Kamis, 16 Juni 2016

Toksik (Kandungan Racun) Yang Terkandung Dalam Kopi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang  
            Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh Komandan Pasukan Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar - India, yang kemudian ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Pondok Kopi -Jakarta Timur, dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian mati semua oleh banjir, maka tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat antara lain di Priangan, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian dikepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor.
            Kopi pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan oleh VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam, yang kemudian tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.
Ekspor kopi Indonesia pertama kami dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC, dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia Belanda saat itu menjadi perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia, yang menjadikan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 – 1780. Kopi Jawa saat itu sangat tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa menyebutnya dengan “ secangkir Jawa”. Sampai pertengahan abad ke 19 Kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.
            Produksi  kopi  di Jawa mengalami peningkatan yang cukup siginificant, tahun 1830 – 1834 produksi kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30 tahun kemudian meningkat menjadi 79.600 ton dan puncaknya tahun 1880 -1884 mencapai 94.400 ton.
Selama 1 3/4 (Satu – tiga perempat) abad kopi Arabika merupakan satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian perkembangan budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran hebat, dikarenakan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) , yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876.  Akibatnya kopi Arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 m ke atas dari permukaan laut,  dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat.  Sisa-sisa tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai di  dataran tinggi ijen (Jawa Timur) , Tanah Tinggi Toraja ( Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan ( Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.
            Untuk mengatasi serangan hama karat daun kemudian Pemerintah Belanda mendatangkan Kopi Liberika (Coffea Liberica) ke Indonesia pada tahun 1875. Namun ternyata jenis ini pun juga mudah diserang penyakit karat daun dan kurang bisa diterima di pasar karena rasanya yang terlalu asam. Sisa tanaman Liberica saat ini masih dapat dijumpai di daerah Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan.

            Usaha selanjutnya dari Pemerintah Belanda adalah dengan mendatangkan kopi jenis Robusta ( Coffea Canephora) tahun 1900, yang ternyata tahan terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan , sedangkan produksinya jauh lebih tinggi . Maka kopi Robusta menjadi cepat berkembang menggantikan jenis Arabika khususnya di daerah – daerah dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl dan mulai menyebar ke seluruh daerah baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur.
Semenjak Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, perkebunan rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta hanya bertahan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan perkebunan negara (PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah.



1.2 Rumusan Masalah
1. Kandungan Toksik dalam Kopi ?
2. Bagimana cara menangani toksik dalam kopi ketika sudah dalam tubuh ?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kopi
            Kopi adalah minuman yang digemari banyak orang, baik pria maupun wanita. Semua orang di dunia ini tidak ada yang tidak mengetahui kopi. Kopi bukanlah sesuatu yang asing, minuman tersebut sangat mudah dan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa arab ‘qahwah’  yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai minuman yang berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kohven yang berasal dari bahasa Turki. Dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal sampai saat ini.
            Secara umum, terdapat dua jenis kopi, yaitu kopi arabika (kualitas terbaik) dan kopi robusta. Dari dua jenis kopi ini masing-masing memiliki keunikan sendiri. Biji kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sedangkan kopi robusta dapat dikatakan sebagai kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam dan mengandung kafein dalam kadar yangjauh lebih banyak.
            Disamping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dipercaya dapat menurunkan resiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung. Kopi dikenal dengan minuman yang memiliki kandungan kafein yang berkadar tinggi. Banyak kabar dikhalayak mengenai dampak dari kafein tersebut. Baik kabar yang terdengar positif hingga dampak yang bersifat negatif atau merugikan manusia yang meminumnya.
            Kafein itu sendiri adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan mempunyai rasa yang pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun tee, buah kola, guarana dan mate. Pada tumbuhan , kafein berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Pada umumnya kafein dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstrasinya dari biji kopi dan daun teh.
            Perkebunan kopi di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh rakyat. Umumnya jenis kopi yang ditanam adalah Robusta. Dari hasil analisis laboratorium pengujian mutu, diketahui bahwa mutu kopi Indonesia berada pada grade 4, 5 dan 6. Hal ini sangat menyulitkan Indonesia untuk bersaing di pasar internasional. Buruknya mutu kopi Indonesia disamping disebabkan oleh rendahnya mutu bahan tanaman, juga disebabkan oleh penanganan pascapanen kopi yang kurang baik (Siswoputranto, 1993). Penanganan pascapanen seperti pengeringan yang kurang sempurna dan penyimpanan yang kurang layak akan menyebabkan kerusakan pada biji kopi antara lain disebabkan oleh serangan mikrob.
            Cendawan adalah mikrob yang pada umumnya terdiri dari banyak sel bergabung menjadi satu (multiseluler ) (Pitt and Hocking, 1997). Biji kopi yang disimpan di gudang penyimpanan akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sebagai akibat dari interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik utama yang menyebabkan kerusakan biji kopi di penyimpanan adalah serangga, sedangkan cendawan merupakan faktor biotik kedua setelah serangga (Subramanyam and Hangstrum, 1995). Serangan cendawan pada biji kopi dapat menyebabkan penurunan daya kecambah, perubahan warna, bau apek, pemanasan pada biji-bijian, pembusukan, perubahan komposisi kimia, peningkatan kadar asam lemak dan penurunan kandungan nutrisi (Sauer et al., 1992). Selain itu cendawan juga dapat memproduksi mikotoksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia (Ominski et al., 1994). Cendawan pascapanen merupakan cendawan yang menyerang biji-bijian terutama selama penyimpanan. Cendawan ini memerlukan kelembaban relatif 65 – 90%.
            Sebagian dari cendawan pascapanen dapat tumbuh pada substrat dengan tekanan osmotik tinggi. Di Negara yang beriklim tropis Aspergillus dan Eurotium merupakan cendawan pascapanen yang dominan dijumpai di tempat penyimpanan (Pitt and Hocking, 1997), sedangkan Penicillium tidak begitu berperan. Beberapa spesies cendawan yang menyerang biji kopi dapat memproduksi toksin. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa beberapa spesies Aspergillus dan Penicillium dapat memproduksi okratoksin (OA), toksin penyebab keracunan ginjal pada manusia maupun hewan, juga bersifat karsinogen. Hal penting yang berkaitan dengan perdagangan kopi di pasar internasional adalah bahwa sebagian besar Negara pengimpor kopi mensyaratkan kandungan okratoksin A (OA) yang sangat rendah atau bebas OA, misalnya negara Italia mensyaratkan kandungan kandungan OA, yaitu maksimum 4 ppb (Raghuramulu and Naidu, 2002).
            Propinsi Bengkulu merupakan salah satu propinsi penghasil kopi di Sumatera. Hampir 50% produksi kopi Robusta nasional berasal dari daerah Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung yang dikenal dengan daerah triangle. Sebagian besar biji kopi yang berasal dari propinsi Bengkulu di ekspor ke beberapa negara di dunia (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2002). Dari luas areal wilayah propinsi Bengkulu 1.978.870 ha, potensi untuk lahan perkebunan seluas 818.784,74 ha. Kabupaten Kepahiang, Curup, Lebong dan Bengkulu Utara adalah kabupaten yang menurut dinas setempat merupakan sentra produksi kopi di propinsi Bengkulu (Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu, 2004). Mengingat propinsi Bengkulu merupakan salah satu sentra produksi kopi Robusta di Indonesia, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat infeksi cendawan pada kopi di Indonesia khususnya kopi Bengkulu. Manfaat penelitian ini yaitu untuk perbaikan dalam penanganan pascapanen biji kopi apabila dari hasil penelitian ditemukan biji kopi dengan tingkat infeksi cendawan yang tinggi yang menyebabkan kualitas kurang baik.

2.2 Toksik dalam Kopi
a)    Kafein
Kafein (C8H10N4O2) ialah senyawa alkaloid xantina yang berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretic ringan. Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah “kaffein” untuk merujuk pada senyawa kimia pada kopi. Kafein dijumpai secara alami  pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh,  buah kola, guarana, dan mate. Kafein merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi didunia. Di amerika utara, 90% orang dewasa mengonsumsi kafein setiap hari.
Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas kafein didalam  tubuh. Peranan utama kafein ini didalam tubuh adalah meningkatkankrja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Efek ini biasanya baru akan terlihat beberapa jam kemudian setelah mengonsumsi kopi. Kafein tidak hanya dapat ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji cokelat.
            Keberadaan kafein dijumpai pada banyak spesies tumbuhan, dimana ia berperan sebagai pestisida alami. Kafein melumpuhkan dan mematikan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Kadar kafein yang tinggi juga ditemukan pada tanah disekitar semai biji kopi yang berperan sebagai penghambat perkecambahan semai kopi lain disekitarnya, sehingga meningkatkan tingkat keberlangsungan hidup kecambah kopi itu sendiri.
Sumber utama kafein didunia adalah biji kopi. Kandungan kafein pada kopi bervariasi, tergantung pada jenis kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara umum satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso variates Arabica) kafein, sampai dengan 100 mg kafein untuk secangkir (120 mL) kopi. Umumnya kopi dark-roast memiliki kadar kafein yang lebih rendah karena proses pemanggangan akan mengurangi kandungan kafein pada biji tersebut.
            Semua atom nitrogen kafein pada dasarnya planar (hibridisasi orbital sp2), yang menyebabkan molekul kafein bersifat aromatik. Apabila diperlukan, kafein dapat disintesis dari dimeltilura dan asam malonat. Kafein memiliki molekul metabolit yaitu 1-3-7-asam trimetilurat, paraksantina, teofillina dan teobromina dengan masing-masing lintasan metabolismenya.
Contoh kandungan kafein pada kopi:
·         Kopi moka (mentah) 1,08%
·         Kopi moka (sangrai) 0,82%
·         Kopi Robusta jawa 1,48%
·         Kopi Arabika 1,16%
·         Kopi Liberica (mentah) 1,56%
·         Kopi Liberica (sangria) 2,19%
·         Kopi instan (segera) 2,8-5,0%
Dampak positif dan negatif kafein bagi kesehatan tubuh :
            Dibalik kenikmatannya, kopi memiliki kandungan kafein yang memiliki pengaruh positif dan negatif yang dapat bekerja pada tubuh manusia.
1.    Dampak positif
      Kafein yang terkandung dalam kopi mempunyai manfaat atau keuntungan bagi tubuh manusia, antara lain :
·         Menekan pertumbuhan sel kanker
·         Menurunkan resiko terkena diabetes militus
·         Meningkatkan metabolisme energi
·         Mengurangi resiko penyakit Alzheimer dan Demensia
·         Mengurangi resiko penyakit batu empedu
·         Dapat mengurangi resiko terkena penyakit Parkinson
·         Sebagai antioksidan yang efektif
·         Berfungsi sebagai analgesik (pembunuh rasa sakit)
2.    Dampak negatif
      Selain bermanfaat untuk kesehatan ternyata kafein juga memilik efek buruk bagi kesehatan, diantaranya yaitu :
·         Meningkatkan resiko terkena stroke
·         Kafein dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi karena terlalu banyak berkemih
·         Kecemasan dan Gangguan Tidur
Asosiasi Psikolog Amerika mengaitkan bentuk tertentu dari kecemasan dan gangguan tidur dengan efek kafein.
Kedua gangguan tersebut merupakan hasil dari asupan kafein dalam jangka panjang sehingga mengganggu tidur dan pola otak normal.
Gejala kecemasan yang disebabkan oleh kafein termasuk diataranya adalah serangan panik dan masalah psikologis lainnya termasuk perilaku obsesif dan skizofrenia.
·         Withdrawal
Kecanduan kafein dapat mengakibatkan gejala withdrawal (gejala kecanduan) jika penggunaan kafein dihentikan. Efek ini dapat berkisar dari ringan sampai parah, termasuk diantaranya adalah sakit kepala, kebingungan, depresi, mual, dan kelelahan.
·         Kafein dapat menyebabkan lambung memproduksi asam tambahan sehingga bisa menimbulkan masalah pada saluran pencernaan.
The National Digestive Disease Information Clearinghouse (NDDIC) melaporkan bahwa masalah-masalah saluran gastrointestinal disebabkan oleh kelebihan konsumsi kafein, termasuk ulcer (luka) di lambung dan kerongkongan.
·         Kafein dan Jantung
Efek kafein terhadap jantung masih dalam penyelidikan. Jika dikonsumsi dalam jumlah moderat, kafein tampaknya tidak memiliki efek positif maupun negatif pada jantung.
Namun, menurut temuan European Society of Cardiology (ESC), peminum kopi berat menunjukkan peningkatan tekanan darah yang dikaitkan dengan penyakit jantung dan meningkatnya risiko serangan jantung atau stroke.
Temuan ESC juga menunjukkan bahwa peminum kopi berat rentan mengalami jantung berdebar-debar dan kelelahan, serta peningkatan risiko serangan jantung dan stroke di kemudian hari.
b)      Okratoksin (OA)
            Cendawan pascapanen merupakan cendawan yang menyerang biji-bijian terutama selama penyimpanan. Cendawan ini memerlukan kelembaban relatif 65 – 90%. Sebagian dari  cendawan pascapanen dapat tumbuh pada substrat dengan tekanan osmotik tinggi. Di Negara yang beriklim tropis Aspergillus dan Eurotium merupakan cendawan pascapanen yang dominan dijumpai di tempat penyimpanan (Pitt and Hocking, 1997), sedangkan Penicillium tidak begitu berperan. Beberapa spesies cendawan yang menyerang biji kopi dapat memproduksi toksin. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa beberapa spesies Aspergillus dan Penicillium dapat memproduksi okratoksin (OA), toksin penyebab keracunan ginjal pada manusia maupun hewan, juga bersifat karsinogen. Hal penting yang berkaitan dengan perdagangan kopi di pasar internasional adalah bahwa sebagian besar Negara pengimpor kopi mensyaratkan kandungan okratoksin  (OA) yang sangat rendah atau bebas OA, misalnya negara Italia mensyaratkan kandungan kandungan OA, yaitu maksimum 4 ppb (Raghuramulu and Naidu, 2002). Propinsi Bengkulu merupakan salah satu propinsi penghasil kopi di Sumatera. Hampir 50% produksi kopi Robusta nasional berasal dari daerah Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung yang dikenal dengan daerah triangle. Sebagian besar biji kopi yang berasal dari propinsi Bengkulu di ekspor ke beberapa negara di dunia (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2002). Dari luas areal wilayah propinsi Bengkulu 1.978.870 ha, potensi untuk lahan perkebunan seluas 818.784,74 ha. Kabupaten Kepahiang, Curup, Lebong dan Bengkulu Utara adalah kabupaten yang menurut dinas setempat merupakan sentra produksi kopi di propinsi Bengkulu (Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu, 2004). Mengingat propinsi Bengkulu merupakan salah satu sentra produksi kopi Robusta di
Indonesia, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat infeksi cendawan pada kopi di Indonesia khususnya kopi Bengkulu. Manfaat penelitian ini yaitu untuk perbaikan dalam penanganan pascapanen biji kopi apabila dari hasil penelitian ditemukan biji kopi dengan tingkat infeksi cendawan yang tinggi yang menyebabkan kualitas kurang baik.



Infeksi Cendawan
            Sebanyak 17 spesies cendawan telah diisolasi dari biji kopi yang diperoleh dari petani, yaitu Aspergillus flavus, A. fumigatus, A. niger, A. ochraceus, A. restrictus, A. wentii, Endomyces fibuliger, Eurotium chevalieri, Fusarium acuminatum, F. oxysporum, F. semitectum, Lasiodiplodia theobromae, Mucor javanicus, Penicillium citrinum, Rhizopus arrhizus, R. oryzae dan Wallemia sebi (Tabel 1) Aspergillus niger merupakan cendawan yang dominan pada biji kopi yang diperoleh dari petani diikuti oleh L. theobromae dan A. flavus. Persentase sampel yang terserang A. niger dan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masing-masing adalah 96,7 dan 69,21%. Hal ini disebabkan karena A. niger merupakan cendawan yang bersifat kosmopolit (terdapat di mana-mana) dan juga kemungkinan lain disebabkan biji kopi merupakan substrat yang cocok untuk pertumbuhan A. niger. Komposisi gizi yang terdapat pada biji kopi memungkinkan A. niger tumbuh lebih baik dibandingkan pada substrat lainnya.
            Menurut Ominski et al. (1994) substrat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan cendawan. Pada substrat yang sesuai cendawan dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Kandungan lemak, protein dan komposisi kimia lainnya pada substrat mempengaruhi pertumbuhan cendawan dan produksi toksinnya. Persentase sampel yang terserang A.ochraceus dan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masingmasing adalah 23,3 dan 7,43%. Sedangkan persentase sampel yang terserang L. theobromae dan A. flavus masing-masing adalah 86,7 dan 83,3% dengan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masing-masing adalah 5,34 dan 5,32%. Sebanyak 13 spesies cendawan telah diisolasi dari biji kopi yang diperoleh dari pedagang pengumpul kecamatan, yaitu Aspergillus flavus, A. fumigatus, A. niger, A. ochraceus, A. wentii, Endomyces fibuliger, Fusarium acuminatum, F. semitectum, Lasiodiplodia theobromae, Mucor javanicus, Penicillium citrinum, Rhizopus oryzae, dan Wallemia sebi (Tabel 2). Aspergillus niger juga merupakan cendawan dominan pada biji kopi yang diperoleh dari pedagang pengumpul kecamatan, diikuti oleh A. flavus, A. fumigatus dan L. theobromae. Persentase sampel yang terserang A. niger dan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masing-masing adalah 100 dan 73,6%. Sedangkan persentase sampel yang theobromae masing-masing adalah 93,3; 86,7 dan 86,7% dengan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masingmasing adalah 3,36; 7,77 dan 4,53%. Persentase sampel yang terserang A.ochraceus dan persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masing-masing adalah 46,7 dan 2,43%. Sebanyak 15 spesies cendawan telah diisolasi dari biji kopi yang diperoleh dari pedagang pengumpul kabupaten, yaitu Aspergillus flavus, A. fumigatus, A. niger, A. ochraceus, A. wentii, Endomyces fibuliger, Fusarium acuminatum, F. moniliforme, F. oxysporum, F. solani, Lasiodiplodia theobromae, Mucor javanicus, Penicillium citrinum, Rhizopus arrhizus dan R. oryzae (Tabel 3). Aspergillus niger juga merupakan cendawan dominan pada biji kopi yang diperoleh dari pedagang pengumpul kabupaten diikuti oleh A. flavus, A. fumigatus dan L.theobromae. Persentase sampel yang terserang A. niger dan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masing-masing adalah 100 dan 74,13%. Sedangkan persentase sampel yang terserang A.flavus,A.fumigatus dan L. theobromae masing-masing adalah 80,0; 86,7 dan 80,0% dengan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masingmasing adalah 6,33; 3,54 dan 3,92%.


            Persentase sampel yang terserang A. ochraceus dan rata-rata persentase biji yang terserang dari sampel yang terserang masing-masing adalah 46,7 dan 1,71%. Keberadaan cendawan pada biji kopi berhubungan dengan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan cendawan, yaitu kadar air, suhu, kelembaban, aktivitas air (aw), lama penyimpanan dan jenis substrat. Apabila semua faktor lingkungan tersebut mendukung, maka cendawan dapat berkembang dengan baik dan akan mengakibatkan kerusakan (deteriorasi) pada komoditas yang diserang (Christensen dan Kaufmann, 1974). Aspergillus dan Penicillium dapat tumbuh pada kadar air dengan kisaran 13 – 18% (Ominski et al., 1994).
            Selanjutnya Taoukis et al. (2004) menyatakan bahwa aw minimum untuk perkecambahan spora dan pertumbuhan A. ochraceus adalah 0,77-0,83, A. flavus 0,78-0,80, A. clavatus 0.85 dan Penicillium citrinum 0,83-0,85. Survei terhadap tataniaga biji kopi di propinsi Bengkulu menunjukkan siklus perputaran rantai tataniaga yang tidak lama pada petani, pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang pengumpul kabupaten. Akibatnya periode penyimpanan biji kopi pada masing-masing tingkat tataniaga tersebut tidak lama. Hal ini menyebabkan spesies cendawan pada biji kopi yang diperoleh dari ketiga tingkat tataniaga tersebut relatif sama, dan pada umumnya persentase sampel yang terserang oleh setiap spesies cendawan juga rendah.
            Menurut Ominski et al. (1994) waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan maksimum dan produksi toksinnya oleh cendawan bergantung kepada spesiesnya. Selain itu juga bergantung kepada jenis substrat. Sebagian besar cendawan pada biji kopi yang diperoleh dari petani, pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang pengumpul kabupaten merupakan cendawan pasca panen. Penicillium citrinum merupakan cendawan pascapanen yang dijumpai di setiap tingkat tataniaga (Tabel 4). Selain itu juga diisolasi cendawan prapanen (lapangan) seperti Lasiodiplodia theobromae dan Fusarium spp. Cendawan tersebut menyerang kopi sebelum dipanen, tetapi masih terdapat pada biji kopi di penyimpanan (setelah panen), karena lama penyimpanan di setiap tingkat tataniaga relatif singkat. Persentase sampel yang terserang L. theobromae di tingkat petani, pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang pengumpul kabupaten masing-masing adalah 86.7,86,7 dan 80,0% (Tabel 1, 2 dan 3). Christensen dan Kaufmann (1974) menyatakan bahwa cendawan prapanen dapat berkembang pada awal penyimpanan terutama apabila kadar air bahan cukup tinggi karena cendawan prapanen bersifat higrofilik.

Pencegahan cendawan penghasil okratoksin pada kopi :
            Perlakuan atau praktek-praktek tersebut dikenal sebagai Good Agricultural Practice (GAP) untuk kegiatan prapanen, dan Good Manufacturing Practice (GMP) untuk kegiatan pascapanen.
1.Tahap di lapangan :
·      Perlu diterapkan praktek budidaya yang baik sehingga diperoleh tanaman dan buah kopi yang sehat.
2.Pemanenan :
·       Menggunakan peralatan panen yang bersih dan memadai.
·       Menghindari kerusakan buah
·       Menghindari kontaminasi oleh tanah dan bahan kotor lainnya.
·         Memisahkan buah matang, muda dan kering/ jatuh di tanah
·         Memisahkan benda asing dan buah cacat/rusak.
·         Menghindari penimbunan buah.
3.Pengeringan
·         Pengeringan dengan penjemuran dilakukan dengan menggunakan alas yang bersih, hindari kontak dengan tanah, atau menggunakan rak penjemuran (drying table).
·         Pada penjemuran tahap awal (biji masih basah) proses pengeringan dapat dipercepat dengan membuat hamparan tipis (< 4 cm), kemudian dapat dipertebal seiring dengan penurunan kadar airnya.
·         Pada malam hari, biji ditutup dengan lembaran plastik, dan diberi ventilasi yang memadai.
·         Menghindari pembasahan ulang, misalnya tersiram hujan.
·         Proses pengeringan dituntaskan sampai kadar air mencapai 13 %, hindari penundaan atau penimbunan biji yang masih belum kering.
·         Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering, tetapi suhu udara pengeringan harus rendah (± 45°C) khususnya untuk kopi arabika, untuk kopi robusta dapat digunakan suhu udara yang lebih tinggi (± 60°C).

4.Penyimpanan.
·         Menyimpan masing-masing jenis kopi secara terpisah, misalnya kopi gelondongan atau biji kopi.
·         Untuk penyimpanan jangka lama (beberapa bulan),sebaiknya kopi disimpan dalam bentuk gelondong atau biji kopi yang benar-benar sudah kering.
·         Penyimpanan kopi dilakukan apabila kadar air sudah cukup rendah (maksimum 13%).
·         Tempat penyimpanan harus kering bersih, dan mempunyai ventilasi yang memadai.
·         Sebaiknya menghindari penyimpanan jangka panjang biji kopi di daerah atau lingkungan yang lembab dan panas seperti di daerah pelabuhan. Penyimpanan sementara dapat dilakukan di lingkungan tersebut dengan pengawasan yang ketat.
·         Tumpukan karung diatur di atas landasan kayu (palet), dan diberi jarak dengan dinding dan antar tumpukan.
·         Menghindari biji dari hujan/basah.
·         Melakukan inspeksi secara teratur untuk mencegah kerusakan yang lebih berat.

2.3 Penetral Racun dalam Tubuh
            Berikut adalah lima tonik kesehatan yang bermanfaatkan mendetoksifikasi tubuh, seperti dikutip dari Idiva:
·         Air putih
            Dr Poonam Rathod, pakar kesehatan, mengatakan, konsumsi air putih secara teratur sesuai kebutuhan tubuh mampu membersihkan sistem pencernaan, serta menghilangkan racun dan sisa-sisa makanan yang menempel di usus. Ini membuat tubuh dan perut bersih dari limbah makanan.
·         Air kelapa segar
            Cairan ini bisa mendetoksifikasi tubuh secara alami. Selain membersihkan saluran pencernaan. Minum air kelapa akan meningkatkan kekebalan tubuh dan bermanfaat menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
·         Jus Labu
            Jus labu adalah obat alami yang sangat baik bagi mereka yang menderita masalah pencernaan dan keasaman. "Ini karena sifat basa-nya. Serat dalam sebotol jus labu juga menyembuhkan masalah pencernaan," kata Dr Rathod.
·         Teh hijau
            Teh hijau adalah antioksidan alami. Ini mengandung polifenol yang membantu meregulasi glukosa dalam darah. "Polyphenol menghambat pergerakan glukosa ke dalam sel-sel lemak, sehingga mencegah mereka memasuki aliran darah," kata Dr Rathod.
·         Jus jeruk
            Adalah sumber vitamin C, yang dikenal untuk meningkatkan kekebalan tubuh. "Jeruk kaya flavonoid, antioksidan, yang melindungi sistem kekebalan tubuh manusia dengan bertindak melawan kuman dan bakteri yang menyebabkan penyakit," kata Dr Rathod.

            Sebagai tips, minuman detoksifikasi ini akan lebih baik jika dikonsumsi sebelum sarapan. “Dengan cara seperti ini proses detoksifikasi akan berjalan dengan baik dan Anda bisa merasakan manfaat kesehatannya.,” kata Dr Rathod.



BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
            Minum dua sampai tiga cangkir kopi tidak memberikan dampak negatif. Meminum kopi dengan frekuensi lebih dari  itu bisa menimbulkan jantung berdebar-debar, sulit tidur, kepala pusing dan gangguan lainnya. Oleh karena itu, bagi mereka yang suka mengkonsumsi kopi yang mengandung kafein agar tidak mengantuk diharapkan jangan mengkonsumsi terlalu berlebihan.
            Cendawan merupakan faktor biotik kedua penyebab kerusakan biji kopi di gudang penyimpanan setelah serangga dan dapat menghasilkan okratoksin. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi okratoksin adalah adanya cendawan yang toksigen, substrat yang cocok untuk pertumbuhan cendawan dan lingkungan yang mendukung cendawan untuk memproduksi toksin seperti aktivitas air (aw) dan kadar air, suhu, substrat, O2 dan CO2, interaksi mikrob, kerusakan mekanis, infestasi serangga, jumlah spora dan lama penyimpanan/waktu.


DAFTAR PUSTAKA

Khusna, Batul, Muhi. 2014. Analisis Kandungan Kafein pada     
                 Kopi. http://muhibatulkhusna.blogspot.com. Abarca,M.L., M.R. Bragulat, G. Castella,and                   F.J.                          
            Cabanes. 1994. Ochratoxin A production by strain of Aspergillus niger var. nig. Appl and                                 Environ Microbiol 64: 2650 – 2652.
Ismayadi, C. dan Zaenudin. 2002. Pola produksi
            infestasi jamur, dan upaya pencegahan
            kontaminasi okratoksin-A pada kopi Indonesia.
            Simposium Kopi; Denpasar, 16 – 17 Oktober 2002.
            Denpasar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar