Peningkatan
kegiatan agroindustri selain meningkatkan produksi pertanian juga menghasilkan
limbah dari kegiatan tersebut. Konsep penggunaan pestisida yang telah
diterapkan pada pertanian modern, telah menimbulkan berbagai efek samping
seperti pencemaran lingkungan di pabrik-pabrik penghasil pestisida maupun di
lahan-lahan pertanian yang menggunakan pestisida tersebut. Apabila masuk ke
dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai
penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired
Deficiency Syndrom) (Sa’id, 1994).
Dampak
negatif dari pestisida maka dibutuhkan teknologi alternatif untuk meningkatkan
produksi pertanian yang lebih aman. Teknologi yang memungkinkan untuk
dikembangkan dan relatif aman adalah pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Berbagai penemuan akan
manfaat plant growth promoting rhizibacteria
(PGPR) untuk pertanian telah dilaporkan oleh banyak peneliti di dunia.
Antusiasme untuk mengkomersialkan rhizobacteria sebagai teknologi alternatif
yang menjanjikan terutama dipicu untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan
dengan mengurangi penggunaan input sintetik agrokimia (pupuk dan pestisida).
Hasil ini menyarankan bahwa penerapan PGPR bisa merangsang pertumbuhan tanaman
dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap jamur patogen.
Pengertian
Pgpr (Plant Growth Promoting Rhizobakteri)
PGPR
adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri
tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman
keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri ini memberi keuntungan
dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya Rhizobakteria pemacu tumbuh tanaman (RPTT) adalah kelompok bakteri
yang menguntungkan yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (bagian
perakaran). Aktivitas RPTT menguntungkan bagi tanaman baik langsung maupun
secara tidak langsung. Pengaruh langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya
menyediakan dan memobilisasiatau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara
dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi fithothormon pemacu
tumbuh. Sedangkan tidak langsungnya berkaitan dengan kemampuan menekan
aktivitas patogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti
antibiotik.
Sejumlah
bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfer akar (rhizobakteri) disebut
sebagai rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria
= PGPR). Kelompok ini mempunyai peranan ganda di samping (1) menambat N2 , juga; (2) menghasilkan hormon tumbuh
(seperti IAA, giberelin, sitokinin,
etilen, dan lain-lain); (3) menekan penyakit tanaman asal tanah dengan glukanase, kitinase,
sianida memproduksi siderofor; dan (4) melarutkan P dan hara lainnya (Cattelan
et al., 1999; Glick et al., 1995;
Plant growth-promoting
rhizobacteria (PGPR) pertama kali diteliti oleh
Kloepper dan Scroth (1982) untuk menggambarkan bakteri tanah yang mendiami
daerah perakaran tanaman yang diinokulasikan ke dalam benih dan ternyata
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh
Kloepper dan Scroth (1982) , PGPR mengalami perkembangan yang sangat cepat,
terutama pada beberapa tahun terakhir.
PGPR
berada Disekitar Akar, akar adalah
sumber kehidupan, disana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi dll.
Bakteri Pseudomonas ssp.flourennscses
Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu
mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit
atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu sebagai tambahan bagi kompos
dan mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi penanaman
dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri – bakteri yang menguntungkan
seperti PGPR. Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit.
Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat
memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri
PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off (Pythium ultimatum)
di tanaman. Beberapa bakteri PGPR mampu memproduksi racun bagi patogen tanaman,
misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu melawan cendawan patogen. PGPR dapat
meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui : produksi hormon pertumbuhan
kemampuan fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit
sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa
tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman (Kloepper, 1993).
Menurut
Lalande et al. (1989), Pseudomonas sp. mampu menghasilkan hormon pemacu pertumbuhan
tanaman yang dapat meningkatkan berat kering tanaman jagung mencapai 9%,
sedangkan Salmonella liquefaciens meningkatkan berat kering mencapai 10% dan
Bacillus sp. meningkatkan berat kering mencapai 7% lebih tinggi dibanding
kontrol.
Berikut kelebihan dari
PGPR diantaranya :
·
Menambah fiksasi nitrogen di tanaman
kacang – kacangan
·
Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi
nitrogen bebas
·
Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain
seperti phospat, belerang, besi dan tembaga
·
Memproduksi hormon tanaman
·
Menambah bakteri dan cendawan yang
menguntungkan
·
Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan
PEMBUATAN DAN PEMBIAKAN PGPR
a.
Bahan sumber bakteri:
Cara
yang paling mudah yaitu sebagai berikut:
·
bakteri di peroleh dari perakaran rumput
gajah yang sehat atau serasah disekitar rumpun bambu atau akar tanaman legume
·
Bersihkan tanah di perakaran, tetapi
jangan terlalu bersih
·
Potong akar rendam dalam air yang bersih
( isi ulang ) 1-2 liter selama 2- 4 hari
·
hasil rendaman setelah 2-4 hari dapat
digunakan sebagai sumber bakteri, yang ditandai dengan air nya menjadi keruh
dan berbau masam / busuk.
b. Penyiapan
media tumbuh bakteri:
Peralatan
dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan PGPR adalah sebagai berikut:
Alat
Pembuatan PGPR:
·
Jerigen, yang berkapasitas 20 liter
·
Entong pengaduk
·
kompor
·
Saringan
·
Corong
·
Bak
·
Panci
·
Gayung
Bahan Pembuatan PGPR:
·
Sumber bakteri
·
Aquades 20 liter
·
Gula 200 Gram
·
Bekatul 0,5- 1 kg atau 1-2 liter air
leri ( cucian beras )
·
Terasi 100 gram
·
Kapur injet 1 sendok makan
Langkah-Langkah
Pembuatan PGPR:
a. Masukkan
bahan- bahan diatas satu persatu aduk hingga merata
b. Adonan bahan
nutrisi tersebut direbus
sampai mendidih tunggu selama
15-20 menit dari
mulai mendidih lalu diangkat dari
atas kompor /tungku.
c. Diamkan
adonan tersebut sampai dingin (tunggu sampai temperatur adonan sama
dengan temperature udara luar)
d. Peras
adonan dengan kain sehingga menjadi larutan kental kemudian di campur dengan
suspense biang bakteri/sumber bakteri sebanyak 1-2 liter
e. Masukan
campuran larutan tersebut kedalam jerigen/wadah tertutup
f. Lakukan
pengadukan setiap hari ( dapat menggunakan aerator selama 5-7 hari)
g. Larutan
siap digunakan
CARA APLIKASI
Perlakuan
pada benih:
Larutkan
250 cc PGPR kedalam 20 liter air bersih kemudian benih direndam selama 10 – 12
jam.
Perlakuan pada
tanaman:
1. Untuk
Tanaman Padi : gunakan PGPR sebanyak 12 ml/liter pada 3 hari sebelum tanam , 15
hst, 30 hst dan 45 hst dengan cara disemprotkan dengan volume semprot rendah
(boros/tidak berkabut)
2. Untuk
tanam hortikultura : kocorkan PGPR sebanyak 12 ml/l air setiap 7- 10 hari
sekali.
3. Untuk
tanam keras : kocorkan PGPR sebanyak 17 ml/l air tiap 1 bulan sekali.
4. Aplikasi
dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pada pagi hari sebelum
pukul 09.00 WIB atau larutkan 250 – 1000 cc
PGPR kedalam 20 liter air bersih.
kemudian siramkan disekitar tanaman atau siramkan pada persemaian. Lakukan
setiap 7- 10 hari sekali
DAFTAR
PUSTAKA
http://kuliahagroteknologi.blogspot.com/2012/06/pembuatan-dan-pengaplikasian-pgpr-plant.html
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/57959
http://fatandwiputra.blogspot.com/2012/12/bakteri-pseudomonas-fluorescens.html
https://indonesiabertanam.com/2015/01/05/fungsi-pgpr-dan-cara-membuat-pgpr-serta-aplikasi-ke-tanaman/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar