Pemahaman fungsi tanah sebagai media tumbuh dimulai sejak
peradaban manusia mulai beralih dari manusia pengumpul pangan yang tidak
menetap menjadi manusia pemukim yang mulai melakukan pemindah tanaman
pangan/nonpangan ke areal dekat mereka tinggal. Pada tahap berikutnya, mulai
berkembang pemahaman fungsi tanah sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman tersebut,
sehingga produksi yang dicapai tanaman tergantung pada kemampuan tanah dalam
penyediaan nutrisi ini (kesuburan tanah).
Dengan
berkembangnya areal pemukiman/perkotaan, terjadi benturan kepentingan antara
kebutuhan lahan untuk sarana transportasi dan pendirian bangunan dengan
kebutuhan lahan pertanian, yang seringkali menyebabkan tergusurnya lahan
pertanian yang produktif semata-mata karena alasan finansial.
Kendala
umum yang dihadapi pada tanah Ultisol adalah pH tanah rendah, unsur N dan P
kurang tersedia, kekurangan unsur Ca, Mg, K, dan Mo kandungan Mn dan Fe
berlebih, serta kelarutan Al monomerik yang tinggi, sehingga merupakan faktor
utama penghambat pertumbuhan tanaman (Hakim et al, 1986). Blamey,
1983; Kerven, et al., 1989; dalam Hairiah (1992)
menyebutkan bahwa jenis-jenis Al monomerik sperti Al3+, Al(OH)+2,
Al(OH)2+, Al(OH)o3, dan Al(SO4)+ umumnya
merupakan racun/pembatas utama terhadap pertumbuhan tanaman dan mempunyai
aktifitas yang lebih tinggi pada pH yang lebih rendah.
Pada
mulanya, tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi (natural body) yang
berasal dari bebatuan (natural material) yang telah mengalami serangkaian
pelapukan oleh gaya-gaya alam (natural force), sehingga membentuk regolith
(lapisan berpartikel halus). Konsep ini dikembangkan oleh para geologis pada
akhir abad XIX. Pandangan revolusioner mengenai tanah dikembangkan oleh
Dokuchaev di Rusia pada sekitar tahun 1870, berdasarkan hasil pengamatannya
terhadap :
1.
Perbedeaan-perbedaan
berbagai jenis tanah dijumpai suatu jenis tanah yang sama jikaV kondisinya
relatif sama,
2.
Masing-masing
jenis tanah mempunyai morfologi yang khas sebagai konsekuensi keterpaduan
pengaruh spesifik dari iklim, jasad hidup (tanaman dan ternak), bahan induk,
topografi dan umur tana
3.
Tanah
merupakan hasil evolusi alam yang bersifat dinamis sepanjang masa.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa terjadinya tanah dari batuan induk, menjadi bahan induk
tanah, berangsur-angsur menjadi lapisan tanah bahwa yang akhirnya membentuk
tanah atas memerlukan waktu lama sekali sampai berabad-abad tanah yang subur
memiliki sifat fisik kimia dan biologi yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Sifat tersebut antara lain:
pH
Tanah
pH di
definisikan sebagai kemasamam atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH
mencakup dari nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral. Di
bawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan di atas 7 dikatakan basa. Asam menurut
teori adalah suatu bahan yang cenderung untuk memberi proton (H+) ke beberapa
senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa adalah suatu bahan yang
cenderung menerimanya.
Pengaruh utama pH di dalam tanah
adalah pada ketersediaan dan sifat meracun unsur seperti Fe (besi), Al
(Alumunium), Mn (Mangan), B (Boron), Cu (seng). Di dalam tanah pH sangat
penting dalam menentukan aktifitas dan dominasi mikroorganisme, dalam
hubungannya dengan peoses proses yang sangat erat hubungannya dengan
mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi), penyakit
tanaman, dekomposisi dan sintesis senyawa kimia organik dan transport gas ke
atmosfer.
Pentingnya pH tanah
pH tanah
atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung
unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana
tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan
bertahan terhadap penyakit.
Jika pH
larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat)
menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi
tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan
mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman.
Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan
kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut
hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai. Sebagai contoh,
alfalfa tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 6,2 hingga 7,8; sementara itu
kedelai tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang
tanah tumbh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman
termasuk sayuran, bunga dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH
dan ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup.
Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat
memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam,
tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada
akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut. Herbisida,
pestisida, fungsisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan untuk memberantas
hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni tanaman itu sendiri. Mengetahui
pH tanah, apakah masam atau basa adalah sangat penting karena jika tanah
terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida, herbbisida, dan fungisida tidak
akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air tanah serta air-air pada aliran
permukaan dimana hal ini akan menyebabkan polusi pada sungai, danau, dan air
tanah
Di bidang
pertanian pengukuran pH tanah juga digunakan untuk memonitor pengaruh praktek
pengolahan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N dan hubungannya dengan
dampak lingkungan.
Ada 3 alasan pH tanah sangat penting
untuk diketahui:
1.
Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur
hara diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara yang diserap oleh akar pada pH
6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
2.
Derajat keasaman atau pH tanah juga
menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah
masam. Banyak ditemukan unsur aluminiun yang selain bersifat racun juga
mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah masam
unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro, seperti
Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah yang terlalu besar. Akibatnya juga menjadi racun
bagi tanaman. Pada tanah alkali, ditemukan juga unsur yang dapat meracuni
tanaman, yaitu natrium (Na) dan molibdenum (Mo).
3. Derajat keasaman atau pH tanah
sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH
5,5-7 bakteri dan jamur pengurai bahan organik dapat berkembang dengan baik.
Dapat
disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah
mendekati netral (6,5-7). Namun, kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki
kesesuaian pH yang berbeda-beda seperti yang tertera.
Tindakan
pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimum. Pupuk yang
telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan.
Karenanya, pH tanah sangat penting diketahui jika efisiensi pemupukan ingin
dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat
memperburuk pH tanah.
Derajat
keasaman (pH) tanah yang sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan
kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan
penambahan sulfur. Sebelum pengapuran, pH tanah harus diketahui terlebih
dahulu. Nilai pH yang didapat akan menentukan jumlah kapur yang harus
ditebarkan.
Secara
vertikal tanah berdifferensiasi membentuk horizon-horizon (lapiasan-lapisan)
yang berbeda-beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan warnanya, maupun
karakteristik fisik kimiawi, dan biologis masing-masingnya sebagai konsekuensi
bekerjanya faktor-faktor lingkungan terhadap bahan induk asalnya maupun
bahan-bahan eksternal, berupa bahan organik sisa-sisa biota yang hidup di
atasnya dan mineral nonbahan-induk yang berasal dari letusan gunung api, atau
yang terbawa oleh aliran air. Susunan horizon-horizon tanah dalam lapisan
permukaan bumi stebal 100-120 cm disebut sebagai profil tanah.
Pemberian
bahan organik berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Pemberian bahan organik pada
dosis 90 t/ha menunjukkan peningkatan pH tertinggi, diikuti oleh dosis 20, 10,
dan 5 t/ha. Walaupun demikian berdasarkan uji Duncan’s pada taraf 5% pemberian
bahan organik dosis 90 t/ha tidak berbeda nyata dengan dosis 20 dan 10 t/ha
Pengidentifikasian
Senyawa Asam dan Basa
Berdasarkan
pengertian asam-basa menurut Arrhenius beserta sifat-sifatnya, suatu senyawa
bersifat asam dalam air karena adanya ion H+. Adapun suatu senyawa yang
bersifat basa dalam air jika ada ion OH-. pH adalah kepanjangan dari pangkat
hidrogen atau power of hydrogen. pH larutan menyatakan konsentrasi ion H+ dalam
larutan. Suatu zat asam yang di masukkan ke dalam air akan mengakibatkan
bertambahnya ion hidrogen (H+) dalam air dan berkurangnya ion hidroksida (OH-).
Sedangkan pada basa, akan terjadi sebaliknya. Zat basa yang dimasukkan ke dalam
air akan mengakibatkan bertambahnya ion hidroksida (OH-) dan berkurangnya ion
hidrogen (H+). Jumlah ion H+ dan OH- di dalam air dapat di gunakan untuk
menentukan derajat keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin asam suatu zat,
semakin banyak ion H+ dan semakin sedikit jumlah ion OH- di dalam air.
Sebaliknya semakin basa suatu zat, semakin sedikit jumlah ion H+ dan semakin
banyak ion OH- di dalam air.Lantas tahukah Anda bagaimana cara mengetahui
adanya H+ atau OH- dalam larutan? Untuk mengetahui apakah suatu larutan
mengandung ion H+ atau ion OH-, Anda dapat mengujinya dengan cara yang paling
sederhana yang biasa dilakukan di laboratorium, yaitu dengan menggunakan PH
meter dan kertas lakmus. Jangan sampai Anda mencicipi larutan tersebut karena
hal itu sangat berbahaya.
Ciri-Ciri
umum larutan asam yaitu : Terasa masam, Bersifat korosif, Dapat memerahkan
kertas lakmus biru, Larutan dalam air dapat mengantarkan arus listrik,
Menyebabkan perkaratan logam (korosif).
1.
Contoh
larutan Asam : Air jeruk, Hidrogen Klorida/Asam Klorida (HCL), Tembaga(II)
Sulfat (CuSO4), Alumunium Sulfat (AlSO4) dll
2.
Ciri-ciri
umum larutan basa yaitu : Rasanya pahit, Bersifat licin, Dapat membirukan
kertas lakmus merah, Larutan dalam air dapat mengantarkan listrik, Jika
mengenai kulit, maka kulit akan melepuh (kaustik)
3.
Cantoh
larutan basa : Air Sabun, Amoniak (NH3), Soda Api/Natrium Hidroksida
(NaOH),Natrium Karbonat (Na2CO3),
4. Contoh larutan netral:
Alkohol/Ethanol, garam (Natrium Klorida=NaCl), Amonium Klorida, Air abu (air
alkali = iye water = garam alkali)
Kita
mengenal bahwa asam terbagi menjadi dua yaitu asam lemah dan asam kuat,
demikian juga basa, ada basa kuat dan basa lemah. Kekuatan asam atau basa
tergantung dari bagaimana suatu senyawa diuraikan dalam pembentukan ion-ion
jika senyawa tersebut dalam air. Asam atau basa juga bersifat elektrolit, daya
hantar larutan elektrolit bergantung pada konsentrasi ion-ion dalam larutan.
Elektrolit kuat jika dapat terionisasi secara sempurna sehingga konsentrasi ion
relatif besar, elektrolit lemah jika hanya sebagian kecil saja yang dapat
terionisasi, sehingga konsentrasi ion relatif sedikit. Untuk mengetahui suatu
larutan termasuk elektrolit atau bukan dapat menggunakan alat penguji
elektrolit atau juga dapat menggunakan alat pH meter, dan indikator universal
untuk mengetahui pH suatu larutan secara langsung sehingga dapat diketahui
apakah larutan tersebut termasuk asam, basa atau garam. Nilai pH ditunjukkan
dengan skala, secara sistematis dengan nomor 0-14.
Selain
menggunakan PH meter pendeteksian larutan asam basa dapat dilakukan menggunakan
kertas lakmus dengan cara yang sangat sederhana sebagai berikut:
Warna
kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa, dan larutan bersifat netral
berbeda. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat
dari masing-masing kertas lakmus tersebut sebagai berikut.
1.
Lakmus
merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna biru
dan dalam larutan netral berwarna merah.
2.
Lakmus
biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna biru dan
dalam larutan netral berwarna biru.
3.
Metil
merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna kuning
dan dalam larutan netral berwarna kuning.
4.
Metil
Jingga dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna kuning
dan dalam larutan netral berwarna kuning.
5. Fenolftalin dalam larutan asam
berwarna - dan dalam larutan basa berwarna merah dan dalam larutan netral
berwarna.
Pengaruh
Negatif dari Kemasaman Tanah terhadap Tanaman, Kemasaman tanah dapat
menyebabkan permasalahan sbb:
1. penurunan ketersediaan unsur hara
bagi tanaman;
2. meningkatkan dampak unsur
beracun;
3. penurunan hasil tanaman;
4.
mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman
seperti fiksasi nitrogen oleh Rhizobium.
Konsep
Kemasaman Tanah
Konsep
Kemasaman Tanah adalah salah satu prinsip dasar kimia tanah yang mengindikasikan
reaksi tanah. Tanah bereaksi netral jika ber pH 7,0. Jika pH tanah > 7,0
merupakan tanah bereaksi basa atau disebut tanah alkali. jika pH tanah lebih
rendah dari 7,0 disebut tanah masam.

Kedua
kondisi ekstrem, yaitu: terlalu asam dan terlalu basa merupakan kondisi yang
sangat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Akan tetapi, ada
beberapa reaksi kimia di alam yang terjadi dalam kondisi pH netral.
Kriteria
Kemasaman Tanah (pH)
Pengelompokan
kemasaman tanah berbeda dengan pengelompokkan terhadap sifat kimia tanah lain,
karena untuk kemasaman tanah (pH) dikelompokkan dalam enam kategori berikut:
1. Sangat Masam untuk pH tanah lebih
rendah dari 4,5
2. Masam untuk pH tanah berkisar
antara 4,5 s/d 5,5
3. Agak Masam untuk pH tanah
berkisar antara 5,6 s/d 6,5
4. Netral untuk pH tanah berkisar
antara 6,6 s/d 7,5
5. Agak Alkalis untuk pH tanah
berkisar antara 7,6 s/d 8,5
6. Alkalis untuk pH tanah lebih
besar dari 8,5.
Faktor
Penyebab Terjadinya Kemasaman Tanah
·
Air
Hujan
Ada
kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH rendah
(asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya
adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer
akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida di dalam air.
H2O
+ CO2 = H2CO3 = 2H+ + CO3
Ketika
air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka
konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5,6.
·
Respirasi
Akar
Tanaman
juga menghasilkan karbon dioksida karena proses respirasi akar, dan selama
periode pertumbuhan aktif akar dapat menyebabkan karbon dioksida di tanah yang
konsentrasinya lebih tinggi beberapa kali dari di atmosfer, sehingga terjadi
peningkatan jumlah karbon dioksida terlarut dalam air tanah dan menyebabkan
peningkatan keasaman tanah atau pH menjadi lebih rendah.
·
Pupuk
Karbon
dioksida bukan satu-satunya sumber ion hidrogen dalam tanah, namun. Pada tanah
yang dikelola, pupuk dapat menjadi sumber utama ion hidrogen.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah, Dasar
Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
______ 2013.
Reaksi Tanah dan Pengapuran. http://kapurpertanian.com. Diakses pada 15 Januari
2015
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Winarso, S. 1996. Pengaruh Penambahan Bahan
Organik terhadap Pengkelatan Aluminium oleh Senyawa-Senyawa Humik pada Typic
Haplohumult. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Zhobeck,
Rusdin.2014. Ph Tanah. http://rsdin.blogspot.com.
Diakses pada 15 Januari 205
Makasih ya infonya Jasa Pembuatan Online Shop dan Jasa Pembuatan Website Online Shop - serta Jasa Pembuatan Website Murah - Jasa Pembuatan Website Toko Online - Grosir Jilbab Murah serta Jilbab Instan Terbaru juga Jasa Pembuatan Toko Online
BalasHapus