mengentaskan kemiskinan di desa-desa.
Dampak langsung dari pengembangan
agroindustri adalah kebutuhan bibit yang sangat tinggi,secara komvensional
kebutuhan tersebut sulit dipenuhi secara cepat. Dinegara maju,aplikasi
teknologi baru seperti penggunaan benih sintetik telah dirasakan manfaatnya.
Industri benih merupakan syarat penting
bagi pertanian tangguh yang berorentasi pasar. Industri benih merupakan tahap
akhir perkembangan perbenihan dan termasuk dalam kelompok agribisnis. Disebut
industri menurut Sadjad (1997), karena prosesnya berawal dari produk yang belum
siap pakai dn berakhir menjadi produk siap pakai yang berupa benih suatu
varietas tanaman. Selanjutnya dinyatakan sebagai industri hilir,industri benih
menghadapi permintaan benih berkualitas yang bersumber dari permintaan pasar
untuk suatu komoditas dengan syarat syarat tertentu.
Dalam pertanian maju,benih memegang peranan
penting sebagai sistim penyalur (delivery system) atau pembawa teknologi baru (carrier
of new technology). Beberapa teknologi baru (varietas baru) disampaikan ke
petani melalui benih bermutu.kualitas benih varietas unggul harus diketahui
baik sebagai komponen sebagai komponen kunci didalam paket input yang
dibutuhkan untuk memperbaiki produksi tanaman maupun sebagai katalis untuk
mengeksploitasi teknologi baru dalam produksi tanaman Untuk memenuhi
permintaan, benih tidak dapat diproduksi secara mendadak atau secara
langsung,tetapi memerlukan perencanaan yang baik. Perencanaan dan penanganan
yang kurang baik dapat merugikan produksi benih.
Pemuliaan tanaman yang aktif dan produktif
merupakan dasar untuk industri benih.varietas baru yang dilepas harus sampai
kepetani atau kebun dengan sifat sifat yang unggul(produksi tinggi,resisten
tehadap hama dan penyakit utama dll).keaslian kultival atau klon dapat dijamin
melalui pengawasan mutu yang ketat yang merupakan komponen industri benih.
Berdasarkan teknologi yang digunakan
industri benih dapat dibagi menjadi lima tingkat yaitu:
1.
Industri
benih tingkat satu. Teknologi yang digunakan sederhana, pembersihan benih hanya
menggunakan tampah.
2.
Industri
benih tingkat dua. Industri menggunakan mesin mesin pembersih seperti “air
screen cliner”.
3.
Industri
benih tingkat tiga. Industri ini melaksanakan pemilahan bemnih yang sudah
bersih. setelah dibersikan benih dipilah berdasarkan besar, panjang, lebar,
tebal, atau berat butiran. Industri benih ini benih yang prima.
4.
Industri
benih tingkat empat. Industri ini selau berhubungan dengan kegiatan lembaga
penelitian dan pengembangan disamping proses produksinya seperti industri
tingkat tiga.
5.
Industri
benih tingkat lima. Industri ini memiliki kemampuan untuk memproduksi benih
hasil litbang sendiri. Kegiatan penelitian dan pengembangan disini,selain
memproduksi hibrida yang selalu diperbaharui,juga melakukan penelitian dan
pengembangan bioteknologi. Industri benih tingkat lima menerapkan teknologi sangat
canggih dan memiliki kemampuan dalam mengusahankan rekayasa genetik sehingga
benih yang dihasilkan memiliki keunggulan yang sangat spesifik. Industri benih
tingkat lima tidak memerlukan lembaga sertifikasi eksternal karena program
sertifikasnya diakreditasi sehingga kebenaran informasi mutunya terpercaya
(Sadjad 1997).
Berdasarkan dasar usahanya industri benih dapat dibagi
menjadi;
a.
Usaha
perbenihan kecil (UPK), yaitu usaha benih yang dikelola oleh rakyat dan relatif
kecil serta pemasarannya terbatas pada daerah setempat. Kelompok ini mungkin
dapat disamakan dengan industri benih tingkat satu.
b.
Usaha
perbenihan besar (UPB), yaitu usaha benih yang dilakukan oleh perusahaan atau
koperasi dengan skala yang relatif besar dan jangkauan pemasaran yang lebih luas
(Direktorat bina perbenihan,1998).
c.
Untuk
benih “ortodoks”, kelompok ini bias digolongkan pada industri benih tingkat IIV
seperti untuk benihkapas, rosella, kenap, yute, linum, wijen, bungamatahari,
jarak, ketumbar, jinten, adas dan juga jambu mete asal teknologinya
disesuaikan.
Untuk UPK dan UPB biasanya dilakukan oleh
lembaga lembaga penelitian,sedangkan untuk usaha usaha ketiga dan keempay bias
dilakukan oleh pengusaha baik pemerintah atau swasta. Bila usaha usaha tersebut
suda terlaksana dengan baik sesuai persyaratan maka usaha-usaha tersebut suda
dapat dianggap sebagai suatu industri benih.
Komponen dalam Industri Benih untuk Mengembangkan
Perusahaan
Dalam menganalisis komponen-komponen yang terdapat
dalam industri benih, maka perlu dikaji segala permasalahan dan tantangan dalam
peningkatan produksi benih, kemudian dijabarkan pula upaya mengatasi hambatan
industri benih.
Berikut permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan
produksi benih antara lain adalah :
1. Kebijakan
·
Pemberlakuan
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Pusat – Derah berdampak pada
keberagaman kebijakan, sehingga terjadi keberagaman kelembagaan perbenihan di
daerah.
·
UU
No. 12 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman tidak sesuai untuk pembangunan
industri khususnya benih hortikultura.
·
Keppres
No. 27 tahun 1971 tentang Badan Benih Nasional tidak sesuai lagi dengan
organisasi Dept. Pertanian dan perkembangan industri perbenihan saat ini.
·
Lemahnya
pemahaman tentang manfaat UU No. 29 Th. 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman (PVT), baik di kalangan para pengusaha maupun di kalangan para pejabat,
·
Belum
efektifnya penegakan hukum di bidang perbenihan.
2. Kelembagaan
·
Badan
Benih Nasional hanya berfungsi dalam pelepasan varietas.
·
Lembaga
Sertifikasi Sistem Mutu benih TPH belum tersosialisasikan dengan baik.
·
BPSB
berada di bawah Dinas Pertanian propinsi sehingga kurang leluasa dalam
pengawasan mutu dan peredaran benih.
·
Di
propinsi kedudukan Balai Benih Hortikultura berada di bawah seksi/kasubdin
produksi pada Dinas Pertanian Provinsi sehingga kurang leluasa dalam
mengalokasikan kegiatan dalam pengembangan perbenihan.
·
Sebagian
besar penangkar benih belum mampu memproduksi benih bersertifikat.
·
Asosiasi
perbenihan belum sepenuhnya mendukung upaya pemerintah dalam membangun industri
benih dalam negeri.
3. Infrastruktur
·
Keterbatasan
sarana dan prasarana di balai benih hortikultura, BPSB dan penangkar
·
Keterbatasan
sarana dan prasarana dalam mendukung penerapan Sistem Informasi Manajemen
perbenihan.
·
Sarana
laboratorium kultur jaringan milik pemerintah maupun swasta belum dimanfaatkan
secara optimal.
4. Teknologi
·
Perakitan
varietas hortikultura oleh pemulia dalam negeri dan promosi hasilnya masih
terbatas.
·
Keterbatasan
ketersediaan benih sumber untuk diperbanyak oleh produsen dan penangkar benih
·
Teknologi
produksi benih belum diterapkan secara luas.
5. Sumberdaya Manusia (SDM)
·
Terbatasnya
jumlah dan kualitas pemulia terutama pada produsen benih kelas menengah ke
bawah.
·
Terbatasnya
kemampuan penyuluh dalam aspek perbenihan
·
Keterbatasan
jumlah pengawas benih yang menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS).
·
Keterbatasan
jumlah dan kemampuan petugas balai benih dan BPSB.
·
Terbatasnya
kemampuan penangkar benih dalam memproduksi benih.
·
Dirasakan
masih kurangnya minat para pemulia dan teknolog perbenihan untuk terjun ke
dalam industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional.
6. Lain-lain
·
Keterbatasan
modal usaha untuk penangkaran benih.
·
Keterbatasan
dana operasional bagi Balai Benih dan BPSB.
·
Keterbatasan
mendapatkan informasi dan data akurat yang diperlukan dalam perencanaan
kebutuhan, penyediaaan dan penggunaan benih.
·
Belum
optimalnya pemasyarakatan penggunaan benih bermutu.
·
Kurangnya
kesadaran masyarakat dalam penggunaan benih bermutu.
·
Ketergantungan
produsen benih pada proyek pemerintah.
·
Nasionalisme
dan patriotisme di kalangan industriawanperbenihan dan perbibitan masih perlu
dibangkitkan,
Upaya Mengatasi
Hambatan Industri Benih
Upaya mengatasi hambatan pembangunan industri
perbenihan yakni melalui :
a.
peningkatan
koordinasi semua elemen perbenihan nasional secara menyeluruh,
b.
penyiapan
kebijakan yang memberi prioritas tinggi kepada pembangunan industri benih,
c.
peningkatan
sumber daya manusia di bidang perbenihan,
d.
pembangunan
prasarana yang terkait dengan produksi dan peredaran benih,
e.
penyediaan
kemudahan akses modal, dan
f.
penyediaan
teknologi dan informasi untuk peningkatan mutu dan peredaran benih
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agribisnis merupakan cara baru
melihat pertanian dalam arti cara pandang yang dahulu dilaksanpkan secara
sektoral sekarang secara inter sektoral atau dilaksanakan secara sub
sistem sekarang secara sistem (Saragih, 2007). Dengan demikian agribisnis
mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta keterkaitan horisontal
dengan sistem atau sub sistem lain diluar seperti jasa-jasa (Finansial dan
perbankan, transpotasi, perdagangan, pendidikan dan Iain-Iain).
Sistem Agribisnis mencakup 4 (empat)
hal, Pertama, industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis
hulu atau up stream agribinis, yakni industri-industri
yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri
agro-kimia (Pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri agro-otomotif
(alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan
industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam
arti luas yang disebut juga on farm agribisnis yaitu usaha
tani yang meliputi budidaya pertaniaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan dan kehutanan. Ketiga, industri hilir pertanian yang
disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusness, yakni kegiatan
industri yang mengolah hasil pertanian hasil pertanian menjadi produk olahan
baik produk antara maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang
agribisnis yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas
ataupun tenga ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. dan
lain sebagainya. Dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu dan lainnya
sangat erat dan terpadu dalam sistem. (Saragih, 2007). Dengan demikian
pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa
sekaligus. Sampai dengan sekarang berdasarkan realita dilapangan pembangunan
pertanian hanya sepotong-potong dan tidak dilaksanakan secara terpadu,
koordinatif dan selaras.
Indonesia sebagai negara agraris dan
dalam pembangunan pertaniaannya tidak mempunyai daya saing yang kompetetif
dalam era globalisasi saat ini karena belum memiliki industri perbenihan
yang mampu mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Menurut
Saragih (2007) dalam membangun sistem agribisnis pada umumnya benih yang
digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi
dan kualitas yangdihasilkan rendah dan benih impor yang digunakan belum tentu
dapat dan sesuai iklim indonesia. Petani Indonesia dalam mengembangkan
usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi, maka
usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang memiliki kekhasan sebagai
daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu dan produktivitasnya.
Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis pada umumnyan antara lain
sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya fasilitasi
pemerintah dalam bentuk pendampingan.
Pengembangan usaha tanaman sayuran
merupakan peluang dan prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian
daerah dan pendapatan petani terutama didaerah dataran tinggi. Menurut
Ishaq,ef.a.(2007) dalam pengembangan agribisnis sayuran tehnologi pertanian
sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, agar pendapatan dan
kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan secaara terpadu dalam
sistem agribisnis. Managemen agribisnis sayuran dalam pengembangan usahanya
dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua subsistem dan
saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi dalam era globalisasi
seperti saat ini (Said,ef.a/.2007) Faktor kunci dalam pengembangan agribisnis
sayuran adalah peningkat-an dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi,
menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis, kelembagaan maupun
infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan
melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Kebijakan revitalisasi
pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan agribisnis dengan
fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off
farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan
yang disesuaikan lahan.
Menurut Said ef a/, (2007), Fungsi
agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing,
penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani
atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian agribisnis
dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa komponen
sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan
hasil pertanian, sub system pemasaran hasil pertanian dan sub sistem
penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila tidak ada gangguan pada
salah satu subsistem.
Faktor pendukung keberhasilan
agribisnis adalah berkembangnya kelembagaan-kelembagaan tani, keuangan,
penelitian dan pendidikan. Menurut hasil kajian pengaruh kelembagaan terhadap
adopsi irigrasi Nono Hartono (2009) terhadap kelembagaan tani di kabupaten
Tasikmalaya menyampaikan bahwa hubungan antara kelembagaan tani belum efektif
dan sangat sederhana dalam pengembangan agribisnis. Menurut Rahardi dalam
cerdas beragribisnis tahun 2006, usaha agribisnis dapat meningkatkan pendapatan
petani bila dikelola dengan sumberdaya manusia yang cerdas dalam mengakses
teknologi, informasi, pasar dan permodalan. Produktivitas padi meningkat karena
pengelolaan usaha tani yang baik.
Kol atau kubis merupakan tanaman
sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak
jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan
masyarakat Yunani Kuno.
Mulanya kol merupakan tanaman
pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai laut Tengah, di
karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai Barat Prancis sebelah Utara.
Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke
Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya
kol ditanam untuk diambil bijinya.
Kubis atau yang sering di sebut Kol
merupakan tanaman sayur yang hanya tumbuh di daerah dataran tinggi, Kubis
tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 800 mdpl. ke atas, curah
hujan hujan cukup dan temperatur udara 15° – 20°C.
Jenis
tanah yang dikehendaki untuk tanaman kubis yaitu gembur, bertekstur ringan atau
sarang serta pH 6 - 6,5.
Kubis sendiri sudah lama di kenal
dan di konsumsi oleh masyarakat indonesia, mulai dari kalangan atas hingga ke
bawah. Kubis juga sudah mulai di pasarkan di restaurant dan hotel.
Kubis
juga merupakan tanaman holtikultura yang baik karena harganya yang relatif baik
dan tidak terlalu berfluktuasi, hal tersebut terjadi karena tanaman kubis
sendiri dapat di tanam sewaktu-waktu tanpa harus melihat musim yang sedang
berlangsung. Dan juga kubis lebih mudah di konsumsi karena bisa di gunakan
sebagai lalapan atau di sayur. Dalam hal ini, keberhasilan dalam proses
produksi kubis lebih banyak di nikmati oleh pedagang pengumpul, karena harga
yang di patok kepada petani relatif rendah dan selalu berfluktuasi.
1.2 Perumusan Masalah
·
Jumlah jenis dan varietas kubis kol
·
Cara pembenihan kubis kol yang baik
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Tanaman
Berdasarkan
klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea
Dari klasifikasi ini turunlah
varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol
varietas unggul :
1. Kubis putih (Brassica oleracea. var. capitata L. f.alba DC.)
a. Kubis
kepala bulat : krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai
daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai
batang pendek. Beberapa varietas unggul kubis putih kepala bulat :
-
Globe Master : umur panen 75 hari, produksi 2-2,5
kg/tanaman.
-
Emerald Cross Hybrid : umur panen 45 hari, produksi 1,2
kg/tanaman
-
Copenhagen Market : umur panen 72 hari, produksi
1,8-2 kg/tanaman
-
K-K Cros : umur panen 58 hari, produksi 1,6
kg/tanaman
-
Green Cup : umur panen 73 hari, produksi 1,5
kg/tanaman
-
Ecarliana : umur panen 60 hari, produksi 1
kg/tanaman
b. Kubis
kepala bulat runcing : Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas
meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh varietas komersial :
-
Early Jersey Wakefield : umur panen 63
hari, produksi 1 kg/tanaman
-
Green point : umur panen 50 hari,
produksi 1 kg/tanaman
c. Kubis
kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan
nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang kompak dan berongga,
ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar yang melengkung ke arah dalam
menutupi kepala. Beberapa jenis
komersial adalah :
- Premium
Flat Dutch : umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
- Early
Flat Dutch : umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
- O-S
Cross : umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Surehead
: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
- Kubis
632 Spring Light : umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg /tanaman.
- Kubis
633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg /tanaman.
- Kubis
634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg /tanaman.
- Kubis
635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg /tanaman.
- Kubis
636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg /tanaman.
- Kubis
637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
2.
Kubis merah (Brassica oleracea. var.
capitata L. f. rubra.)
Krop berbentuk bulat kompak berwarna
merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang
mempunyai nilai ekonomi :
-
Ruby perfection: warna krop merah cerah,
umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
-
Mammoth Red Rock: warna krop merah tua
keunguan dan keras, umur panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman.
-
Rubby ball: warna krop merah tua, umur
panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
-
Res Acre: warna krop merah tua, umur
panen 76 hari, produksi 1,8
kg/tanaman.
3.
Kubis Savoy (Brassica oleracea. var.
sabauda L.)
Ciri-ciri memiliki daun keriting
berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk
bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis keriting/kubis
babat. Contoh beberapa varietas komersial :
-
Perfection Drumhead: umur panen 90 hari,
produksi 2,7-3,2 kg/tanaman.
-
Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman.
-
Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari,
produksi 1,8 kg/tanaman.
-
Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi
1,6 kg/tanaman.
-
Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2
kg/tanaman.
-
Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3
kg/tanaman.
Selain jenis kubis diatas masih
terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (Brassica oleracea. var. gemmivera DC.).
2.1 Syarat Pertumbuhan
A.
Iklim
1. Pengaruh
angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin
yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan keseimbangan kandungan
air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras, penguraian
bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun
akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
2. Disebutkan
jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata
12% dibawah rata-rata normal.
3. Stadia
pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk
mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit.
Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang kuat,
sehingga tidak membutuhkan naungan.
4. Tanaman
kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17
derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus
6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun
kecil (<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
5. Kandungan
air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara 2,5 -
4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang cukup baik
(irigasi maupun drainase).
B.
Ketinggian Tempat
Tanaman kubis dapat tumbuh optimal
pada ketinggian 200-2000 m dpl.
2.3 Pedoman Teknis Perbanyakan
Bibit
A.
Pembibitan
1.
Persyaratan Benih
Benih
yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak
cacat.
b. Benih harus bebas hama dan penyakit.
c. Benih harus murni, artinya tidak tercampur
dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
d. Benih
diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e. Mempunyai
daya kecambah 80%.
f. Benih
yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
2.
Penyiapan Benih
Penyiapan benih bertujuan untuk
mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut :
a. Sterilisasi
benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang
dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air
panas 55 °C selama 15-30 menit.
b. Penyeleksian
benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
c. Rendam
benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah.
Kebutuhan benih per hektar
tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 gram/ha. Benih
harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahkan ke lapangan. Penyemaian dapat
dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat
dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
3.
Teknik Penyemaian Benih
Hal
yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain :
-
Tanah tidak mengandung hama dan penyakit
atau faktor-faktor lain yang merugikan;
-
Lokasi mendapat penyinaran cahaya
matahari cukup; dan
-
Dekat dengan sumber air bersih.
Penyemaian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Penyemaian
di bedengan
Sebelum bedengan dibuat, lahan
diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari
arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan
dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan
plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0
m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar
merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara
pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2
minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat
dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan
tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua
sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang
dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat
waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak.
Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar,
memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.
b. Penyemaian
di bumbung (koker atau polybag)
Dengan cara ini, satu per satu benih
dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung
dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan
tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media
penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%.
Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu
udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan
formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain
dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2)
sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik
(5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
c. Kombinasi
cara pertama dan kedua
Pertama benih disebar di petak
persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam
bumbung.
d. Penanaman
langsung.
Yaitu dengan menanam benih langsung
ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi
kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
Lahan
persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Buat
medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
2. Buat
kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase.
3. Masukkan
medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.
4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian.
-
Penyiraman dilakukan setiap hari pada
pagi dan sore hari tergantung cuaca.
-
Pengatur naungan persemaian dibuka
setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas,
cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
-
Penyiangan dilakukan terhadap tanaman
lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti
rumput - rumput / gulma lainnya yang tumbuh disela - sela tanaman pokok.
-
Dilakukan pemupukan larutan urea dengan
konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
-
Hama yang menyerang biji yang belum
tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk,
molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan
pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G,
Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
5. Pemindahan Bibit
Pemindahan dilakukan bila bibit
telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah
berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat
dipindahkan setelah berumur 28 hari.
Pemindahan
bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-
Sistem cabut, bibit dicabut dengan
hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit
dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara
telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk - tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila
bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam
bersama bumbungnya.
-
Sistem putaran, caranya tanah disiram
dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman
5 cm.
2.4 Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu ekonomi yang telah lama berkembang, dan
sampai pada saat sekarang ini pemasaran sangat mempengaruhi keberhasilan suatu
perusahaan untuk bisa bertahan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa bertahan didalam
pangsa pasar. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang dapat
memberikan pengaruh untuk menentukan
berhasil atau tidaknya dalam memasarkan produk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi pemasaran : faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing
dan masyarakat,(2) faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum,
teknologi/fisik dan sosial/budaya. Sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari
sudut pendangan penjual (4 P) adalah tempat yang strategis (place), produk yang
bermutu (product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar
(promotion). Sedangkan dari sudut pandang pelanggan (4 C) adalah kebutuhan dan
keinginan pelanggan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the
customer), kenyamanan (convenience) dan komunikasi (comunication).
Tujuan akhir dan konsep, kiat dan
strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (“total Customer
Statisfaction”). Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada
apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya
mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Mutu yang lebih
tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung
harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah. Eksekutif puncak
masa kini melihat tugas meningkatkan dan mengendalikan mutu produk sebagai
prioritas utama, sehingga setiap industri tidak punya pilihan lain kecuali
menjalankan manajemen mutu total (“Total Quality Management”).
Manajemen pemasaran adalah analisis,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan
pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi (Philip kolter,
2014).
Manajemen Pemasaran adalah
merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan
ataupun bagian dipemasaran (Buchari, 2004).
Satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya,
untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh
sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan
pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika
menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang
lebih baik terhadap perusahaan (Dharmmesta, 1982).
Marketing adalah proses untuk
mengantisipasi kebutuhan konsumen, dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan
konsumen ini sehingga kita bisa mendapatkan margin keuntungan.
Dalam
marketing itu terdapat beberapa hal yang sangat penting yaitu :
1.
Antisipasi (Prediksi)
Kita harus bisa mengantisipasi
kebutuhan pelanggan kita dimasa depan. Salah satunya dengan cara melakukan
survei pasar.
2.
Target Pasar
Dalam Pemasaran Benih Strategi yang
perlu dilakukan adalah dengan cara melakukan segmentasi pasar. Benih Hortikultura
yang dijual hendaknya berdasarkan spesifik lokasi. Karena permintaan benih di
daerah satu akan berbeda dengan daerah lainnya berdasarkan kepada karakteristik
produk benihnya. Oleh karena itu positioning adalah langkah yang harus ditempuh
bagi perusahaan benih yang baru berdiri. Diantaranya dengan merakit varietas
tanaman tertentu berdasarkan spesifik lokasi, dan mengembangkan
varietas-varietas tertentu yang bisa bersaing di pasar. Biasanya
perusahaan-perusahaan benih lokal yang baru berdiri lebih memilih kepada
segmentasi 1 sampai 2 produk benih saja, agar bisa bersaing di pasar. Sehingga
kita bisa memiliki branding yang kuat di pasar.
Ada
dua jenis marketing yaitu :
1. Pemasaran
yang berorientasi pada produksi
Pada kasus ini kita “menjual apa
yang kita miliki” atau “menjual apa yang kita produksi”.
2. Pemasaran
yang berdasarkan “Market Driven”
Yaitu Pemasaran yang berdasarkan
kepada “Riset Pasar”. Umumnya Perusahaan Benih menggunakan
pola seperti ini, dimana para Breeder (Pemulia Tanaman) akan merakit suatu varietas baru berdasarkan hasil riset
pasar yang diperoleh. Oleh karena itu, Kunci sukses
di Industri Benih adalah tersedianya Breeder-Breeder yang berkualitas dan Riset
Pasar yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
http://rachmatsibali.blogspot.com/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo_4470.html
Diakses
pada tanggal 01 November 2015
Anonymous.
2010. Data BPP Baroko Kecamatan Baroko Kab. Enrekang. Enrekang.
Anonymous.
1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Arief,
Arifin. 1990. Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
Cahyono,
Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. D), Pustaka Nusatama.
Yogyakarta.
http://numpuktugas.blogspot.com/2015/01/laporan-praktek-manajemen-agribisnis.html
.
Diakses
pada tanggal 01 November 2015
Pracaya.
1981. Kol Alis Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ir.
Abdul alif, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Grafindo Persada.
Jakarta.
Suratiya,
K.2006.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
http://www.kompasiana.com/aguscandra/marketing-benih-hortikultura-1_5508e34e813311931cb1e1b5
Diakses
pada atanggal 01 November 2015
Abdul alif, 2006. Agribisnis Teori
dan Aplikasinya. PT Grafindo Persada. Jakarta
Wijayanti. S. 2013. Lembaga
Pemasaran. https://.wordpress.com. Diakses
pada 23 Mei 2016
Justkie. 2015. Perkembangan
Industri Perbenihan diIndonesia dan Luar Negeri. https://.wordpress.com. Diakses
pada 23 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar